|
|
|
|
Sajian Teh Tawar di Tatar Sunda Tanggal 10 Aug 2018 oleh OSKM_16218057_Fidina Fathunisa. |
Sebagian besar orang pasti menyukai teh. Beberapa orang meminum teh di pagi hari sebagai kebiasaan. Ada pula yang meminum teh karena kebutuhan khasiat yang terkandung di dalam teh. Tak sedikit juga yang meminum teh karena sekedar menyukai cita rasanya. Di beberapa daerah di Indonesia, teh digunakan sebagai pengganti air putih. Penyajiannya pun bermacam-macam. Panas, dingin, manis, dan tawar. Di Jawa Barat sendiri, teh biasa disajikan hangat tanpa gula.
Jika berkunjung ke rumah makan di Jawa Barat, maka kita akan disajikan teh tawar hangat secara gratis. Meminum teh tawar sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Sunda. Teh tawar biasa disajikan baik dalam acara formal maupun santai. Masyarakat Sunda dalam menjamu tamu memercayai bahwa teh tawar yang disajikan merupakan wujud rasa menghargai tamu tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki kadar manis yang disukai yang berbeda-beda. Bahkan, mereka akan merasa malu ketika terpaksa harus menyajikan air putih. Adapun di Kabupaten Garut, meminum teh tawar dijadikan sebagai ritual dalam menyambut tahun baru Islam, yang dikenal dengan istilah nyaneut. Nyaneut berasal dari kata nyai haneut atau cai haneut yang berarti air hangat. Masyarakat biasa meminum teh tawar ditemani dengan singkong rebus saat ritual nyaneut tersebut.
Awal mula masyarakat Sunda mengonsumsi teh tawar berkaitan dengan masa kolonial Belanda dahulu. Teh adalah produk pemerintah kolonial Belanda yang ditanam di hampir semua daerah di Jawa Barat. Namun, yang dapat meminum teh dengan gula hanya bangsawan, konglomerat, dan warga Belanda. Mereka memakai gula yang dibeli dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang harganya sangat mahal. Masyarakat pribumi yang mayoritas adalah petani di perkebunan teh, tidak dapat meminum teh dengan gula karena tak mampu untuk membeli gula tersebut. Akhirnya, mereka hanya bisa menikmati teh tanpa gula. Sampai masa kolonial berakhir pun, masyarakat masih meminum teh tanpa gula dan menjadi kebiasaan bahkan budaya hingga hari ini.
Masyarakat Sunda saat ini, sudah jarang yang menjamu tamu dengan teh tawar. Hanya sebagian kecil yang masih mempertahankan hal tersebut. Mereka lebih banyak menyajikan air putih. Namun, hampir semua rumah makan sunda masih mempertahankan kebiasaan tersebut. Mereka masih menyajikan teh tawar hangat gratis. Sajian teh tawar di Tatar Sunda ini merupakan identitas tersendiri bagi masyarakat Sunda yang sudah selayaknya kita pertahankan.
sumber :
https://www.kaskus.co.id/thread/5aa104bb507410a6198b457a/teh-tawar-sebagai-identitas-masyarakat-sunda/
https://www.plukme.com/post/1525341432-air-teh-dan-budaya-sunda
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |