|
|
|
|
Sampyong Sebagai Kearifan Lokal Kota Angin (Majalengka) Tanggal 11 Aug 2018 oleh OSKM18_1631820_ Muhammad Bahrun Najah. |
Sampyong Sebagai Kearifan Lokal Kota Angin (Majalengka)
Sampyong merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional masyarakat Majalengka. Nama sampyong berasal dari dua suku kata, yaitu "Sam" dan "Pyong". Sam, yang berarti tiga, dan Pyong yang berarti pukulan. Nama tersebut diambil dari salah seorang penonton keturunan Cina yang secara tidak sengaja mengucapkan kata itu ketika ia tertarik dengan jumlah pukulan pertunjukan tersebut.
Menurut sejarah, pada tahun 1960, di daerah Cibodas, kecamatan Majalengka terdapat pemainan rakyat tradisional, dengan nama Ujungan (Sampyong yang dikenal saat ini). Permainan tersebut adalah permainan adu ketangkasan dan kekuatan, yaitu dimana pemain nya akan saling memukul. Terdiri dari dua orang pemain yang saling berhadapan, baik perempuan ataupun laki-laki, serta dipimpin oleh seorang wasit. Alat pemukulnya berupa rotan dengan panjang 60 cm, para pemain menggunakan pelindung kepala, yang disebut taregos atau balakutal, dan sasaran pukul nya tak terbatas.
Ujungan tersebut merupakan cikal bakal munculnya kesenian tradisional Sampyong yang dikenal saat ini, namun ada perubahan pada aturan mainnya, yang dahulu sasaran dan banyaknya pukulan tak terbatas, kini ada aturan tersendiri, dimana aturanya adalah:
Adapun urutan acara dari pertunjukan sampyong, yaitu:
Sampyong biasanya dipertunjukan di acara hajatan, adu ketangkasan domba, festival budaya, dan karena merupakan kesenian tradisional asli Majalengka, maka Sampyong juga turut di pertontonkan di acara-acara besar di Majalengka, salah satunya adalah Hut Majalengka.
Dibalik eksis nya kesenian Sampyong, khusus nya untuk daerah Majalengka sendiri, ada orang-orang berkearifan lokal yang cinta akan daerah nya, yaitu dia adalah tokoh-tokoh pelestari Sampyong, dianataranya adalah Bapak Sanen (Alm), Lewo, Mang Kiyun, Mang Karta, K. Almawi, Baron, Komar, Anah, Emindan, dan ada beberapa tokoh yang menyebar di daerah lain di Kabupaten Majalengka. Atas kerja keras mereka, Sampyong sedikit demi sedikit dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Majalengka.
Sampyong, sebagai salah satu seni yang tumbuh di tengah masyarakat Majalengka, Jawa Barat, adalah salah satu aset yang teramat berharga, dan tak akan bisa dinilai dengan rupiah. Sampyong menjadi kebanggaan masyarat Majalengka khususnya, dan Jawa Barat umumnya. Seni tersebut lahir dengan beribu filosofi, yang takkan bisa ditelaah dengan waktu singkat, yang tentunya relevan dengan kehidupan masyarakat Majalengka, teramat disayangkan apabila kesenian tersebut lenyap tak bersisa begitu saja, walaupun boleh dikata Indonesia memang mempunyai ragam seni dan budaya yang lebih dari sekedar itu, namun tetap saja sebanyak apapun walaupun harus lenyap satu persatu nantinya akan habis juga. Dengan demikian perlu kita perhatikan betul, dan patut dilestarikan salah satu kesenian yang ada di Indonesia ini, Sampyong bukan hanya milik Majalengka, bukan hanya milik Jawa Barat, tetapi milik Indonesia, negeri kita tercinta.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |