Si Penakluk rajawali adalah seorang pemuda yang tinggal di sebuah daerah di Sulawesi Selatan, Indonesia. Pemuda tersebut dinikahkan dengan putri raja, karena berhasil memenangkan sayembara menaklukkan seekor rajawali raksasa.
“Mmm..., bagaimana kalau aku mengadakan sayembara untuk menaklukkan rajawali itu. Barangkali di antara rakyatku ada yang mempunyai kesaktian yang tinggi dan mampu melumpuhkan rajawali itu,” pikir sang Raja.
- “Wahai, rakyatku! Aku akan mengadakan sayembara untuk menaklukkan rajawali raksasa itu. Siapapun yang berhasil menaklukkannya, jika dia seorang laki-laki maka aku akan menikahkannya dengan putriku, dan jika dia seorang perempuan, maka aku akan mengangkatnya menjadi keluarga istana!” seru sang Raja kepada seluruh rakyatnya.
- “Ampun, Baginda! Kapan sayembara tersebut akan dilaksanakan”“ tanya seorang warga dengan penuh semangat.
- “Menurut penasehat istana, rajawali raksasa itu akan datang ke negeri ini seminggu lagi. Jadi, mulai sekarang latih dan perdalamlah ilmu dan kesaktian kalian!” seru sang Raja.
“Maafkan Ayah, Putriku! Ayah melakukan semua ini karena adat di negeri ini. Tapi, Nanda tidak usah khawatir, Ayah sedang berusaha untuk menyelamatkan Nanda dengan mengadakan sayembara ini. Semoga di antara warga ada yang mampu mengalahkan burung rajawali itu,” ucap sang Raja menenangkan hati putrinya.
- “Hai, gadis cantik! Kenapa kamu sedih dan duduk sendirian di sini”“ tanya pemuda itu dengan perasaan iba.
- “Aku sedang menunggu ajal,” jawab sang Putri dengan suara lirih.
- “Apa maksudmu”“ tanya pemuda itu penasaran.
- “Aku adalah seorang putri raja dan mempunyai enam orang saudara perempuan. Menurut adat di negeri ini, jika putri raja sudah berjumlah tujuh orang, maka salah seorang di antaranya harus dipersembahkan kepada seekor rajawali raksasa untuk disantap,” jelas sang Putri.
- “Tapi, jika ada orang yang mampu menaklukkan rajawali itu, maka raja akan menikahkannya denganku,” tambah sang Putri.
- “Maaf, Tuan Putri! Jika diperkenankan, hamba akan menemani sang Putri di sini,” kata pemuda itu.
- “Jangan! Nanti kamu ikut dimakan rajawali itu.”
- “Tidak usah khawatir, Tuan Putri! Hamba akan melindungi Tuan Putri dari sergapan rajawali itu.”
“Baik sekali pemuda ini. Semoga dia mampu mengalahkan rajawali itu, sehingga dialah yang akan menikah denganku,” kata sang Putri dalam hati dengan penuh harap.
“Ayo, Bangun! Rajawali raksasa itu sudah datang!” seru sang Putri.
”Tuan, tolong aku! Aku tidak sanggup menahan kepakan sayap rajawali ini,” seru tali itu meminta tolong kepada tuannya.
“Hai badikku, tikam rajawali itu!” seru sang Pemuda.
“Terima kasih! Anda telah menyelamatkan nyawaku. Bawalah selendang ini sebagai cenderamata dariku,” ucap sang Putri.
- “Ampun, Ayahanda! Ananda tidak mengenalnya. Sepertinya pemuda gagah itu bukanlah warga negeri ini,” jawab sang Putri.
- “Tapi, apakah Nanda tahu bagaimana dan dengan apa pemuda itu mengalahkan rajawali itu”“ tanya sang Raja.
- “Ananda juga tidak tahu, Ayah! Waktu itu Nanda sedang menutup mata karena ketakutan. Nanda hanya mendengar pemuda itu berseru: `Ikat rajawali itu...! Tikam raja wali itu...! Saat Nanda membuka mata, ternyata rajawali itu sudah mati,” cerita sang Putri.
- “Tapi, jika bertemu lagi dengan pemuda itu, apakah Nanda dapat mengenalnya”“ sang Raja kembali bertanya.
- “Iya, Ayah! Saya dapat mengenal pemuda itu, karena sebelum ia pergi, Nanda memberikan selendang Nanda kepadanya,” jawab sang Putri.
“Wahai, seluruh rakyatku! Berdasarkan cerita dari putriku bahwa orang yang telah mengalahkan rajawali itu adalah seorang pemuda yang tidak dikenal. Ia bukan warga negeri ini. Oleh karena itu, walaupun rajawali itu telah mati, tidak seorang pun di antara kalian yang kunikahkan dengan putriku. Akan tetapi, aku akan mengadakan pesta besar-besaran atas matinya rajawali itu,” kata sang Raja.
“Ayah! Itulah pemuda yang telah mengalahkan rajawali raksasa!” seru sang Putri sambil menunjuk ke arah pemuda yang berada di tengah arena lomba.
- “Hei, anak muda! Kemarilah sebentar!” seru sang Raja.
- “Ampun, Baginda! Ada apa Baginda memanggil Hamba”“ tanya pemuda itu penasaran.
- “Benarkah Engkau yang telah mengalahkan rajawali itu”“ sang Raja balik bertanya.
- “Benar, Baginda!” jawab pemuda itu.
- “Dengan apa kamu mengalahkannya”“ tanya sang Raja.
- “Ampun, Baginda! Hamba menggunakan seutas tali dan sebilah badik yang dapat bergerak sendiri jika diperintah,” jawab pemuda itu.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja