Ratu Adil (Satria Piningit) merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Raja tersebut disebut juga "Erucokro". Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya. Pertanda kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti. Pemerintahan yang mengganti raja yang ditakuti tidak berlangsung lama. Setelah itu, tibalah hari kiamat. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai Ratu Adil adalah Imam Mahdi.
RAMALAN JAYABAYA
RAMALAN JAYABAYA, adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.
Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit. Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.
“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?”.
Sukarno, 1930, Indonesia Menggugat
Ramalan Jayabaya ini memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan sekarang. Diantaranya :
1. Datangnya bangsa berkulit pucat yang membawa tongkat yang bisa membunuh dari jauh dan bangsa berkulit kuning dari Utara ( jaman penjajahan ).
2. “kreto mlaku tampo jaran”, “Prau mlaku ing nduwur awang-awang”, kereta tanpa kuda dan perahu yang berlayar di atas awan (mobil dan pesawat terbang?)
3. Datangnya jaman penuh bencana di Nusantara (Lindu ping pitu sedino, lemah bengkah, Pagebluk rupo-rupo, gempa 7 x sehari, tanah pecah merekah, bencana macam-macam.
4. Dan ia bahkan (mungkin) juga meramalkan global warming, “Akeh udan salah mongso”, datangnya masa dimana hujan salah musim.
Nah, naik turunnya peradaban sebenarnya sudah banyak dianalisis, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Diantaranya oleh Ibnu Khaldun (Muqaddimah, 1337, Wikipedia : Ibn Khaldun), Gibbon (Decline and Fall, 1776), Toynbee (A Study of History), atau Jared Diamond. Intinya sederhana. Manusia atau bangsa, bisa berubah. Manusia bisa lupa, dan sebaliknya juga bisa belajar. Bangsa bisa bangkit, hancur, dan bisa juga bangkit lagi.
Bagaimana dengan Satria Piningit ?
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut “Promethean”, diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia. Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekedar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Lihat misalnya berapa banyak hadis Nabi Muhammad tentang pentingnya ilmu. Dan perhatikan lanjutan pidato Bung Karno ini :
“Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…”
Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Merekalah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.
Di jaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Diantara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, Berjuang, Berkorban. Seperti Nabi Muhammad yang melihat bangsanya hancur, atau Sukarno yang melihat bangsanya diinjak-injak. Mereka lalu berjuang menyelamatkan bangsanya. Promethean, Ratu Adil yang mendatangkan zaman kebaikan.
Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya.
ISI RAMALAN JAYABAYA
Iki sing dadi tandane Zaman Kolobendu
Ini tandanya Zaman Kehancuran
Lindu ping pitu sedino
Gempa 7 x sehari
Lemah bengkah
Tanah pecah merekah
Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara
Manusia berguguran, banyak yang ditimpa sakit
Pagebluk rupo-rupo
Bencana bermacam-macam
Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati
Sedikit yang selamat, banyak yang meninggal
Zaman kalabendu iku wiwit yen,
Zaman ini ditandai dengan,
Wis ana kreto mlaku tampo jaran
Sudah ada kereta berjalan tanpa kuda (kereta api/mobil?)
Tanah jawa kalungan wesi
Tanah Jawa dikelilingi besi (rel kereta)
Prau mlaku ing nduwur awang-awang
Perahu berjalan di atas awan (pesawat terbang)
Kali ilang kedunge
Sungai kehilangan arusnya
Pasar ilang kumandange
Pasar kehilangan keramaiannya (pindah ke Hypermarket..)
Bumi saya suwe saya mengkeret
Bumi semakin lama semakin mengerut (it's a small world..)
Sekilan bumi dipajeki
Sejengkal tanah dikenai pajak (it's a crowded and expensive small world..)
Jaran doyan sambel
Kuda doyan makan sambal
Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Orang perempuan memakai busana laki-laki
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman
Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik
Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya, nanging zaman iku sabenere zaman ajur lan bubrahing donya.
Zaman kalabendu itu seperti jaman yang menyenangkan, jaman kenikmatan dunia, tetapi jaman itu sebenarnya jaman kehancuran dan berantakannya dunia.
Mulane akeh bapak lali anak
Oleh sebab itu banyak bapak lupa sama anaknya
Akeh anak wani ngalawan ibu
Banyak anak melawan ibunya
nantang bapak
menantang bapaknya
Sedulur pada cidro cinidro
Sesama saudara saling berkelahi
Wong wadon ilang kawirangane
Perempuan kehilangan malunya
wong lanang ilang kaprawirane
Laki-laki kehilangan kejantanannya
Akeh wong wadon ora setia karo bojone
Banyak perempuan tidak setia pada suaminya
Akeh ibu pada ngedol anake
Banyak ibu menjual anaknya
Akeh wong wadon ngedol awakke
Banyak perempuan menjual dirinya
Akeh udan salah mongso
Sering terjadi hujan salah musim (global warming?)
Akeh rondo ngalairake anak
Banyak janda melahirkan anak
Akeh jabang bayi nggoleki bapake
Banyak bayi lahir tanpa bapak
Wong wodan ngalamar wong lanang
Perempuan melamar laki-laki
Wong lanang ngasorake drajate dewe
Laki-laki merendahkan derajatnya sendiri
Zamane zaman edan
Zamannya Zaman Gila
Wong wadon nunggang jaran
Perempuan menunggang kuda
Wong lanang lungguh plengki
Laki-laki malah berpangku tangan
Wong bener tenger-tenger
Orang yang benar cuma bisa bengong
Wong salah bungah-bungah
Orang yang salah berpesta pora
Wong apik ditapik-tampik
Orang baik disingkir-singkirkan
Wong bejat munggah pangkat
Orang bejat malah dapat pangkat.
Akeh ndandhang diunekake kuntul
Banyak komentar tidak ada isinya
Wong salah dianggap bener
Orang salah diangap benar
Wong lugu kebelenggu
Orang lugu dibelenggu
Wong mulyo dikunjara
Orang mulia dipenjara
Sing culika mulya, sing jujur kojur
Yang salah mulia, yang jujur hancur
Para laku dagang akeh sing keplanggrang
Pedagang banyak yang nyeleweng
Wong main akeh sing ndadi
Orang berjudi semakin menjadi
Duwit lan kringet mung dadi wolak-walik kertu
Uang dan keringat hanya untuk berjudi
Kertu gede dibukake, ngguyu pating cekakak
Kartu besar dibuka, tertawa terbahak-bahak
Ning mulih main kantonge kempes
Tapi waktu pulang kantongnya kosong
Ratu ora netepi janji, musna panguwasane
Pemimpin ingkar janji, hilang wibawanya.
Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan
Banyak orang mati lapar di samping makanan.
Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara
Banyak orang berharta, tapi hidupnya sengsara.
Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil
Yang sadar dan adil hidup merana dan tersisih.
Nanging beja-bejane sing lali
Tapi betapapun beruntungnya si lupa.
Isih beja kang eling lan waspadha
Masih lebih beruntung yang ingat dan waspada.
Abote koyo ngopo sa bisa-bisane aja nganti wong kelut, keliring zaman kalabendu iku.
Berat seperti apapun jangan sampai larut dalam zaman kalabendu itu.
Amargo zaman iku bakal sirno lan gantine joiku zaman Ratu Adil, zaman kamulyan. Mula sing tatag, sing tabah, sing kukuh, jo kepranan ombyak ing zaman Entenana zamanne kamulyan zamaning Ratu Adil.
Sebab jaman itu bakal sirna dan diganti dengan jaman Ratu Adil, jaman kemuliaan, karena itu yang tegar, yang tabah, yang kokoh, Jangan melakukan hal bodoh. Tunggulah jaman kemuliaan jamannya Ratu Adil.
sumber :
http://imperiumindonesia.blogspot.com/2007/07/ramalan-jayabaya-ii.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Adil
https://benderahitam2.wordpress.com/imperium-iii-kebangkitan-indonesia-program-ishadi-sk-dan-eko-laksono/ramalan-jayabaya-ratu-adil-dan-zaman-keemasan-indonesia/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja