Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Jawa Barat Kuningan
Sejarah Kuda Kuningan

Apakah kamu pernah ke Kabupaten Kuningan/Desa yang berada di sekitar Kuningan, Jawa Barat? Pernah melihat tugu yang berbentuk kuda disana? Dan Apakah kamu sadar bahwa lambang dari Kabupaten Kuningan itu sendiri menggambarkan hewan kuda disana? Teringat pula ketika saya masih usia anak anak, saya bersama saudara sepupu saya menaiki delman yang ditarik oleh kuda ke beberapa tempat. Ini yang membuat saya tertarik ingin mengetahui mengapa hewan kuda sangat identik/kental sekali dengan Kabupaten Kuningan. Ternyata, Keidentikan hewan kuda di Kabupaten Kuningan punya cerita tersendiri lho...

Konon, kuda-kuda yang berasal dari Kuningan pada zaman dahulu kala (pada abad 15) memiliki perawakan atau bentuk tubuh yang berukuran tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, dan bisa dibilang lebih kecil dari pada kuda-kuda pada umumnya, namun tenaganya sangat luar biasa besar. Baik dalam memikul suatu benda yang berat, atau melaju dengan kecepatan yang sangat cepat. Kuda Kuningan ini juga sangat lincah dan gesit serta sangat tangguh.

Dan kita mungkin bertanya, Mengapa Kuda Kuningan mempunyai kecakapan-kecakapan yang sangat unik seperti yang dijelaskan sebelumnya? Dalam ceritanya, Kuda Kuningan pada abad 15 adalah kuda yang diperuntukkan dan dilatih untuk berperang. Kuda-kuda ini sangat berjasa bagi Sang Adipati Kuningan untuk berperang di medan laga seperti pertempuran Indramayu, Galuh, dan Sunda Kelapa. Pada saat itu, adalah salah satu dari Kuda-kuda kuningan diberi julukan "Windu" dan dirawat oleh Dipati Ewangga, anak dari Arya Kamuning, yang keduanya merupakan keturunan bangsawan kerajaan. Dan menurut van der Lith, dalam bukunya Encyclopaedie van Nederlansch-Indie, Kuda-kuda ini menurut legenda merupakan hasil keturunan kuda biasa dengan kuda bersayap (Kuda Sembrani)

Karena aksi heroik si "Windu" bersama empunya, Dipati Ewangga dan Ayang membantu pasukan dan prajurit dari Adipati Kuningan untuk memenangkan perang, masyarakat kuningan menghargai jasa mereka dan mengenang mereka dengan membuat tugu-tugu yang berbentuk kuda seperti yang kita lihat sekarang di Kabupaten Kuningan. Sampai-sampai, ada semacam "jargon" yang dibuat masyarakat kuningan, yaitu "Kecil-kecil Kuda Kuningan" yang berarti masyarakat kuningan tidak bisa diremehkan, karena meskipun dari kota kecil, mereka bisa membuat sesuatu yang besar. Jargon ini bisa juga berarti jangan meremehkan orang-orang kecil, karena bisa saja mereka lebih baik daripadamu.

Namun,kuda-kuda yang kita lihat di Kuningan sekarang bukanlah kuda-kuda yang bernenek moyang dari keluarga si “Windu” yang sangat lincah dan penuh keunikan seperti yang dijelaskan diatas. Dikarenakan pada tahun 1512, kuda-kuda mengalami kepunahan karena kuda-kuda ini tidak lagi diternak (Nding Masku, sejarawan Kuningan). Pada 1935, ada seorang warga Winduhaji yang mulai mengembangbiakan kuda-kuda, namun dia melakukannya di daerah Tegal. Kuda-kuda yang ia ternak merupakan hasil persilangan antara Kuda Tegal dengan Kuda Sumbawa,NTB.

Sebagai kesimpulan, inilah cerita mengapa kota Kuningan sangat identic dengan hewan kuda. Banyak masyarakat menganggap ini merupakan mitos, karena secara ilmiah belum bisa dibuktikan keberadaan kuda-kuda ini. Dan cerita ini turun temurun hanya disebarkan lewat mulut ke mulut. Tapi apabila kita simak dari ceritanya, sangatlah logis mengapa hewan kuda ini merupakan symbol dari Kuningan Asri ini.

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline