×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Sumedang

Sasakala Darmaraja

Tanggal 11 Feb 2015 oleh Muhammad Arif Nurrohman17.

Diceritakan, mereka yang pertama kali datang ke daerah yang sekarang bernama Kecamatan Darmaraja ini adalah para pemburu dan pengembara yang sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dimana sebagian dari mereka ada yang hidup lalu menetap disana. Setelah kedua golongan tersebut, barulah datang para resi yang mempunyai misi menyebarkan agamanya.
 
Salah satu resi yang datang ke tempat tersebut adalah Sanghyang Resi Agung dari Negeri (Kerajaan) Galuh, ia membuat padepokan di Cipeueut yang bertempat di Desa Cipaku Darmaraja sekarang, tepatnya dipinggir sungai Cimanuk. Setelah beliau datang dan membangun sebuah padepokan, dikemudian hari datang juga seorang pemuka agama yang bernama Guru Aji Putih dimana dikemudian hari Guru Aji Putih ini mendirikan Kerajaan Tembong Agung di sebuah tempat yang sekarang bernama Leuwi Hideung. Kerajaan Tembong Agung ini merupakan kerajaan pertama yang didirikan di wilayah Sumedang sekarang, ia merupakan cikal bakal dari berdirinya kerajaan Sumedang Larang, kerajaan Tembong Agung sendiri mempunyai arti kerajaan yang tampak luhur/agung/digjaya (tembong = tampak, agung = luhur/besar/digjaya)
 
Guru Aji Putih mendirikan kerajaan di Leuwihideung sekaligus juga berdakwah menyebarkan agama Islam, ia adalah orang pertama yang bergelar haji di Sumedang, dimana setelah beliau berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam agama Islam namanya mengalami sedikit perubahan menjadi Guru Haji Aji Putih. Dalam silsilah raja-raja Sumedang Guru Aji Putih dikenal dengan nama Prabu Guru Aji Putih, beliau menyebarkan Islam sampai meninggal dan dimakamkan di daerah yang sekarang bernama Pajaratan Landeuh Desa Cipaku.
 
Nama Sumedang sendiri mulai muncul ketika Prabu Tadjimalela, anak dari Prabu Guru Aji Putih meneruskan kekuasaan dari ayahnya, dimana ketika selesai bersemedi/bertapa brata beliau melihat kilatan cahaya terang selama beberapa malam dan beliau mengucapkan "Insun Medal Insun Madangan" yang artinya kira-kira "aku lahir, aku menerangi ". diceritakan kata Insun Medal Insun Madangan ini dari waktu ke waktu dari generasi ke generasi berubah pelafalannya menjadi Sumedang...peristiwa ini pernah saya ceritakan juga di artikel berjudul Insun Medal Insun Madangan.
 
Dikemudian hari, Prabu Tadjimalela akan menyerahkan kekuasan pada anak-anaknya yaitu Prabu Lembu Agung (Jayabrata) yang senang mempelajari ilmu ketauhidan dan kurang berminat pada politik dan kekuasaan, serta Prabu Gajah Agung (Atmabrata) yang senang mempelajari ilmu kepemimpinan dan sejarah, namun dikarenakan Prabu Tadjimalela kebingungan menentukan siapa penerus kerajaannya (hal ini dikarenakan dia merasa kedua anaknya mempunyai kesempatan yang sama), maka ia memerintahkan kedua putranya  untuk bertapa di Gunung Sangkanjaya, kemudian setelah mereka selesai bertapa mereka harus membelah dewegan (kelapa muda), dia yang membelah dewegan yang ada airnya maka dialah yang nantinya akan menjadi raja.
 
Setelah selesai bertapa kemudian mereka berdua (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung) membelah kelapa, ternyata dewegan yang dalamnya berisi air adalah milik Prabu Gajah Agung, namun meskipun demikan Prabu Gajah Agung menolak untuk menjadi raja karena sesuia tradisi yang berhak menjadi raja adalah anak yang tertua dalam hal ini yang tertua adalah Prabu Lembu Agung, dia takut jika melanggar tradisi maka dikemudian hari akan terjadi pertumpahan darah. Sementara Prabu Lembu Agung berpendapat lain, ia yang menentang sabda raja sebelumnya tentunya harus menerima hukuman, dan karena hal tersebut ia pun tidak mau menjadi raja.
 
Dikarenakan kedua putranya sama-sama tidak mau menjadi raja dan keduanya pun mengajukan argumen yang kuat dan benar, maka Prabu tadjimalela mengambil jalan terakhir berupa perundingan dengan keduanya. Dari hasil perundingan tersebut Prabu Tadjimalela memutuskan mau tidak mau, suka tidak suka, Prabu Lembu Agung (jayabrata) lah yang harus menjadi raja dan menerima tahta kerajaan.
 
Melihat kenyataan itu, dengan berat hati Prabu Lembu Agung menyanggupi permintaan ayahnya dan terucaplah kata "Darma Ngarajaan" yang kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia artinya kira-kira  "hanya sekedar menjadi simbol raja saja, untuk mengisi kekosongan kekuasaan" (Kata "Darma Ngarajaan" inilah yang dikemudian hari dijadikan nama salah satu kecamatan di Sumedang, Darmaraja)
 
Setelah dicapai kesepakatan dan Prabu Lembu Agung menjadi raja, Prabu Tadjimalela lebih memilih untuk bertapa di Gunung Lingga hingga akhir hayatnya, beliau dimakamkan di puncak Gunung Lingga Desa Cimarga, Kecamatan Cisitu. Dikemudian hari, Prabu Lembu Agung memilih untuk menjadi resi dan memperdalam agama (kini makam Prabu Lembu Agung berada di Astana Gede Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja), beliau menyerahkan tahta kerajaan kepada adiknya Prabu Gajah Agung (Atmajaya), dan ditangan Prabu Gajah Agung nama kerajaan Tembong Agung berganti nama menjadi kerajaan Himbar Buana (himbar = menerangi, buana = alam), dimana seterusnya nama kerajaan Himbar Buana diganti kembali namanya menjadi kerajaan Sumedang Larang di zaman Prabu Geusan Ulun dan mencapai puncak kejayaannya pada masa itu.

 

Kantor Kecamatan Darmaraja

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...