Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Olahraga Nusa Tenggara Timur ngada
Sagi
- 21 November 2018
Tradisi tinju ini diwariskan oleh leluhur secara turun temurun sampai pada masa sekarang. Sagi dijalankan hampir di setiap wilayah Soa secara berurutan, mulai dari Desa Mengeruda, Piga, Tarawaja/Wulilade, Seso (Sagi Libu) Masu, dan Loa. Pelaksanaan Sagi pada bulan Mei dan biasanya berakhir pada bulan Juli dan proses perhitungan bulan biasanya melalui perhitungan bulan secara tradisional atau kalender tradisional masyarakat setempat. Di daerah Soa tahapan-tahapan pelaksanaan Sagi hampir sama di setiap desa, perbedaan hanya pada saat penutupan Sagi seperti di Desa Piga dan Mengeruda diakhiri dengan upacara adat Sogo.Berikut pelaksanaan Sagi di Desa Masu dan Piga :
 
Tahapan Persiapan Tinju 
 
Di desa Masu,Sagi diawali dengan kesepakatan adat dari rumah pemangku Budaya Sagi(Mori Raghu Sagi ). Pada tahapan ini akan dimulai acara penggantungan pinang ( Teo heu ) , di sebuah tempat yang ditentukan yaitu menhir kayu ( Ngadhu ) untuk selanjutnya dibuat kesepakatan bersama yang ditandai dengan makan sirih pinang ( Weti ), makan bersama ( Nalo ), dan selanjutnya akan dibuat atau dilagukan syair-syair adat atau dalam bahasa setempat Tau Pata. Pada malam hari setelah kesepakatan pelaksanaan Sagi, akan dilangsungkan Dero (nyanyian yang disertai tarian) yang dilakukan dengan membuat lingkaran pada api unggun. Tempat pelaksanaan Dero biasanya disebut dengan Loka dan dilaksanakan pada halaman kampung. Setiap orang yang ada biasanya membentuk kelompoknya masing-masing, syair– syair Dero biasanya berupa pantun–pantun muda mudi, sindiran terhadap kekeliruan masyakat dalam kehidupan, nasehat, puja puji terhadap kekasih dan lain sebagainya. Biasanya Dero berlangsung semalam suntuk. Pada masa lampau Dero berlangsung tiga malam berturut turut menjelang Sagi, pada masa sekarang Dero dilaksanakan satu malam saja.Pada saat menjelang Sagi masyarakat adat juga memanfaatkan moment ini untuk meminang gadis ( Idi Weti ).
 
Tahap Pelaksanaan
 
Sagi akan dilaksanakan di tengah kampung ( Kisanata ) dan pada areal ini akan dijadikan dua kelompok atau lokasi yaitu kelompok timur dan kelompok barat sesuai dengan penempatan posisi kampung( Ulu–Eko ). Pada lokasi ini biasa disebut dengan lokasi melo atau ei ye, dimana para petinju akan keluar setelah mengenakan pakaian khusus dari pemangku tinju (pada masa lampau). Untuk memberi spirit sebelum bertarung kelompok melo akan menyanyikan syair–syair berupa sindiran terhadap lawan serta tari-tarian yang sedikit mengejek/memanasi lawan. Orang yang melakukan Sagi atau Petinju, sebelum keluar bertinju harus duduk diatas lesung yang telah disiapkan. Pantangan bagi kaum perempuan adalah tidak boleh melewati tempat ini. Pengumuman atau maklumat tentang siapa yang akan bertarung akan dilakukan, maklumat ini biasa disebut dengan Bheta. Hal ini dimaksudkan agar semua orang dapat mengetahui siapa yang akan bertarung. Dan apabila dua orang yang akan bertarung masih mempunyai hubungan darah maka pertarungan tidak boleh dilaksanakan dan diganti orang lain. Orang–orang yang akan bertinju atau sagi, tidak dibatasi jumlah atau pasangan sampai acara tinju selesai, ronde tinju pun berdasarkan kesepakatan petinju. Tinju akan dihentikan apabila salah satu dari mereka mengalah atau luka berat. Begitu pula dengan perdamaian bisa terjadi pada saat itu juga atau kedua petinju tidak akan berdamai dan akan bertarung lagi pada kesempatan lain di kampung yang berbeda.
 
Personil
 
  1. Petinju ( Ata Sagi ).
  2. Sike / Zo, terdiri dari 2 orang, yaitu orang yang bertugas mendampingi masing–masing dua orang yang bertinju serta memberikan perlindungan bagi petinju. Seseorang yang dipilih atau dipercayakan sebagai sike harus orang yang berpengelaman dan lincah sehingga bisa mengimbang petinju, gerakan kaki seorang sike harus seirama atau paling tidak mengimbangi petinju, begitu pun kecepatan mata, tangan sike bisa dimanfaatkan untuk melindungi dada petinju serta menarik petinju apabila dalam keadaan bahaya. Kalah menang pertarungan juga tergantung pada pendamping atau sike.
  3. Dheo woe ( wasit ) 1 orang, bertugas melerai para petinju apabila dalam keadaan bahaya atau posisi berpelukan.
  4. Dheo haro, bertugas menjaga keamanan dengan berdiri membuat pagar betis agar orang yang menonton tidak masuk arena tinju. Pada masa lalu personil ini dilengkapi dengan ranting bambu kecil untuk menghalau penonton yang masuk area tinju.
Tahap Penutup
 
Tinju akan berakhir menjelang sore hari jika mori raghu sagi menutup acara tinju dengan maklumat dan ditandai dengan pembelahan kelapa ( Kela nio ). Maksud dari ritual ini adalah apabila kelapa yang dibelah keduanya posisi telungkup maka tahun berikutnya hasil panen gagal. Panen akan melimpah apabila kelapa dalam posisi terbuka. 
 
Acara tinju adat ini juga merupakan ajang silaturahmi karena semua tamu atau kerabat yang diundang akan dijamu makanan. Makna acara tunju adat selain menunjukan kejantanan seorang pria tetapi juga merupakan pesta syukur atas panen.
https://indahnyaflores.blogspot.com/2013/04/tradisi-tinju-tradisional-sagi-di.html
#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU