|
|
|
|
Rumah Bersejarah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman Tanggal 02 Jan 2019 oleh Roro . |
Udara sejuk semilir mengalir saat memasuki Dusun Sobo Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan. Rumah bersejarah markas gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman sepi, tertutup rapat. Lokasinya di daerah perbukitan jauh dari permukiman, hanya sebuah rumah di samping bangunan. “Sudah sore, tak ada pengunjung,” kata penjaga atau juru kunci markas, Padi, 76 tahun.
Lokasi markas sejauh 40 kilometer dari pusat Kota Pacitan. Jalan berkelok dan naik turun perbukitan sepanjang ditempuh selama satu jam. Bangunan rumah joglo khas Jawa ini berlantai tanah, berdinding papan berbahan kayu jati dan sebagian berdinding anyaman bambu.
Menghadap utara, bangunan terdiri dari dua bagian dan belakang. Bagian depan berupa ruang tamu, terdiri dari sebuah meja dan tiga kursi yang terbuat dari papan kayu. Serta tiga kamar tidur, salah satunya menjadi kamar tidur Panglima Soedirman, dua kamar lain ditempati dua ajudan, Soepardjo Roestam dan Tjokro Pranolo.
“Kamar Pak Dirman dikunci rapat, tak pernah dibuka,” kata Padi. Sedangkan bagian belakang merupakan dapur dan tempat menyimpan peralatan pertanian. Dinding dalam ruang tamu terpasang koleksi foto dan rute perjalanan perang gerilya Soedirman. Sebuah balok kaca melompong teronggok tak terurus.
“Dulu di dalam kaca berisi jubah pak Dirman,” katanya. Jubah tersebut hanya dipasang saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan monumen Soedirman 15 Desember 2008. Setelah peresmian jubah dikembalikan ke museum Jenderal Besar Soedirman di Yogyakarta. Termasuk tenda yang digunakan menggotong Jenderal Besar Soedirman saat bergerilya.
Mulai 1 April 1949 sampai 7 Juli 1949, Soedirman bersama anak buahnya menerapkan taktik perang gerilya setelah Istana Yogyakarta direbut Belanda. “Bapak mendirikan gubuk di depan rumah,” ujar Padi.
Padi saat itu berumur delapan tahun dan kedua orang tuanya memilih tidur di dalam gubuk. Sedangkan rumahnya digunakan sepenuhnya oleh Jenderal Besar Soedirman dan prajurit. Karsosoemito dan warga sekitar bergotong royong menyediakan makanan selama menginap. “Mau diganti uang, Bapak gak mau,” katanya.
Rumah tersebut diambil alih Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala sejak 1970. Ahli waris diganti lahan sawah seluas 2 ribu meter persegi. Padi pun diangkat sebagai juru kunci, bertugas menjaga dan melestarikan markas Panglima Besar Soedirman. Rumah dipugar dan diawetkan hingga tiga kali.
Pertama 21 Juli 1984 yang diresmikan Sekretaris Negara Sudharmono, kedua 8 Mei 1999 saat kunjungan Presiden BJ Habibie dan 15 Desember 2008 ketika kunjungan Presiden SBY. “Mengganti atap, bambu dan kayu lapuk,” ujar Padi.
Setiap hati, pengunjung sekitar 5-10 orang. Namun, saat libur lebaran pengunjung mencapai 1.800 lebih. Sebelum menginap di rumah Padi, Jenderal Soedirman menginap semalam di rumah Kepala Desa Pakis Jaswadi Darmowidodo sejauh lima kilometer dari rumah Karsosoemito. “Udara dingin, pak Dirman selalu batuk karena sakit paru-paru,” katanya.
Namun, kini rumah tersebut telah dipugar berubah menjadi rumah berdinding bata berasitektur modern. Rumah itu ditinggali anak kedua Jaswadi, Joko Mulyono.
sumber : https://www.terakota.id/menilik-perang-gerilya-panglima-besar-jenderal-soedirman-di-pacitan/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |