Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Sumbawa
Sang Bangau dan Kera
- 29 November 2014

Sang bangau punya kaki dan leher yang panjang. Sayapnya kuat dan lebar sehingga ia mampu terbang tinggi dan jauh. Makanan kesukaannya adalah kodok. Selain itu ia suka belalang, ulat pohon, dan bekicot. Sang bangau bersahabat dengan sang kera. Sang bangau sering membantu mencari kutu sang kera. Jika bepergian jauh, sang bangau biasanya menerbangkan sang kera. Akan tetapi, sang kera yang licik dan khianat selalu ingin enaknya saja.

Pernah sang kera minta tolong sang bangau untuk menangkap ikan di sebuah kolam. Sementara sang bangau bekerja, sang kera makan sampai kenyang. Setelah selesai, sang bangau hanya mendapat bagian sedikit, karena sebagian telah disembunyikan terlebih dulu oleh sang kera. Atas perlakuan yang demikian, sang bangau sudah tentu sakit hati. Namun tidak sampai memutuskan hubungan. Mereka tampak rukun-rukun saja. Sampai pada suatu hari sang kera ingin menipu sang bangau lagi. Sang kera ingin pergi ke Pulau Medang yang terkenal buah sawonya. Tetapi bagaimana caranya untuk bisa ke sana karena kera yakin tidak ada satu pun dari temannya yang mau meminjamkan perahu kepadanya. Satu-satunya harapan adalah sang bangau. Ia mencari akal bagaimana agar sang bangau mau menerbangkannya ke Pulau Medang.

Pada saat kelaparan melanda warga bangau, diajaklah sang bangau pergi ke Pulau Medang. Sang kera bercerita bahwa di Pulau Medang pasti terdapat kodok yang banyak, karena pulau itu tidak berpenghuni. Tanpa curiga sedikit pun, sang bangau tidak menolak tawaran sang kera. Maka, ditentukanlah hari keberangkatan mereka. Keduanya berangkat dengan penuh harapan memperoleh kehidupan yang layak di pulau seberang. “Bangau sahabatku,” kata sang kera. “Sesampai di Medang nanti saya akan membuat perahu dari tanah liat”. “Apakah kera sekarang sudah begitu pandai sehingga bisa membikin perahu?” tanya sang bangau dengan nada tak percaya.

“Sudah lama saya pergi ke negeri orang-orang pandai belajar membuat perahu. Sekarang saya baru bisa membuat perahu dari tanah liat”, jawab sang kera. “Yang Penting, sang bangau harus membantu saya mengumpulkan tanah liatnya,” lanjut sang kera.

Sesuai dengan kesepakatan, pada suatu hari sang bangau berangkat menerbangkan sang kera menuju Medang pulau harapan. Setelah beberapa saat terbang, tampaklah dari kejauhan Pulau Medang yang menghijau. Di atas punggung sang bangau, sang kera telah membayangkan buah-buah sawo yang harum baunya dan manis rasanya. Sang kera menyuruh sang bangau terbang lebih cepat. Namun, apa daya. Sang bangau kecapaian, tidak mampu terbang lebih cepat lagi. Apalagi sang kera terus-menerus mengajak bercakap-cakap sambil duduk enak di atas punggung sang bangau. Dengan sisa tenaga yang ada, akhirnya mereka sampai ke Pulau Medang. Dengan napas terengah-engah sang bangau mendarat dengan selamat. Mereka beristirahat sebentar menikmati pemandangan indah di pulau yang sunyi itu.

Sementara sang bangau masih kelelahan setelah terbang dengan beban tubuh sang kera yang berat. Sang kera sudah berada di atas pohon sawo dengan wajah berseri. Ia melompat dari pohon sawo yang satu ke pohon sawo yang lain. Mulutnya mengunyah buah-buah sawo yang masak tanpa berhenti. Kodok yang diperkirakan melimpah ruah tidak ada seekor pun. Terpaksa sang bangau hanya berbaring melepaskan lelah. Sesekal, ia menangkap kepiting kecil yang lewat di dekatnya. Namun, karena sang bangau tidak biasa makan kepiting, perutnya terasa agak mual. Sementara itu, sang kera telah tertidur di atas pohon. Perutnya tampak membiru tanda kekenyangan.

Setelah sang kera bangun, berkatalah sang bangau, “Sang kera, Anda telah kenyang di sini. Makanan berlimpah. Kodok dan belalang yang Anda janjikan tidak ada di sini. Oleh karena itu, saya tidak mungkin tingggal di sini. Saya akan kembali ke kampung halamanku. Dengan buah sawo yang berlimpah di sini, anda bisa hidup tujuh turunan. Oleh karena itu, besok saya akan pulang. Saya akan menceriterakan kepada warga kera tentang hutan sawo mu.

“Jangan begitu,” kata sang kera. “Mana mungkin saya hidup sendirian di sini.”

“Tetapi saya tidak mungkin hidup di daerah tanpa kodok seperti ini,” jawab sang bangau agak jengkel.

“Kalau begitu baiklah. Mari terbangkan saya pulang ke kampung bersamamu,” ujar sang kera. “Maaf sang kera, sayapku belum begitu pulih untuk bisa terbang dengan beban tubuhmu. Jangankan terbang dengan sang kera. Terbang sendiri pun belum tentu kuat.”

“Kalau begitu kita tunggu saja sampai Anda pulih kembali kekuatannya.” Sang bangau menjawab, “Mana mungkin aku harus menunggu. Apa yang harus saya makan? Apa saya harus mati kelaparan di sini sementara kamu punya buah sawo yang berlimpah? Saya kira kamu dapat pulang sendiri dengan perahu. Kamu dapat membuat perahu kan.”

Sang kera tertunduk malu. la ingat akan kebohongannya. Sebenarnya ia hanya punya sedikit keahlian membuat perahu. Namun, karena malunya kepada sang bangau, ia berkata, “Kalau begitu bantulah saya mencari tanah liat. Nanti saya yang menempanya.”

Singkat cerita, perahu itu sudah jadi. Mereka mendorong ke tengah lautan, dan berangkatlah mereka berdua. Sang kera naik perahu dengan perasaan takut sekali.

Sesekali, perahu itu diterjang ombak. Wajah sang kera menjadi pucat. Sebaliknya, sang bangau selalu bernyanyi: “Curcur humat, curcur hurnat, bila hancur saya selamat, bila hancur saya selamat.”

Tentu saja sang bangau dapat terbang jika perahu itu hancur diterpa ombak. Kemungkinan untuk hancur memang ada, karena perahu itu hanya dibuat dari tanah liat oleh kera yang tidak ahli.

Sementara itu, mereka telah berlayar jauh ke tengah lautan. Pulau Sumbawa sebagai kampung halamannya telah tampak dari kejauhan. Tiba-tiba badai bertiup dengan kencang. Hujan pun turun dengan lebat. Ombak lautan bergulung-gulung menerpa perahu mereka. Dalam waktu yang singkat, perahu itu pecah berantakan. Sang bangau segera terbang, sedangkan sang kera dengan susah payah mencoba berenang. Namun, tubuhnya yang kecil tidak mampu melawan derasnya arus dan besarnya gelombang lautan yang kian mengganas. Akhirnya, sang kera mati ditelan ombak lautan.

Lautan tenang kembali. Nun di atas langit tampak sang bangau terbang dengan tenang menuju kampung halamannya.

Sumber: http://dongeng.org/cerita-rakyat/sang-bangau-dan-kera

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU