Banyuwangi, wilayah pesisir pantai di ujung timur pulau Jawa dengan penduduk asli Suku Osing dan terkenal akan Tari Gandrung dan pemandangan alamnya yg mempesona. Banyuwangi juga tak lepas dari kuliner khasnya yaitu memiliki makanan yang berbeda dari daerah lain. Salah satu makanan khas yaitu Rujak Cemplung. Konon katanya, nama makanan ini terinspirasi dari bunyi potongan buah ketika dimasukkan ke dalam bumbu kuahnya yang berbunyi 'plung....plung'.
Makanan ini hanya dapat di temukan di Banyuwangi, sulit ditemukan di daerah lain. Rujak ini setipe dengan rujak serut, tetapi, tentunya rujak cemplung memiliki sejumlah perbedaan dari rujak serut, yaitu :
1. Buah-buahan yang digunakan tidak diserut. Tetapi, dicacah sampai menjadi bentuk dadu kecil.
2. Menggunakan petis madura yg tidak terbuat dari udang. Tetapi, terbuat dari ikan.
3. Menggunakan cuka yang benama werak. Yaitu, cuka yang terbuat dari air kelapa yang difermentasikan dengan cara dimasukkan ke dalam botol kaca, diberi satu atau dua buah cabe rawit, kemudian dijemur selama beberapa hari.
Bahan Rujak Cemplung terbuat dari potongan-potongan buah-buahan dan biasanya ditambahkan ubi jalar mentah. Dan buah-buahan terdiri dari pepaya mengkal (setengah matang), mentimun, mangga muda, nanas, bengkuang, dan jambu air.
Ramuan bumbu khas untuk kuah Rujak Cemplung terdiri dari : Petis madura, Cuka werak, Cabai rawit secukupnya, Gula pasir Garam, Terasi dan Air matang secukupnya.
Membuat Rujak Cemplung khas Banyuwangi cukup mudah,
Pertama buat kuah rujak dulu yaitu Haluskan cabai rawit, petis madura, terasi, dan garam. Kemudian campurkan cuka dan air secukupnya. Setelah itu masukkan potongan buah-buahan ke dalam kuah bumbu.
Nah, rujak cemplung ini dapat disajikan langsung, atau ditambah dengan es batu, atau disimpan dalam lemari pendingin dahulu supaya lebih nikmat.
Catatan :
Rujak cemplung biasa disajikan di dalam pincuk, yaitu wadah atau tempat makan yang sibuat dari daun pisang dan dibentuk seperti kerucut.
#OSKMITB2018
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dala...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang