Ada seekor raja burung parkit yang hidup beserta rakyatnya di sebuah hutan di Aceh. Mereka hidup damai. Tetapi kedamaian itu terusik oleh kedatangan seorang pemburu yang berhasil menaruh perekat di sekitar sangkar-sangkar burung parkit. Mereka berusaha melepaskan sayap dan badan mereka dari perekat tersebut. Namun, upaya tersebut gagal. Burung-burung parkit menjadi panik, keculi si Raja Parkit.
“Tenang, Bila pemburu itu datang, kita berpura-pura mati. Setelah melepaskan perekat, pemburu itu akan memeriksa kita. Kalau ia melihat kita mati, ia akan membuang kita. Tunggulah sampai hitungan ke seratus, sebelum kita bersama-sama terbang kembali,” pesannya.
Keesokan harinya, pemburu itu datang. Setelah melepaskan perekatnya, ia mengambil hasi tangkapannya. Betapa kecewanya ia mengetahui burung-burung parkit sudah mati tidak bergerak lagi. Namun sebelum hitungan ke seratus, tiba-tiba pemburu tersebut jatuh terpeleset hingga mengejutkan para burung parkit. Karena terkejut, mereka pun serentak terbang ke udara. Hanya Raja Parkit yang belum terlepas dari perekatnya sehingga pemburu pun cepat menangkapnya. Raja Parkit kemudian memitan pada pemburu itu untuk tidak membunuhnya. Sebagai imbalannya, ia akan selalu menghibur si pemburu. Hampir tiap hari, ia bernyanyi dengan merdunya. Kabar kemerduan suara Raja Parkit itu terdengar sampai ke istana Raja. Raja pun kemudian menukar Raja Parkit dengan harta perhiasan yang sangat banyak. Di istana, Raja Parkit ditaruh di dalam sebuah sangkar emas dan diberi makanan yang enak-enak.
Namun, Raja Parkit tidak bahagia. Ia selalu ingat hutan Aceh tempat tinggalnya. Pada suatu hari, ia berpura-pura mati. Sang Raja sangat sedih dan menyuruh Raja Parkit dikuburkan dengan upacara kebesaran. Ketika Raja Parkit diletakkan di tanah, ia pun langsung terbang ke udara menuju hutan kediamannya. Di sana rakyat burung parkit sudah setia menunggu kedatangannya.
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang