Sambut Sukacita Kelahiran Bayi dengan Manyue
Semua orang pasti sangat menantikan kelahiran seorang bayi dalam keluarganya, bayi yang imut nan kecil terlahir dengan disertai doa dan harapan untuk keluarganya. Bayi yang lahir pula menjadi suatu tanda bertambahnya anggota keluarga sehingga setiap keluarga ingin memperkenalkan anggota keluarga barunya kepada para saudara, tetangga, dan kerabat. Untuk itulah orang Tionghua mengadakan tradisi Manyue. Arti Manyue itu sendiri adalah sebulan penuh, Man artinya penuh dan Yue artinya bulan. Dikatakan sebulan penuh karena tepat pada hari ke 30 atau ke 40 setelah bayi dilahirkan keluarga akan mengadakan perayaan dan memberikan keranjang berisi makanan kepada tamu yang hadir.
Pada zaman dahulu angka kelahiran bayi selamat sangat sedikit karena keterbatasan obat dan teknik kelahiran yang baik, sehingga tak jarang bayi meninggal saat lahir atau umurnya tidak bertahan lama. Maka dari itu saat bayi lahir diadakan perayaan Manyue yang diiringi doa dan harapan agar bayi yang telah berumur 1 bulan dapat tumbuh sehat sampai dewasa nanti. Perayaan ini juga dilakukan tepat pada hari ke 30 atau ke 40 setelah bayi lahir, hal ini dikarenakan masa nifas atau masa istirahat ibu yang baru melahirkan adalah 1 bulan dan sebelum 1 bulan bayi serta ibunya yang baru lahir tidak boleh keluar rumah. Karena orang Tionghua percaya masa nifas adalah masa terlemah sang ibu dimana bila ibu keluar rumah maka sang ibu akan mudah terjangkit atau terserang penyakit dan hal ini juga bisa berdampak buruk pada sang bayi saat masa menyusui. Maka setelah parayaan Manyue sang bayi boleh keluar rumah dan memperkenalkan kembali sang ibu kepada masyarakat luar.
Perayaan dibedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Perayaan Manyue untuk anak laki-laki akan diadakan tepat pada hari ke 40 sedangkan untuk anak perempuan akan dirayakan pada hari ke 30. Pada saat perayaan Manyue, rambut bayi akan dicukur dan rambut hasil cukurannya akan dibungkus dengan kain merah dan dijahit pada bantal bayi. Hal ini dilakukan dengan anggapan bayi ini akan menjadi berani dan tidak mudah takut. Dalam perayaan ini juga nama bayi akan diumumkan kepada seluruh keluarga, kerabat, dan tetangga. Para tamu yang hadir pada perayaan ini juga akan membawa hadiah untuk bayi, biasanya para tamu akan memberikan angpao (amplop berisi sejumlah uang) kepada bayi laki-laki dan perhiasan mahal untuk bayi perempuan.
Selain para tamu yang memberi hadiah pada bayi,tamu tidak akan pulang dengan tangan kosong karena keluarga akan memberi hadiah kepada tamu yang telah hadir. Hadiah ini juga disesuaikan dengan jenis kelamin bayi yang lahir. Bila bayi itu laki-laki maka keluarga kan memberikan hadiah kepada tamu berupa telur merah, ayam, dan kue mangkok sedangkan untuk anak perempuan berisi telur merah, kue bolu, dan kue mangkok. Telur merah atau Hongdan selalu ada pada perayaan Manyue. Hal ini melambangkan kebahagiaan dan permulaan hidup yang baru dengan kelahiran bayi. Hadiah ini harus diberikan kepada tamu yang hadir hanya pada hari perayaan saja tidak boleh sebelumnya atau sesudahnya dan harus tepat pada hari ke 30 atau hari ke 40.
Kini dunia semakin modern, semua mencari yang praktis dan karena saat ini orang-orang semakin sibuk sehingga acara Manyue ini sudah tidak lagi sesuai dengan tradisi. Seperti saat ini keluarga tidak harus mengirim hadiah pada para tamu tepat di hari ke 30 atau ke 40, tapi boleh hari-hari setelah hari itu dan tidak disarankan dilakukan sebelum hari itu. Hal lainnya yang berubah adalah isi hadiah untuk tamu. Sekarang banyak keluarga yang mengisi hadiah dengan kue kering, handuk bernamakan nama bayi, serta hal lainnya. Tetapi yang tetap tidak boleh ditinggalkan adalah telur merah. Meskipun zaman semakin berkembang dan terdapat beberapa perubahan yang mengikuti zaman, namun tradisi ini masih dilakukan setiap keluarga Tionghua.
Sumber : orangtua dan oma
#NirmalaPembangunBangsa
#OSKMITB2018
#BudayakanMengarsipBudaya
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja