Rabu, 17 Juni 2015
SENI SELAMATKAN NARKOTIKA
Di era globalisasi ini, kasus terkait kepemudaan semakin meningkat. Dari kriminalitas, tawuran, pemerkosaan, hingga narkotika. Salah satu kasus di area kepemudaan adalah narkotika. Bahkan hampir 50% pemuda di Indonesia terjangkit dalam jaringan narkotika. Entah dari pengguna, pengedar, hingga menjadi bandar. Hal ini sangat merisaukan masyarakat negeri ini.
Sudah banyak kasus penangkapan warga yang terkait dengan jaringan narkotika tersebut. Mereka ditangkap sebagian besar dimasukkan ke dalam penjara. Sehingga, membuat masa depan para pemuda menjadi lebih hancur. Ada yang setelah keluar menjadi depresi karena malu, ada juga yang keluar penjara malah semakin parah kelakuannya yaitu menjadi pengedar narkoba dengan tingkat paling tinggi. Dulunya yang hanya menjadi pemakai, kini menjadi pengedar. Dulunya yang hanya menjadi pengedar, kini menjadi bandar narkoba. Entah siapa yang salah, dan siapa yang bertanggung jawab.
Namun, pemerintah sebenarnya sudah menyarankan terkait dengan narkotika. Yaitu dengan dikeluarkanya UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pada intinya, masyarakat ditinjau untuk menyelamatkan para pelaku narkoba, khususnya para pengguna narkoba.
Terkait dengan hal itu, salah satu sanggar di Tangerang Selatan tepatnya di kecamatan Prigi. Sanggar Dhian Riang Utama (DRU) yang diketuai oleh Dhian Widyawati yang akrab dipanggil Mpok Yupi.
|
|
|
Sumber : Jurnal Buaya Jabodetabek |
Beliau mengadakan seminar bersama Bada Narkotika Nasional (BNN) di kediamannya sendiri, Jalan Manunggal V No. 10 RT 001/05, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan hari Senin, 15 Juni 2015. Dengan mengambil judul pada kegiatan “Pembekalan Anti Narkoba Bagi Para Pelaku Seni Tradisi”.
Dengan kata lain, mereka mengadakan kegiatan tersebut, untuk membekali masyarakat khusunya para pelaku seni di Tangerang Selatan untuk menjauhi akan narkoba dan sejenisnya. Karena, mayoritas masyarakat beranggapan bahwa para pelaku seni tidak jauh dari yang namanya narkotika.
Di dalam kegiatan tersebut, Mpok Yupi mendatangkan tiga narasumber yang cukup berkompeten untuk membekali para pelaku seni di Tangerang Selatan.
Nara sumber pertama yaitu Andi Sardono seorang surveyor BNN. Beliau memberikan pembekalan tentang narkotika, dampak, dan sebagainya. Pada materi yang disampaikan oleh Andi adalah “Pahami Bahaya Narkotika, Kenali Penyalahgunaannya, dan Segera Rehabilitasi.”.
(Diambli dari materi Andi Sardono)
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika semakin meluas di seluruh dunia. Zaman semakin modern, peredaran narkoika tidak hanya di kota besar bahkan sampai ke kota kecil, juga ke pelosok dunia. Masyarakat mulai terancam bahaya! Jumlah penyalah guna narkotika terus meningkat, seperti yang dikatakan Andi pada materinya, tahun 2008 penyalah guna narkotika mencapai 3,8 juta orang, 2011 mencapai 4,2 juta orang, tahun 2013 meningat menjadi 4,5 juta orang, hingga ke tahun 2015 naik menjadi 5,6 juta orang. Penyalah guna di Indonesia semakin meningkat dan terus meningkat. Oleh karena itu, BNN melakukan upaya penanggulangan maksimal dan terpadu.
Anggapan masyarakat bahwa penyalahgunaan narkotika adalah perbuatan kriminal yang menjadi aib keluarga dan dipenjarakan serta dikucilkan, ternyata tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya, pemahaman haarus seimbang bahwa penyalagunaan narkotika menyebabkan gangguan fungsi otak (penyakit otak kronis dan kambuhan), yang juga menyebabkan gangguan perilakusehingga memerlukan pertolongan. Upaya penanganannya melalui proses rehabilitasi secara menyeluruh dan berkelanjutan sampai pulih.
Narkotika merupakan zat/obat dari alami (tanaman) atau sintetis (bukan tanaman). Zat ini akan mengganggu daya pikir, ingat, konsentrasi, persepsi, perasaan, dan perilaku. Selain itu, juga menimbulkan gangguan kesadaran, dan ketergantungan.
Jenis-jenis narkotika ada berbagai macam, di antaranya adalah Stimulan yang meliputi Shabudan Kristal memiliki efek gangguan sistem saraf (termasuk stroke) dan serangan jantung. Kedua adalah Depresan yang meliputi Opium, Heroin, Morfin, Kodein memiliki efek berkeringat, perasaan panas dan dingin, sulit tidur, dan sulit konsentrasi. Juga Alkohol, Benzodiazepin, Brem, Oplosan, Bopeng, Boti, Mumbul memiliki efek mengantuk dan kelelahan, penurunan fuungsi kognitif dan memori. Ketiga adalah Ketamin yang meliputi Ganja, Miraa (Khat), Inhalan (Lem, Bensin), Cimeng, Gelek, Chat memiliki efek mata merah dan menganttuk, paranoid dan halusinasi, kejang-kejang, hingga kematian. Keempat adalah Halusinogen yang meliputi Mushroom dan Inex memiliki efek mengubah fungsi saraf panca indera.
Terdapat larangan Undang-Undang yang sudah digolongkan berdasarkan hukum UU No. 35/2009, pasal 127. Berbunyi, Golongan I : dilarang digunakan dalam pengobatan/layanan kesehatan, digunakan terbatas untuk penelitian atas rekomendasi Kemenkes, sanksi pidana 4 tahun; Golongan II: digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir, bisa menyebabkan ketergantungan, sankis pidana 2 tahun; Golongan III: digunakan dalam pengobatan, bisa menyebabkan ketergantungan ringan, sanksi pidana 1 tahun.
Bagaimana seseorang bisa menjadi pengguna narkotika/ketergantungan? Di antaranya adalah faktor keturunan, lingkungan, dan kemudahan mendapatkan zat narkotika. Sedangkan untuk kategori pengguna narkotika di antaranya adalah penyalah guna merupakan orang yang menggunakan narkotika tanpa hak/melawan hukum. Kedua adalah pecandu merupakan orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan fisik dan/atau psikis (sakau). Ketiga adalah korban penyalahgunaan merupakan orang yang tidak sengaja memakai narkotika karena dibujuk/dipaksa. Ditambah pula oleh peserta seminar yaitu kurangya wawasan tentang narkotika.
Bagaimana mengenali penyalah guna narkotika? Beberapa hal atau gejala seseorang sebagau penyalah guna narkotika di antaranya adalah jalan sempoyongan, bicara pelo, apatis, mengantuk, kebersihan dan kesehatan tidak terawat, ditemukan alat suntik dan alat hisap/Bong, banyak bekas sayatan/suntikan, sering mengurung diri di kamar, kamar mandi, menghindar bertemu keluarga, emosional/agresif. Awalnya mereka sebagai pengguna coba-coba atau ditawari/sipaksa teman. Selanjutnya sebagai pengguna sosial/rekreasi: dipakai saat berkumpul bersama teman, kemudian sebagai penggunaan situasional: pelampiasan depresi, cemas, kecewa. Orang itu akan bisa menjadi pengunaan intensif: sudah berulang-ulang dan mengganggu kehidupan sosial, hingga menjadi KETERGANTUNGAN!
Itulah materi yang disampaikan oleh Andi Sardono terkait dengan narkotika dan penggunanya. Selanjutya materi diisi oleh Uki Bayu Sedjati atau lebih akrab dipanggil Pakdhe Uki yang merupakan seorang tokoh seniman Tangerang Selatan.
Beliau mengisi materi seusai break yang diisi ramah tamah dan sholat Dzuhur.
(diambil dari materi Uki Bayu Sedjati)
Materi beliau berjudul “NARCOTIZING ATMOSPHERE” merupakan cuplikan dari tinjauan sosial budaya. Dalam materi ini, pada bagian pertama terdapat Atmosfir Narkotik. Dapat diartikan bahwa atomsfir narkotik merupakan suasana kehidupan warga masyarakat sehari-hari ternyata memiliki unsur-unsur yang membius. Unsur-unsur itu di antaranya adalah teknologi informasi, gaya hidup, dan pamer kekayaan.
Pada intinya, di unsur Teknologi Informasi merupakan unsur yang cepat menyebar, banyak ragamnya, dan sulit diseleksi. Pada Gaya Hidup terdapat adanya iklan, hal yang instan, ikut-ikutan, dan mode alias gaya. Sedangkan pada unsur Pamer Kekayaan meliputi adanya sifat egois, ambisi, dan sombong.
“Hal-hal yang membius cenderung menjadikan sebagian anggota masyarakat berkhayal-tergoda untuk segera memiliki. Bagi anggota masyarakat yang tak mampu memwujudkan khayalan menjadikan mereka merasa masa depan suram. Malu, kesal, frustasi, stress, cenderung mendorong untuk melarikan diri dari kenyataan, menghalalkan segala cara. Rayuan, iming-iming, janji-janji para pengedar obat bius menjebak menjadi pemakai bahkan pengedar obat terlarang: narkotika can zat adiktif lainnya.” Begitulah ucap Pakdhe Uki dalam materinya.
Tahun 60-an muncul Flower Generation = generasi bunga = hippies, dengan semboyan“make love no war”, yang awalnya merupakan reaksi terhadap penguasa-penguasa dunia yang berambisi “perang” utamanya di aspek politik dan ekonomi. Perlawanan dengan cinta yang bebas atas segala hal termasuk sex, drug, dan sebagainya.
Nah, kata beliau, “Seniman adalah innsan yang menyenangi keindahn dan kebebasa. Karena itu benarkan seniman cenderung ‘dekat’ dengan penyalahgunaan seks dan obat-obatan terlarang? Jawabnya, tergantung pada keluasan wawasan dan ketahanan mental diri pribadi.”
Bagaimana langkah-langkah agar seniman terhindar dari “susana pembiusan dan menghalalkan segala cara?” Beliau menyarankan agar para seniman meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, meningkatkan jalinan silaturahim dengan sesama insan, termasuk saling berbagi dan saling meningkatkan ikhtiar re-kreasi (rasa-karsa-cipta-karya seni).
Hal itu dapat diapresiasikan seperti dalam seni sastra yaitu penulisan puisi, cerpen, esai, naskah drama. Seni teater yaitu pentas seni peran, seni rupa yaitu cipta materi promosi batik dan kreasi baru, seni musik yaitu cipta lagu dan musikalisasi puisi, dan seni tari yaitu dengan cipta tari identitas tradisi dan kontemporer, serta pada seni film yaitu karya video-film dokumenter. Hal itu bisa dikaitkan dalam mengatasi penanggulangan penyalahgunaan narkotika.
Dan pada materi ketiga diisi oleh Rik A Sakri atau lebih akrab dipanggil Bang Rik salah seorang tokoh seniman Jakarta Selatan. Bang Rik menyarankan pada parra peaku seni uuntuk mengaplikasikan atau mengapresiasikan dalam bentuk karya untuk mengatasi dan menanggulangi penyalahgunaan narkotika. Selain itu beliau juga mensimulasikannya dalam bentuk lenong dadakan juga sebagai penutup kegiatan tersebut.
Tak lupa juga, dalam kegiatan tersebut menghadirkan Bang Chavcay selaku Ketua Umum Dewan Kesenian Tangerang Selatan yang mengisi kekosongan dalam ramah tamah dengan lagu ciptaannya tentang narkotika, serta para pelaku seni tradisi Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan lainnya dan juga diisi oleh tarian Betawi.
Dalam kegiatan tersebut, pada intinya memiliki tujuan yaitu ingin menyelamatkan para pengguna narkoba dengan cara rehabilitasi, bukan dengan penjara. Pun juga yang dikatakan oleh Mpok Yupi masa-masa remaja sekitar 17 sampai 25 tahun adalah masa rawan. Yaitu masa keingintahuan yag besar.
Pantun pada banner pun juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap pengguna narkotika. Pantun itu berbunyi:
“Ikan tuna ikan kakap, makannya pake sambel trasi. Pengguna narkoba jangan ditangkap, harusnya direhabilitasi.”
Sehingga, mereka menghimbau kepada pemerintah untuk mengatasi para pengguna narkotika dengan rehabilitasi bukan dengan penjara. Untuk masyarakat dihimbau ketika melihat para pengguna narkotika sebaiknya jangan dilaporkan ke polisi, melainkan ke BNN untuk direhabilitasi. Dan untuk para pelaku seni, sastra, dan budaya dihimbau untuk apresiasikan karya dengan nilai membantu penanggulangan penggunaan narkotika.
Salam akhir, dikutip dari kutipan Pakdhe Uki,
“Vita Brevis Ars Longa,
seni hidup sepanjang masa.”
#Heru Cakiel
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...