×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Timur

Asal Daerah

Pasuruan

Sejarah Desa Cendono

Tanggal 11 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

Desa Cendono dan desa-desa lain sekitarnya sama-sama memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang menjadi karakter dan perincian khas tertentu dari suatu desa.Sejarah desa atau daerah sering kali tertuang dalam cerita dan dongeng-dongeng yang di wariskan secara turun emurun dari mulut ke mulut,sehinggga sulit sekali untuk di buktikan secara fakta. Biasanya cerita atau dongeng tersebut di hubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang di anggap keramat.Desa Cendono juga memiliki hal tersebut yang menjadi identitas dan ciri khas dari desa ini yang kami tuangkan dalam kisah-kisah di bawah ini.
a. ASAL USUL DESA CENDONO
Dari berbagai nara sumber yang kami telusuri asal usul Desa Cendono memiliki banyak fersi dan legenda yang berfariatif. Terkait dengan tempat-tempat yang di keramatkan seperti : Makam Dempok Cendono (Makam Mbah Madu Bronto),Makam garen (Makam Mbah Gagar Aking),Gua Winong yang letaknya Di Winong,Gua Telasih Di Telasih, Gua Senetan,Gua Manuk Di antrokan,Mbah kasem,Dok Bikang,dll.
Dari dasar-dasar tersebut di atas maka kami membagi berbagai legenda menurut nara sumber yang berbeda beda.

b. LEGENDA KIK LAGIK
Kik Lagik berasal dari Aceh bersama adiknya Kik Kiwono di dampingi oleh dua orang Ponokawan yang tidak bisa di sebut namanya . Kik Lagik membabat alas Cendono dan Kik Kiwono membabat alas Damarjati (Karang rejo), bersama dua orang rekannya Kik Lagik membabat alas mengalami kelelahan akhirnya beristirahat (Jempor) dalam bahasa Jawa,atau di artikan tidak berdaya. Kata Jempor atau duduk bersila di sebut pula “ DEMPOK” akhirnya tempat tersebut di namakan Dempok. Setelah berniat untuk menetap di situ Kik Lagik mendirikan bangunan, untuk mencari bahan bangunan satu orang murid Kik Lagik di suruh ke Aceh untuk mengambil kayu Cendana dan satu orang lagi di suruh ke Lumajang untuk mengambil bambu. Setelah bangunan itu jadi Kik Lagik pamit pada dua orang muridnya untuk pergi ke Madura, karena dua orang murid tidak ada gurunya maka berprilaku malanggar aturan yang tidak di perbolehkan oleh gurunya,di antaranya sering mendatangkan kesenian tandak lengger, waktu gurunya mau kembali ke Dempok sampai di jurang Krapyak sudah terdengar suara tabuan (gamelan) dari iringan tandak lengger. Kik Lagik bertanya pada seseorang “suara apa itu, kok terdengar dung cekedung………” di jawab oleh orang tersebut “ bahwa di dempok sedang ada pertunjukan tandak lengger”.

Akhirnya Kik Lagik tidak meneruskan perjalanannya ke Dempok dan langsung kembali ke Madura, soalnya Kik Lagik menganggap kalau kedua orang muridnya telah gagal menjalankan perintahnya, tak lama kemudian kedua muridnya sadar ingin mencari gurunya ke Madura dengan membawa benda-benda pusaka milik gurunya diantaranya : Tombak, Cis dan Rompi Onto Kusumo. Namun dalam perjalannya sampai di Desa Janti murid tersebut jatuh sakit dan berpesan pada penduduk janti untuk memulangkan barang-barang tersebut ke Dempok Cendono. Barang-barang tersebut yang masih ada sekarang adalah Cis. Sejak peristiwa itu menurut mitos penduduk Desa cendono banyak mengalami kegagalan dalam usahanya. Bilamana ada orang yang akan sukses, maka ada saja cobaan dan rintangannya sehingga gagal.

c. LEGENDA MBAH MADU BRONTO
Nama Mbah Madu Bronto sudah melekat di hati penduduk Desa Cendono, namun siapa Mbah Madu Bronto itu tak satupun nara sumber yang bisa mengetahui ada yang berbicara bahwa setelah seratus tahun dari legenda Kik Lagik munculah Ulama’ Besar berwajah tampan berpostur tubuh tinggi besar dan berwibawa itulah ‘’Mbah Madu Bronto’’.
Mbah Madu Bronto datang di Cendono seorang diri tidak berkeluarga dan tidak menikah di Cendono. Selain itu Mbah Madu Bronto menetap beberapa lama di Dempok Cendono Kemudian pulang ke Madura ( karena berasal dari Madura ) kemudian datang lagi dan pulang lagi ke Madura, lalu datang lagi dan meninggal di Cendono.sehingga sulit untuk diketahui silsilahnya. Mungkin karena banyaknya ilmu yang disumbangsihkan kepada penduduk Desa Cendono sehingga nama Mbah Madu Bronto sehingga menjadi termashur sampai sekarang ini. Mbah Madu Bronto meninggal dan di makamkan di Dempok Cendono, selain makam Mbah Madu Bronto di Dempok Cendono terdapat makam Kik Surgi, Syekh Maulana, dan beberapa makam orang penting lainnya.
Pada Zaman sekarang Dempok Cendono Menjadi Pepunden seluruh masyarakat Desa Cendono Khususnya pada Umumnya masyarakat di luar Cendono, bahkan dari luar Purwosari atau dari luar Kabupaten terbukti pada hari tertentu misalnya malam Jum’at Legi, banyak yang bekunjung untuk maksud-maksud tertentu misalnya dalam masalah kerejekian, pangkat, kedudukan, juga tentang perjodohan, setelah terkabul permintaannya mereka datang lagi dengan membawa Tumpeng untuk tasyakuran. Dalam tasyakuran tersebut biasanya juru kunci mengundang masyarakat sekitar Dempok, pada masa Bapak Djoyo Waseso ( Kepala Desa Cendono periode ke VII ) mendirikan sebuah Masjid yang letaknya di sebelah Makam Mbah Madu Bronto. Berawal dari seorang Kyai Pemangku Pondok Pesantren Al-fitriyah yaitu KH. Mad Ruchin dari Sukorejo yang bercerita bahwa pada Zaman perjuangan melawan Belanda seorang pejuang bernama KH. Zainal Abidin berjalan kearah Barat dari Desa Lekemar mencium bau yang sangat harum. Baunya sudah tercium kurang lebih jarak 1 Km dari pohonnya, setelah diketahui ternyata bau harum tersebut adalah dari sebuah pohon yang tinggi dan besar yakni Pohon Cendono, KH. Zainal Abidin mengambil satu batang cabang dari pohon tersebut untuk dibuat tongkat dalam perjalanannya pulang ke Madura, setelah sampai di Madura tongkat tersebut ditancapkan ditanah akhirnya tumbuh menjadi pohon yang subur, setelah KH. Zainal Abidin meninggal juga di makamkan di bawah pohon tersebut, pada masa sekarang makam KH.Zainal Abidin menjadi tempat Ziarah yakni ziarah makam Cendana di Madura.
Dari berbagai Nara Sumber yang kami catat siapa sebenarnya Mbah Madu Bronto, siapa sebenarnya Kik Lagik, dan siapa sebenarnya KH. Zainal Abidin atau Syekh Zainal Abidin (menurut fersi Arab) atau Mbah Zainal Joyo Abidin (jawa) semua itu masih mesterius, karena tidak ada satu pun penduduk Desa Cendono yang dapat mengungkap rahasia legenda tersebut.
Penulis sangat berterima kasih kepada beberapa nara sumber yang telah memberikan Cerita, Legenda, atau sejarah tentang Desa Cendono sehingga untuk anak cucu masa depan mengetahui cerita-cerita dari para leluhurnya, atau cerita bahwa asal mula Nama Cendono diambil dari nama sebuah Pohon yang sangat harum baunya yaitu pohon Cendana.
Pada zaman penjajahan Belanda Desa cendono berbentuk kelurahan yang di pimpin oleh seorang lurah, pada waktu itu belum terbentuk nama-nama dusun yang ada hanya letak wilayah Cendono lor, cendono tengah, dan Cendono kidul. Sampai tahun 2007 ini Desa Cendono sudah mengalami sepuluh kali pergantian Lurah/Kepala Desa, adapun nama-nama Lurah/ kepala desa tersebut adalah :

1. LURAH BPK. DJOYO
Keturunannya adalah Bpk. Musiman, Ibu Rembati.

2. LURAH BPK. SARNAM (YAI NAM)
Keturunannya adalah Kasan (Bpk. Timbang). Bpk. Daib ( juru kunci Dempok pada saat ini)

3. LURAH BPK. KASBUN
Keturunannya adalah Bpk. Gondo, Kartoyo

4. LURAH BPK. TARIYO ( P. SANTRINAH)
Keturunannya adalah Bpk H. Fatkhuloh, Bpk. Sumitro (cucu)
Pada masa kepemimpinannya berhasil membuka tanah Rekes sampai sekarang menjadi tanah Bengkok ( Ganjaran Perangkat Desa Cendono)

5. LURAH BPK SARPIN ( SUMO SASTRO ) ( TAHUN ….. – 1948)
Ketutunannya adalah Bpk Suroto (anak) dan Bpk. Drs. Riadi (cucu)

6. LURAH BPK. RUSLAN (TAHUN 1948-1964)
Keturunannya adalah Bu. Sumi (anak), Susiami ( cucu )
Pada masa kepemimpinannya sempat melestarikan Kebudayaan asli yang dibawa oleh leluhur masyakat desa cendono yaitu Terbang Laro (yang sekarang telah diakui sebagai kebudayaan asli Kabupaten Pasuruan)

7. KEPALA DESA BPK. DJOYO WASESO ( TAHUN 1964-1989)
Keturunannya adalah Bpk. Alpan.

8. KEPALA DESA KHOIRUL ANAS ( TAHUN 1989-1998)

Berasal dari Tarik Mojokerto ( Setelah Purna Tugas kembali pulang ke Mojokerto)

9. KEPALA DESA BPK. DRS. RIADI ( TAHUN 1999-2007)
10. KEPALA DESA BPK. TOHIR ( HASIL PILIHAN 5 AGUSTUS 2007)
11. KEPALA DESA BPK. SANARI ( HASIL PILIHAN 13 AGUSTUS 2013)
juru kunci dempok BAPAK TAWI

Sumber: https://keramatpasuruan.com/2017/12/31/sejarah-desa-cendono/

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...