Tiap daerah di Indonesia sepertinya mempunyai versi rujak yang berbeda-beda, beda daerah beda rujaknya. Salah satunya rujak natsepa yang merupakan rujak khas dari Ambon.
Nama rujak natsepa ini berasal dari nama tempatnya, yaitu pantai Natsepa. Rujak Natsepa berada di kawasan pantai Natsepa yang ada di Desa Suli, Maluku Tengah ini memiliki kelebihan yakni ada pada pemakaian kacangnya. Dimana, untuk kacangnya diolah dengan memakai kulitnya. Bahkan dalam proses pengulekannya, rujak ini cukup dilakukan sebanyak enam kali ulekan saja. "Bumbu rujaknya jangan dihancurkan terlalu halus, karena sensasi kacangnya jadi nilai utama dalam menyantap rujak Natsepa," ucap Ibu Francina salah penjual Rujak seperti dikutip dari dikutip dari riskydhe.mywapblog.com.
Menurut para penjual jika menikmati pemandangan laut dengan menyantap hidangan laut pula akan menjadi hal yang biasa, mengingat Ambon juga memiliki kuliner laut yang tak kalah lezat bahkan telah mendunia. Maka hadirlah Rujak Natsepa ini di jual di pantai Natsepa. "Kalau musim liburan, maka rujak Natsepa ini laris diburu bahkan bisa tidak kebagian rujaknya," kata Ibu Francina lagi.Untuk membuat rujak Natsepa, bahan yang dibutuhkannya pun tak terlalu banyak. Siapkan kacang tanah, cabai, garam serta buah tomi-tomi (asam). Diakuinya, bila memakai jeruk untuk asamnya maka rasanya akan terasa kecut, otomatis dimakan pun tak enak.
"Buah tomi-tomi itu menghasilkan asam yang lembut, sehingga saat dimakan akan terasa enak apalagi pas di lidah. Paduan dengan buah-buahannya pun jadi lebih enak," tambahnya.
Pengolahan kacang yang kasar akan memunculkan kenikmatan yang berbeda, tak ketinggalan buah-buahan yang dipakai untuk rujak Natsepa adalah kedondong, pepaya matang, jambu, nanas, timun, mangga, ubi jalar, belimbing, serta bengkoang.
Bumbunya terbuat dari campuran gula aren, kacang tanah goring, asam jawa dan garam yang diulek menjadi satu.
Untuk menikmati sepiring rujak Natsepa yang Lezat ini, kita cukup menebusnya dengan uang 10.000 rupiah saja. Dan di tempat penjualan rujak Natsepa ini banyak juga turis-turis asing yang sedang asik menikmati rujak ini. Rujak Natsepa memang telah terkenal hingga Eropa mungkin bahkan dunia. Ada seorang turis asal Belanda yang biasanya hanya membeli bumbunya saja, untuk dibawa pulang ke negara asalnya.
Jika kalian termasuk golongan orang yang berselera pedas tinggi, maka tinggal minta tolong sama ibu penjualnya untuk menambahkan jumlah cabenya. Rujak natsepa juga berasa sangat nikmat karena dinikmati di pantai Natsepa yang indah.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja