×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Sumedang

Sasakala Curug Sindulang

Tanggal 11 Feb 2015 oleh Muhammad Arif Nurrohman17.

Curug (air terjun) Sindulang ini adalah salah satu destinasi wisata Kabupaten Sumedang yang berada di perbatasan Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung, nama curugnya sendiri sama persis dengan nama desa dimana curug ini berada yaitu Desa "Sindulang". Ternyata, ada sebuah sasakala atau cerita rakyat dibalik penamaan "Sindulang" ini, berikut adalah Sasakala Curug Sindulang :

Diceritakan bahwa Desa Sindulang sudah ada sejak zaman dahulu kala, tepatnya sejak zaman prasejarah  dimana kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang. Leluhur penduduk Desa Sindulang bertani dan berkebun untuk mempertahankan hidupnya, namun mereka tidak menetap dan sering berpindah-pindah (dalam ilmu sejarah masa ini dikenal dengan masa bercocok tanam), dimana mereka menanam buah atau sayuran disuatu tempat selama beberapa waktu, setelah tanahnya tidak bagus dan menghasilkan buah atau sayur yang jelek mereka berpindah ke tempat lain yang kondisi tanahnya masih bagus, begitu dan begitu terus pola hidupnya dari waktu ke waktu.

Pada suatu waktu, leluhur Desa Sindulang yang hidup secara berkelompok sampai kesebuah tempat yang masih berupa hutan belantara, namun meski daerah tersebut masih berupa hutan belantara kondisi tanahnya sangat bagus dan cocok untuk bercocok tanam serta membuat tempat tinggal, mereka kerasan tinggal ditempat tersebut dan bertahun-tahun menetap, hanya ada beberapa anggota kelompok yang pindah meninggalkan tempat tersebut, sampai akhirnya yang tinggal hanya beberapa keluarga saja, tapi semua berjanji bahwa mereka akan ikut pindah apabila hasil bertani sudah bisa ternikmati. Pada waktu itu ketua dari kelompok warga tersebut bernama Nyi Mas Jambe Larang, ia mempunyai suami bernama Mbah Sara Satria Nunggal. Waktu itu Mbah Sara Satria Nunggal jarang sekali ada di tempat tinggalnya, ia sering bepergian dan jarang sekali pulang ke rumah, sekalinya pulang pun ia sering menjelma kedalam bentuk binatang tertent karena ia memang sakti mandraguna dan bisa berubah keberbagai wujud.
 
Mbah Sara Satria Nunggal bersama Nyi Mas Jambe Larang ini sebenarnya mempunyai seorang anak, namun sampai sekian lama si anak belum mengetahui rupa ayahnya karena semenjak lahir Nyi Mas Jambe Larang memang selalu merahasiakan rupa ayahnya, sebisa mungkin anaknya tidak boleh melihat rupa ayahnya. Ketika anak tersebut sudah menginjak dewasa, dia melihat Tumang (anjing) tampak seperti menerkam memeluk ibunya, sang anak kaget dan dan tanpa pikir panjang ia langsung menghunus pedang dan menebaskannya ke arah Tumang, Tumang pun mati seketika, anehnya, jasad Tumang langsung menghilang entah kemana, sang anak penasaran dan terus bertanya pada Nyi Jambe Larang kenapa hal tersebut bisa terjadi, namun Nyi Jambe Larang tetap tak mau bercerita, karena disisi lain ia sangat sedih atas kejadian tersebut karena Tumang adalah Mbah Sara Satria Nunggal, suaminya yang selalu menjelma dalam bentuk binatang.
 
Ketika bulan purnama tiba...Nyi Jambe Larang menyendiri di halaman rumah, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari langit dan jatuh tepat di pangkuannya, Nyi Jambe Larang merasa kaget takut, namun karena rasa penasarannya barang tersebut ia ambil lalu ia lihat dengan seksama. Setelah ia membukanya perlahan dan memperhatikannya dengan seksama, ternyata barang yang jatuh dari langit tersebut adalah sebuah cinde (saputangan), Nyi Jambe termenung sembari bergumam menyebut-nyebut cinde, lalu ia menatap bulan yang saat itu sedang terang benderang purnama sambil menyebut-nyebut wulan (bulan). Kalau disatukan, ucapannya tersebut menjadi "Cinde Wulan", akhirnya Nyi Jambe Larang memutuskan tempatnya menetap tersebut dinamakan "Cinde Wulan", dimana cinde berarti saputangan dan wulan berarti bulan (purnama), Cinde Wulan sendiri artinya kurang lebih saputangan yang bercahaya seperti bulan purnama.
 
Setelah Nyi Mas Jambe Larang memberi nama tempat tersebut, ia teringat akan janjinya yang akan mengikuti rombongan warga terdahulu yang sudah pindah. Ia kemudian bergegas untuk pergi mengikuti rombongan itu, hanya saja ia ternyata kehilangan jejak, namun demikian ia tidak putus asa, dimana setelah sekian lama mencari jalan akhirnya ia bertemu dengan rombongan yang ia cari, hanya saja rombongan tersebut ternyata akan kembali pulang ke tempat semula, ke Cinde Wulan.
 
Sesampainya di tempat semula yang sudah diberi nama Cinde Wulan oleh Nyi Mas Jambe Larang, ternyata ditempat tersebut waktu itu sudah banyak sekali rumah atau tempat tinggal, kebetulan saat itu warga setempat sedang mencari pemimpin untuk kelompok warga ditempat tersebut, mereka sedang memilih seorang lurah. Lurah yang terpilih bisa disebut sebagai pengganti Nyi Jambe Larang dahulu karena Nyi Jambe Larang dulunya adalah pemimpin kelompok warga yang nomaden. Oleh Lurah yang baru terpilih nama tempat Cinde Wulan diganti menjadi Cindulang, sebenarnya perubahan nama tersebut tidak merubah arti dari Cinde Wulan karena Cinde Wulan dan Cindulang mempunyai arti yang sama yaitu saputangan yang bercahaya. Nama Cindulang untuk daerah tersebut bertahan sampai beberapa waktu, baru setelah datang penjajah dari Belanda dan Jepang namanya berubah menjadi Sindulang.

DISKUSI


TERBARU


Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpaa Manca (Tar...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Manca merupakan salah satu tarian tradisional yang memadukan gerakan dinamis dan seni bela diri berpedang. Sehingga tarian ini dikenal juga seba...

Ndiha Rasa (Pes...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Ndiha Rasa atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kampung Ramai; (diterjemahkan sebagai Pesta Rakyat), merupakan salah satu tradisi masyarakat Bima yang...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...