Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Bali Bali
Sang Hyang Semara Ratih, Simbol Cinta Kasih
- 25 Desember 2018

Dalam mitologi tentang Sang Hyang Semara Ratih, yang merupakan sepasang dewa dewi sebagai simbol cinta kasih yang penuh dengan keinginan dan kesetiaan serta pengorbanan. Diceritakan kisahnya dalam lontar cundamani II.

Dalam kutipan tersebut diceritakan bahwa sorga sedang diserang oleh raksasa Nilarudraka, seorang raksasa yang sakti ingin menguasai sorga. Para dewa-dewa semuanya kalah tidak ada yang sanggup melawannya.

Akhirnya para dewa-dewa datang menghadap Bhagawan Wraspati untuk menanyakan dan meramalkan siapa yang akan sanggup mengalahkan raksasa tersebut. Akhirnya hasil ramalan ternyata bahwa raksasa Nilarudraka hanya akan dapat dikalahkan oleh putranya Dewa Siwa yang berkepala gajah.

Ternyata pada saat itu Bhatara Siwa belum berputra di samping itu beliau sedang bersemadi (bertapa), yang tidak ada seorang pun yang berani untuk mengganggunya. Sehingga ditugaskanlah Dewa Kama untuk menggoda dan membangunkan Dewa Siwa.

Walaupun tugas tersebut penuh resiko, namun tetap dilaksanakan oleh Dewa Kama, demi kepentingan para Dewa-Dewa semua dan sorga yang sedang terancam. Ketika sampai di Gunung Kailasa, tempat Dewa Siwa bertapa dan setelah sampai di tempat tersebut Dewa Kama pun lalu melepaskan panahnya yang mengenai dada Dewa Siwa. Akhirnya beliau terbangun dan tak pelak marahlah beliau dan kemudian dengan sorotan mata yang penuh api akhirnya Dewa Siwa membakar dan membunuh Dewa Kama tersebut.

Wafatnya Dewa Kama maka sebagai tanda setia kepada suami maka Dewi Ratih pun memohon kepada Dewa Siwa agar dirinya dibakar juga karena ingin mengalami nasib yang sama dengan suaminya, lantas permohonan itu dikabulkan oleh Dewa Siwa sehingga untuk kedua kalinya keluar api yang membakar hangus Dewi Ratih.

Karena panah yang dilepaskan adalah panah asmara, maka membuat Dewa Siwa yang sedang bersemadi tergoyah hatinya, tiba-tiba rindu kepada Dewi Uma, akhirnya bertemulah beliau. Pertemuan ini menyebabkan mengandungnya Dewi Uma.

Pada saat Dewi Uma dan Dewa Siwa berjalan-jalan di puncak gunung Kailasa, maka dijumpailah oleh Dewi Uma onggokan abu dan Dewi Uma pun bertanya kepada Dewa Siwa, menanyakan abu apa sebenarnya itu?.
Dewa Siwa pun menjelaskan bagaimana bisa terjadi gundukan abu tersebut, yang tidak lain merupakan jazad dari Dewa Kama dan Dewi Ratih.
Setelah mendengar cerita dari Dewa Siwa itu, maka Dewi Uma pun meminta Dewa Siwa agar kedua Dewa tersebut dihidupkan lagi, karena kedua dewa tersebut di samping bermaksud baik juga karena panah Dewa Kamalah yang menyebabkan pertemuan antara Dewa Siwa dengan Bhatara Uma, andaikata tidak, maka Dewa Siwa pun mungkin tidak merindukan Dewi Uma.
Atas permohonan Dewi Uma maka Dewa Siwa pun mengabulkan permintaan tersebut namun dengan catatan bahwa Dewa Kama dan Dewi Ratih tidak bisa dihidupkan lagi di sorga.
Oleh karena itu ditaburkanlah oleh Dewa Siwa dan Dewi Uma, bersama-sama abu dari Dewa Kama dan Dewi Ratih itu ke dunia mayapada, dengan perintah agar jiwa Dewa Kama dan Dewi Ratih hidup di dunia dan memasuki lubuk hati setiap insan, sehingga timbullah rasa saling cinta mencintai.
Demikianlah jiwa Dewi Ratih yang menginsani setiap makhluk yang berbentuk wanita (betina) sedangkan Dewa Kama yang menginsani lubuk hati setiap pria (jantan).

Karena itulah pria dan wanita saling rindu merindukan karena berasal dari jiwanya Dewa Kama dan Dewi Ratih.Sehingga dalam beberapa simbolisasi cinta kasih Sang Hyang  Semara Ratih ini disebutkan sebagai berikut :

  • Sanggah Surya pada saat mekala – kalaan (mabeakala) ring upacara pawiwahan merupakan niyasa (simbol) sebagai stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Ratih.
  • Dalam urut – urutan upacara metatah yang awal pelaksanaanya dilaksanakan sembahyang kepada Bhatara Surya dan kepada Bhatara Sang Hyang Semara Ratih dan juga mohon tirtha kepada beliau berdua.
  • Ngetok sunduk yang juga merupakan awal dari pelaksanaan upacara pemakuhan dalam pendirian rumah baru yang akan ditempati disebutkan mantra tersebut bertujuan untuk ngadegang Bhatara Semara Ratih metemuang ageni mastu astu Ang Ah.

sumber : http://inputbali.com/budaya-bali/tentang-sang-hyang-semara-ratih-simbol-cinta-kasih

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa
Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana