Assalam'ualaikum WR.WB
Selamat malam, perkenalkan nama saya Muhammad Isa Tsaqif, panggil saja Isa atau Tsaqif. Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas produk arsitektur dari tanah moyang saya yaitu tanah Palembang. Artikel ini saya ciptakan untuk memenuhi tugas OSKM 2018 ITB. Sekian perkenalannya, mari kita mulai pembahasannya.
Mengapa rumah tradisional Palembang bentuknya aneh? pertama-tama saya ingin mengoreksi pernyataan tersebut karena rumah tradisional Palembang juga punya nama. Namanya Rumah Limas. Loh kenapa limas? ya, karena bentuknya atapnya berupa limas.
Karena keunikan rumah ini pun saya langsung bertanya kepada ibu saya yang masa kecilnya dihabiskan di Palembang sana. "Buk, kenapa rumah palembang dibangunnya diatas panggung?", ia pun menjawab "iya, selain buat ngehindarin binatang-binatang buas (biasanya ular sawah) panggungnya dibikin biar rumah tetep aman walaupun tergenang". "Loh tapi kan tiang-tiangnya dibuat dari kayu, kalo kegenang ya lapuk dong?". "enggak juga, karena kayu yang dipake itu kayu Ulen (ulin) yang tahan lapuk". Sayapun lekas mencari apa yang membuat kayu Ulen ini tahan lapuk. Ternyata pohon yang dinamai "Eusideroxylon zwageri" ini memang tumbuh di daerah yang lembap sehingga batangnya berevolusi menjadi kuat dan kokoh. Sampai-sampai kayu jenis ulin ini diberikan kelas kuat 1 dan kelas awet 1. Oke balik ke topik awal, sayapun bertanya lagi ke ibu saya " terus, kenapa di sekitaran rumahnya dikasih pager begitu? kan maling gampang aja nerobos pager sependek itumah?", ibu sayapun sempat tertawa sejenak lalu menjelaskan bahwa pagar tersebut berfungsi sebagai simbol bahwa anak perempuan (gadis) harus terlindung dari kehidupan di dunia luar (persis seperti bagaimana cerita "Makaji Juru Masak" oleh Damhuri Muhammad menggambarkan status sosial seorang gadis sumatera yang dijaga dari hubungan dengan "dunia luar"). "ooh, kalo gitu ruangan yang ada dibawah rumahnya itu buat apa?", "kalo itusih buat kegiatan sehari-hari cewe aja", begitu katanya.Â
Sayapun berhenti menanyai ibu saya dan mulai mencari-cari sendiri tentang Rumah Limas ini. Dan sayapun menemukan bahwa denah dari Rumah Limas ini tersusun sebagai berikut
Pada bagian depan rumah biasanya terdapat jogan, gegajah, ruang kerja, dan amben. ruangan-ruangan ini biasanya dipakai jika pemilik rumah sedang mengadakan acara sebagai ruang utama, makanya dibagian ini ruangannya diberi hiasan-hiasan serta ornamen yang indah.
Dibagian tengah rumah terdapat kamar para pemilik rumah, bagian sini dibuat lebih privat dan terpisah agar para tamu tidak masuk kesini.
Dan dibagian belakang rumahnya terdapat dapur (pawon), toilet, ruang pelimpaha, serta ruang rias. para wanitalah yang biasanya menggunakan ruangan-ruangan ini.
Uniknya lagi, Rumah Limas ini selalu dibangun dengan mengarah ke timur serta ke barat saja. ini karena orang-orang palembang memiliki filsafat yang berbunyi "matoari eedoop dan matoari mati". yang mengingatkan mereka bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Format bangunan seperti ini pun menguntungkan para masyarakat, karena suhu di daerah palembang bisa dibilang tinggi (panas), dengan rumah dihadapkan kepada arah mentari terbit maupun terbenam maka tidak ada bagian rumah yang selalu disinari matahari sepanjang hari. terutama pada jam 12 siang dimana matahari tepat tertutupi oleh atap rumah ini. karena saya pernah memasuki rumah seperti ini saat saya pulang kampung, sayapun bisa menjamin bahwa meski di siang terik yang panas bagian dalam rumah ini akan tetap dingin. Ditambah lagi dengan konsep rumah seperti ini angin bebas keluar dan masuk sehingga didalam tidak terasa pengap sama sekali.
Lalu, mengapa rumah di Jakarta tidak dibikin seperti ini saja? Kan banyak tuh kelebihannya, di Jakarta lebih panas pula. karena jakarta merupakan ibukota sedari zaman Belanda, maka kemungkinan ada binatang buas yang masuk rumah pun sedikit, jadi tidak perlu bentuk rumah panggung. Tapi kan jakarta sering banjir kenapa gadibikin panggung aja?. adakalanya Jakarta itu bebas banjir lho karena pemerintah belanda merupakan salah satu yang terbaik dalam membuat kanal. Lalu kenapa rumah di Jakarta tidak dibikin dengan konsep terbuka seperti ini, kan biar adem?. Wah, dulu sebelum ada A/C sih rumah di Jakarta (dan bandung terutama) lebih hebat dalam soal manajemen angin seperti ini, bahkan arsitek-arsitek lama selalu memikirkan tentang "jalur angin" pada setiap bangunan, kalau sekarang kan mau rumahnya se tertutup apa juga tinggal nyalain A/C kan.
Â
Jadi kesimpulannya, produk arsitektur di setiap daerah itu berbeda-beda karena setiap daerah memiliki kelebihan & kekurangan geografisnya masing-masing, maka masyarakat di daerah tersebut pun akan beradaptasi dengan lingkungannya dengan membuat tempat tinggal yang dapat mengatasi kekurangan-kekurangan di daerahnya serta memberikan sentuhan dari filosofi-filosofi dan kepercayaan yang dianut pada daerah tersebut. Rumah Limas inilah salah satu produk dari pemikiran tersebut.
Sekian artikel dari saya, atas perhatiannya say ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum WR.WB
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.