Ritual IJAME adalah suatu kepercayaan suku Dayak Maanyan sub Paju Epat yang baragama Kaharingan. Ritual ini merupakan suatu prosesi penghantaran roh orang yang sudah meninggal menuju Tumpuk Datu Tunyung (Sorga). Di butuhkan waktu 9 hari agar roh orang yang sudah meninggal benar-benar bisa pulang ke Sorga atau yang disebut Tumpuk Datu Tunyung.
Dalam Ritual ini tulang – tulang orang yang sudah meninggal akan diprosesi, dengan pembakaran tulang/pengkremasian, hal ini adalah sebuah keunikan sendiri, karena di kalimantan tengah hanya ritual Ijame, dimana tulang-tulang orang yang sudah meninggal akan di bakar, sama halnya dengan acara Ngaben di Bali.
Tempat dibakarnya tulang-belulang orang mati disebut PAPUYAN, kemudian ada TAMAK yang merupakan tempat penyimpanan abu (Mapui) setelah pembakaran tulang.
Ritual kematian ini merupakan ritual yg insidential atau tidak rutin tiap tahun pelaksanaannya, karena banyak persyaratan yg harus dipenuhi sebelum dilaksanakan ritual tersebut.
Dalam ritual Ijame terdapat beberapa syarat-syarat utama yang harus dipenuhi jika ingin melaksanakan ritual ini, syarat tersebut berupa :
- 1 peti (RARUNG PANAMAKAN), berisikan tulang dari seorang tokoh-tokoh adat (mantir, pangulu atau damang).
- 1 peti (RARUNG PANAWU WUA SURAT), berisikan tulang dari seorang Wadian (seorang pemimpin ritual/balian).
- 1 peti (RARUNG BIASA), berisikan tulang dari seorang masyarakat biasa (turunan paju epat) yg beragama hindu kaharingan.
Tiga peti/rarung tersebut adalah syarat wajib yang harus ada jika ingin melaksanakan prosesi Ijame. Selain itu dalam ritual ini juga memerlukan biaya yang cukup banyak.
Karena persyaratan di atas maka ritual Ijame jarang dilaksanakan setiap tahun, terakhir acara ijame yang pernah admin lihat yaitu pada tahun 2010 di desa Murutuwu, kec. Paju Epat, Kab. Barito Timur. Dengan waktu ritual selama 2 bulan.
Dalam prosesi IJAME ada beberapa perlengkapan yang harus di buat, yaitu :
Membuat titian dari rumah kegiatan (lewu putut) menuju Balai yang disebut tetei, mempersiapkan tarip atau papan ukir, membuat BALAI PISAME, membuat BALAI HAKEI, membersihkan jalan menuju lokasi pengkremasian (papuyan), membuat NUMANG TETEI yaitu titian dari balai adat ke rumah yang bersangkutan, membuat tempat di pinggir sungai untuk mempermudah aktifitas selama kegiatan.
Mulai dari mempersiapkan beras ketan dari balai adat, membersihkannya di sungai sampai dengan proses parmentasi sehingga menjadi Tuak (minuman tradisional khas dayak), dalam pembuatan tuak disebut dengan NGAPANRU ANING.
Dalam seluruh kegiatan di atas dilakukan oleh mereka (MANTIR ADAT dan PISAME) yang membantu WADIAN dalam mempersiapkan seluruh bahan-bahan ritual serta mendampingi dan membantu wadian selama ritual dilaksanakan.
Sudah jauh-jauh hari dilakukan pembentukan panitia pelaksana khususnya mantir-mantir adat dari seluruh desa di wilayah Kedamangan Paju Epat yang bertanggung jawab penuh terhadap tahapan pelaksanaan, oleh sebab itu para mantir tersebut harus sudah memenuhi syarat khusus sesuai dengan tata aturan hukum adat yang berlaku karena tidak bisa sembarang orang melaksanakan ritual tersebut. Para mantir adat tersebut harus sudah atau pernah ditahbiskan serta mengisi hukum adat yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ritual ini.
PRA ACARA RITUAL IJAME :
Dalam ritual pra Ijame di sebut dengan BAUKA KUMANG, dalam bauka kumang tersebut ada lima kegiatan di dalam nya, yaitu :
1. IRUMPAK LAMI merupakan hari untuk mencari kayu WUHUNGAN yang akan dibuat menjadi Papan Lami dengan jumlah 16 keping, ukuran lebar 1x10 cm dan panjang 2 meter. Tamiki Kupang jumlah 16 bilah ukuran lebar 1x10 cm dengan panjang 2,5 meter. Papan Tarip dengan jumlah 16 keping ukuran lebar 1x10 cm dan panjangnya 1 meter. Membuat bentuk Burung Garuda dan Naga dari akar LALUTUNG yang nantinya akan dipasang di ujung peti tempat meletakkan tulang-tulang yang akan dikremasi. Setelah semuanya sudah lengkap maka diletakkan di tempat khusus, sebab papan-papan itu nantinya akan digunakan untuk membuat sebuah wadah khusus tempat meletakkan peti-peti (rarung) selama prosesi ritual nantinya di dalam balai adat.
2. NGUTUH WULU merupakan hari khusus untuk mencari BAMBU sebanyak 28 bilah untuk pembuatan bagian dari tempat ritual pengkremasian/pembakaran tulang yang nanti akan diikatkan disekeliling bagian dasarnya. 28 bilah bambu juga dicari lagi untuk membuat gelanggang tempat sabung ayam (manguntur), semuanya dengan ukuran panjang 5-6 meter. Setelah semuanya lengkap lalu di bawa ke balai adat.
3. IRUMPAK BIHARA pada hari itu khusus mencari kayu KAHUI untuk dibuat menjadi tempat ritual pengkremasian secara utuh. Kayu tersebut di potong menjadi papan bihara sebanyak 28 buah yang dibentuk menjadi atap tempat pengkremasian. Kayu balabau dan dadalungan dengan ukuran 2 meter masing-masing sebanyak 4 buah yang nanti akan dijadikan rangkanya. Lalu Ulu Kurung 1 bilah dengan ukuran lebar 10 cm sepanjang 1 meter. Seperti yang lainnya, setelah lengkap langsung dibawa ke balai adat.
4. IRUMPAK LIMAR, tetap pergi ke hutan untuk mencari kayu RARUNG jenis kayu Jelutung yang nantinya dipotong untuk dibuat menjadi peti (rarung) tempat meletakkan tulang yang akan dikremasi, sebagian lagi dibuat menjadi papan limar, papan papansa, papan kalinen, papan Kakisi hante, papan kakisi halus yang kesemuanya itu bagian dari tempat meletakkan peti tadi. Apabila bahan-bahan tadi dirangkai dan dibentuk menjadi tempat meletakkan rarung disebut dengan IDARAN.
5. MAKAN UMPUI DAN IBUBUHAN, merupakan suatu ritual tolak bala sebelum ritual Ijame dilaksanakan. MAKAN UMPUI adalah ritual tolak bala terhadap roh-roh halus yang mungkin akan mengganggu selama proses pelaksanaan ritual Ijame nantinya, sedangkan IBUBUHAN adalah ritual tolak bala terhadap roh sejenis penyakit-penyakit yang juga mungkin mewabah ke masyarakat umumnya selama kegiatan.
Demikianlah rangkaian kegiatan beberapa hari menjelang ritual puncaknya nanti dan setiap harinya sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan tersebut, para pelaksananya kumpul di dalam balai untuk makan bersama yang disebut dengan MIHANRAWAI. Dalam pra ijame di atas dari poin 1 sampai 4 di laksanakan oleh Mantir atau Panitia, dan untuk yang ke 5 secara khusus akan dilaksanakan oleh Wadian.
UPACARA RITUAL IJAME
Berikut daftar kegiatan dalam ritual ijame yang dilaksanakan dalam waktu 9 hari :
1. TARAWEN, pada hari pertama yaitu pembuatan peti (Rarung), kemudian dilakukan ibungkat menggali tulang atau jasad dari pemakaman, tulang dibersihkan dengan minyak tanah dan dikumpulkan didalam rarung kemudian digendong menjuju balai.
2. NI’IT UWEI, pada hari kedua yaitu kegiatan ini utamanya adalah Ni’it Uwei atau Meraut Rotan untuk digunakan dalam sabung ayam
3. NARAJAK, pada hari ketiga yaiu dilakukan di situs papuian yaitu menyusun bambu sehingga membentuk pramid (tarajakan)
4. MUARARE, pada hari ke empat yaitu mengayam bambu, yang disematkan di tarajakan
5. NAHU, pada hari kelima yaitu adalah proses mengasapi kayu agar menjadi hitam yang nantinya akan diselipkan juga ditarajakan
6. NYURAT, pada hari ke enam yaitu proses membuat gambar untuk atap papuyan
7. NANSARAN, pada hari ketujuh yaitu membuat teras atau lalaya untuk papuyan
8. MUNU, pada hari kedelapan yaitu Kerbau diikat dibalontang dan akan di tombak dalam proses pengorbanan.
9. MAPUI, pada hari kesembilan yaitu proses terakhir ijame adalah membakar tulang, tulang yang dibakar yang sudah membara tersebut dikumpulkan didalam gong dan ditaruh didepan balai yang akan ditangisi oleh pihak keluarga dan akhirnya dicuci dengan air kelapa (tamanung) kemudian diantar ke Tamak.
Setelah acara ijame selesai, maka acara selanjutnya adalah NGANREI BALAI yang dilaksanakan selama 7 hari 7 malam.
sumber: http://sangkaicity.blogspot.com/2017/03/ritual-ijame-dayak-maanyan-paju-epat.html
#SBJ
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...