|
|
|
|
Sedekah Bumi Desa Lajer : Penyembelihan Delapan ekor Kerbau sampai Pertunjukan Wayang Kulit Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM_16418128_Akmal Yahya HIdayat. |
Sedekah Bumi Desa Lajer : Penyembelihan Delapan ekor Kerbau sampai Pertunjukan Wayang Kulit Semalaman
Pada Bulan Suro, tepatnya hari Jumat Kliwon, di Desa saya sendiri, Desa Lajer, Ambal, Kebumen, Jawa Tengah, selalu diadakan sebuah tradisi yaitu Sedekah Bumi. Sebuah tradisi yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun dan masih lestari sampai saat ini menyesuaikan perkembangan zaman. Tradisi ini berupa rangkaian prosesi yang dimulai dengan penyembelihan seekor kerbau di setiap dusun, di desa saya terdapat delapan dusun, jadi total kami menyembelih delapan ekor kerbau. Kemudian diikuti tradisi Kenduren (Kenduri) di setiap rumah pokok di dusun, setelah itu diadakan pertunjukan hiburan berupa wayang kulit pada malam minggunya. Sejatinya, hiburan wayang kulit awalnya dilaksanakan malam setelah penyembelihan kerbau, namun diganti malam minggu agar semua orang  yang bekerja dan anak sekolah dapat menonton karena esoknya hari libur.
Mulanya sedekah bumi adalah sarana untuk mempererat kekeluargaan dan gotong royong di bidang persawahan antara pemilik tanah dengan kuli tani, mayoritas penduduk desa kami bermata pencaharian sebagai petani. Dipilihnya kerbau sebagai hewan yang disembelih bukan tanpa alasan, bisa saja kami menggunakan sapi yang lebih murah dan mudah didapat sebagai hewan yang disembelih, namun leluhur kami memilih kerbau untuk menghormati masyarakat yang beragama Hindu dahulu kala, mengingat sapi adalah hewan yang disucikan dalam Agama Hindu, hal ini membuktikan tradisi ini dan juga rasa toleransi sudah berlangsung sejak zaman kerajaan, tepatnya Kerajaan Mataaram Islam, dimana masih banyak cukup penganut agama Hindu pada masa ini. Jika melihat sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam, berarti tradisi ini sudah dimulai sekitar tahun 1590an.
Sehari sebelum sedekah bumi dilaksanakan, seekor kerbau sudah terikat di depan rumah pokok setiap dusun dan menjadi tontonan bagi anak-anak di desa kami. Pada hari sedekah bumi dilaksanakan, semua orang berkumpul di rumah pokok setiap dusun, mereka mempersiapkan bleketepe (anyaman dari daun kelapa) untuk alas tempat daging ditaruh, sedangkan para ibu di rumah pokok membuat minuman untuk orang-orang yang menguliti daging kerbau. Kegiatan penyembelihan kerbau di setiap dusun dipimpin oleh seorang Bayan (Kepala Dusun). Sekitar sepuluh orang yang terdiri dari para pemuda, bapak-bapak dan tukang jagal bergotong royong menjagal kerbau, kemudian kerbau disembelih oleh Kaum (Kaur Umum) setiap dusun, setelah itu warga dusun lekas menguliti memotong dan memilah daging kerbau.
Setelah dipotong, daging dibagikan merata kepada setiap warga dusun, setiap warga dusun mendapat sekitar satu kilo daging kerbau campur. Orang-orang yang ikut menguliti daging kerbau juga mendapat satu kilo daging campur. Sebagai tanda penghormatan kepada pemimpin desa, seorang Lurah (Kepala Desa) mendapat bagian lulur dari setiap dusun, lulur adalah daging terbaik dari kerbau, paling lezat dan paling banyak kandungan gizinya, letaknya ada di sepanjang punggung kerbau, panjang sekitar tujuh puluh sentimeter dan beratnya sekitar dua kilogram. Untuk Carik (Wakil Kepala Desa) mendapat setengah lulur dari setiap dusun. Untuk para Perangkat Desa mendapat satu kilogram daging kerbau. Sedangkan untuk tukang jagal mendapat daging leher selebar sepuluh sentimeter dari panjang leher. Kemudian para warga terutama ibu-ibu mempersiapkan bumbu dan rempah mereka lalu mengolah daging kerbau menjadi aneka makanan, ada yang dibuat rendang, sup, sate, dan serundeng (sejenis abon).
Dana yang digunakan untuk tradisi ini berasal dari dana lelang sawah yang berlangsung di bulan sebelumnya, sisa dana dari pemyembelihan kerbau digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit yang diadakan di rumah kepala desa pada malam minggu. Pertunjukan wayang kulit berlangsung setelah waktu ashar sampai subuh. Para warga dari anak-anak sampai dewasa dan pedagang mulai dari pedagang kacang rebus, sate ambal (makanan khas daerah ambal), sampai mainan anak-anak berjualan memadati area sekitar pertunjukan wayang kulit. Sebelum diadakan pertunjukan wayang kulit, setiap dusun mengadakan Kenduren di setiap rumah pokok setelah waktu maghrib. Kami sangat menikmati pertunjukan wayang yang diadakan setahun sekali ini. Jika dana lelang yang digunakan untuk prosesi penyembelihan kerbau dan pertunjukan wayang kulit masih bersisa akan digunakan untuk pembangunan desa.
Tradisi Sedekah Bumi ini mempunyai banyak nilai. Yang pertama adalah nilai gotong royong dan kebersamaan, dimana setiap warga dusun saling berbaur, bantu membantu sesuai kapasitasnya masing-masing pada prosesi penyembelihan kerbau. Kemudian nilai sosial, tradisi Sedekah Bumi dapat dijadikan sarana saling berbagi dan juga perbaikan gizi bagi warga yang kurang mampu dengan adanya pembagian daging kerbau secara merata. Ketiga adalah toleransi beragama yang sudah diajarkan oleh nenek moyang kami dengan dipilihnya kerbau, bukan sapi sebagai hewan yang disembelih, karena sapi dimuliakan dalam agama Hindu. Keempat adalah nilai religius, tradisi Sedekah Bumi dapat digunakan sebagai sarana untuk bersyukur kepada Allah, Tuhan YME atas segala nikmat yang diberikan, utamanya kemakmuran dan hasil bumi yang melimpah, diwujudkan oleh prosesi Kenduren dengan berkumpul dan berdoa Bersama agar senantiasa diberi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan. Kelima nilai Susila, dengan dibagikan daging sesuai bagiannya kepada para pemimpin desa menunjukan sebuah kehormatan kepada pemimpin kita agar dapat membawa desa menjadi lebih maju dan makmur. Yang terakhir adalah nilai budaya, dimana dalam prosesi terakhir yaitu pertunjukan wayang kulit, kami ikut senantiasa melestarikan budaya Jawa yaitu wayang kulit, dan memperkenalkan budaya kita kepada generasi yang lebih muda.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |