Ritual
Ritual
Ritual Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Ritual Ijame
- 15 November 2018

Ritual IJAME adalah suatu kepercayaan suku Dayak Maanyan sub Paju Epat yang baragama Kaharingan. Ritual ini merupakan suatu prosesi penghantaran roh orang yang sudah meninggal menuju Tumpuk Datu Tunyung (Sorga). Di butuhkan waktu 9 hari agar roh orang yang sudah meninggal benar-benar bisa pulang ke Sorga atau yang disebut Tumpuk Datu Tunyung.

Dalam Ritual ini tulang – tulang orang yang sudah meninggal akan diprosesi, dengan pembakaran tulang/pengkremasian, hal ini adalah sebuah keunikan sendiri, karena di kalimantan tengah hanya ritual Ijame, dimana tulang-tulang orang yang sudah meninggal akan di bakar, sama halnya dengan acara Ngaben di Bali.

Tempat dibakarnya tulang-belulang orang mati disebut PAPUYAN, kemudian ada TAMAK yang merupakan tempat penyimpanan abu (Mapui) setelah pembakaran tulang.

Ritual kematian ini merupakan ritual yg insidential atau tidak rutin tiap tahun pelaksanaannya, karena banyak persyaratan yg harus dipenuhi sebelum dilaksanakan ritual tersebut.

Dalam ritual Ijame terdapat beberapa syarat-syarat utama yang harus dipenuhi jika ingin melaksanakan ritual ini, syarat tersebut berupa :
-    1 peti (RARUNG PANAMAKAN), berisikan tulang dari seorang tokoh-tokoh adat (mantir, pangulu atau damang).
-    1 peti (RARUNG PANAWU WUA SURAT), berisikan tulang dari seorang Wadian (seorang pemimpin ritual/balian).
-    1 peti (RARUNG BIASA), berisikan tulang dari seorang masyarakat biasa (turunan paju epat) yg beragama hindu kaharingan.

Tiga peti/rarung tersebut adalah syarat wajib yang harus ada jika ingin melaksanakan prosesi Ijame. Selain itu dalam ritual ini juga memerlukan biaya yang cukup banyak.

Karena persyaratan di atas maka ritual Ijame jarang dilaksanakan setiap tahun, terakhir acara ijame yang pernah admin lihat yaitu pada tahun 2010 di desa Murutuwu, kec. Paju Epat, Kab. Barito Timur. Dengan waktu ritual selama 2 bulan.

Dalam prosesi IJAME ada beberapa perlengkapan yang harus di buat, yaitu :

Membuat titian dari rumah kegiatan (lewu putut) menuju Balai yang disebut tetei, mempersiapkan tarip atau papan ukir, membuat BALAI PISAME, membuat BALAI HAKEI, membersihkan jalan menuju lokasi pengkremasian (papuyan), membuat NUMANG TETEI yaitu titian dari balai adat ke rumah yang bersangkutan, membuat tempat di pinggir sungai untuk mempermudah aktifitas selama kegiatan.

Mulai dari mempersiapkan beras ketan dari balai adat, membersihkannya di sungai sampai dengan proses parmentasi sehingga menjadi Tuak (minuman tradisional khas dayak), dalam pembuatan tuak disebut dengan NGAPANRU ANING.

Dalam seluruh kegiatan di atas dilakukan oleh mereka (MANTIR ADAT dan PISAME) yang membantu WADIAN dalam mempersiapkan seluruh bahan-bahan ritual serta mendampingi dan membantu wadian selama ritual dilaksanakan.

Sudah jauh-jauh hari dilakukan pembentukan panitia pelaksana khususnya mantir-mantir adat dari seluruh desa di wilayah Kedamangan Paju Epat yang bertanggung jawab penuh terhadap tahapan pelaksanaan, oleh sebab itu para mantir tersebut harus sudah memenuhi syarat khusus sesuai dengan tata aturan hukum adat yang berlaku karena tidak bisa sembarang orang melaksanakan ritual tersebut. Para mantir adat tersebut harus sudah atau pernah ditahbiskan serta mengisi hukum adat yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ritual ini.

PRA ACARA RITUAL IJAME :

Dalam ritual pra Ijame di sebut dengan BAUKA KUMANG, dalam bauka kumang tersebut ada lima kegiatan di dalam nya, yaitu :


1.    IRUMPAK LAMI merupakan hari untuk mencari kayu WUHUNGAN yang akan dibuat menjadi Papan Lami dengan jumlah 16 keping, ukuran lebar 1x10 cm dan panjang 2 meter. Tamiki Kupang jumlah 16 bilah ukuran lebar 1x10 cm dengan panjang 2,5 meter. Papan Tarip dengan jumlah 16 keping ukuran lebar 1x10 cm dan panjangnya 1 meter. Membuat bentuk Burung Garuda dan Naga dari akar LALUTUNG yang nantinya akan dipasang di ujung peti tempat meletakkan tulang-tulang yang akan dikremasi. Setelah semuanya sudah lengkap maka diletakkan di tempat khusus, sebab papan-papan itu nantinya akan digunakan untuk membuat sebuah wadah khusus tempat meletakkan peti-peti (rarung) selama prosesi ritual nantinya di dalam balai adat.
2.    NGUTUH WULU merupakan hari khusus untuk mencari BAMBU sebanyak 28 bilah untuk pembuatan bagian dari tempat ritual pengkremasian/pembakaran tulang yang nanti akan diikatkan disekeliling bagian dasarnya. 28 bilah bambu juga dicari lagi untuk membuat gelanggang tempat sabung ayam (manguntur), semuanya dengan ukuran panjang 5-6 meter. Setelah semuanya lengkap lalu di bawa ke balai adat.
3.    IRUMPAK BIHARA pada hari itu khusus mencari kayu KAHUI untuk dibuat menjadi tempat ritual pengkremasian secara utuh. Kayu tersebut di potong menjadi papan bihara sebanyak 28 buah yang dibentuk menjadi atap tempat pengkremasian. Kayu balabau dan dadalungan dengan ukuran 2 meter masing-masing sebanyak 4 buah yang nanti akan dijadikan rangkanya. Lalu Ulu Kurung 1 bilah dengan ukuran lebar 10 cm sepanjang 1 meter. Seperti yang lainnya, setelah lengkap langsung dibawa ke balai adat.
4.    IRUMPAK LIMAR, tetap pergi ke hutan untuk mencari kayu RARUNG jenis kayu Jelutung yang nantinya dipotong untuk dibuat menjadi peti (rarung) tempat meletakkan tulang yang akan dikremasi, sebagian lagi dibuat menjadi papan limar, papan papansa, papan kalinen, papan Kakisi hante, papan kakisi halus yang kesemuanya itu bagian dari tempat meletakkan peti tadi. Apabila bahan-bahan tadi dirangkai dan dibentuk menjadi tempat meletakkan rarung disebut dengan IDARAN.
5.    MAKAN UMPUI DAN IBUBUHAN, merupakan suatu ritual tolak bala sebelum ritual Ijame dilaksanakan. MAKAN UMPUI adalah ritual tolak bala terhadap roh-roh halus yang mungkin akan mengganggu selama proses pelaksanaan ritual Ijame nantinya, sedangkan IBUBUHAN adalah ritual tolak bala terhadap roh sejenis penyakit-penyakit yang juga mungkin mewabah ke masyarakat umumnya selama kegiatan.

Demikianlah rangkaian kegiatan beberapa hari menjelang ritual puncaknya nanti dan setiap harinya sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan tersebut, para pelaksananya kumpul di dalam balai untuk makan bersama yang disebut dengan MIHANRAWAI. Dalam pra ijame di atas dari poin 1 sampai 4 di laksanakan oleh Mantir atau Panitia, dan untuk yang ke 5 secara khusus akan dilaksanakan oleh Wadian.

UPACARA RITUAL IJAME

Berikut daftar kegiatan dalam ritual ijame yang dilaksanakan dalam waktu 9 hari :
1.    TARAWEN, pada hari pertama yaitu pembuatan peti (Rarung), kemudian dilakukan ibungkat menggali tulang atau jasad dari pemakaman, tulang dibersihkan dengan minyak tanah dan dikumpulkan didalam rarung kemudian digendong menjuju balai.
2.    NI’IT UWEI, pada hari kedua yaitu kegiatan ini utamanya adalah Ni’it Uwei atau Meraut Rotan untuk digunakan dalam sabung ayam
3.    NARAJAK, pada hari ketiga yaiu dilakukan di situs papuian yaitu menyusun bambu sehingga membentuk pramid (tarajakan)
4.    MUARARE, pada hari ke empat yaitu mengayam bambu, yang disematkan di tarajakan
5.    NAHU, pada hari kelima yaitu adalah proses mengasapi kayu agar menjadi hitam yang nantinya akan diselipkan juga ditarajakan
6.    NYURAT, pada hari ke enam yaitu proses membuat gambar untuk atap papuyan
7.    NANSARAN, pada hari ketujuh yaitu membuat teras atau lalaya untuk papuyan
8.    MUNU, pada hari kedelapan yaitu Kerbau diikat dibalontang dan akan di tombak dalam proses pengorbanan.
9.    MAPUI, pada hari kesembilan yaitu proses terakhir ijame adalah membakar tulang, tulang yang dibakar yang sudah membara tersebut dikumpulkan didalam gong dan ditaruh didepan balai yang akan ditangisi oleh pihak keluarga dan akhirnya dicuci dengan air kelapa (tamanung) kemudian diantar ke Tamak.

Setelah acara ijame selesai, maka acara selanjutnya adalah NGANREI BALAI yang dilaksanakan selama 7 hari 7 malam.

sumber: http://sangkaicity.blogspot.com/2017/03/ritual-ijame-dayak-maanyan-paju-epat.html

#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline