Ribuan peziarah dari seluruh Indonesia, umat Katolik di Kabupaten Flores Timur, bahkan mana negara, sejak Kamis Putih (13/4/2017), mendatangi Kapela Tuan Ma, Tuan Ana dan Tuan Meninu di Kota Larantuka, serta Kapela Tuan Berdiri di Wure pulau Adonara.
Sesaat setelah keturunan Raja Larantuka bersama Uskup Larantuka membuka Kapela Tuan Ma dan melakukan ritual Cium Tuan, peziarah dan umat yang antri dipersilahkan melaksanakan ritual tersebut. Saat ditemui Cendana News di Kapela Tuan Ma, Kamis (13/4/2017), Veronika Susanti, seorang peziarah asal Jakarta mengatakan, ia bersama rombongan tiba di Larantuka sejak Selasa (11/4/2017) sore dan mulai mengikuti ritual Trewa di hari Rabu serta ikut dalam ritual Cium Tuan. “Saya mengetahui Semana Santa di Kota Larantuka dari teman-teman di Gereja Katedral, Jakarta, yang sebelumnya sudah pernah ziarah ke sini, sehingga kami tertarik dan datang dengan rombongan,” ujarnya.
Veronika mengaku sangat tertarik dengan ritual selama Semana Santa, khususnya sejak Rabu hingga Minggu Paskah, karena ritual ini tidak ada di tempat lain dan sudah berlangsung lebih dari 5 abad silam yang merupakan warisan bangsa Portugis. “Selain dari cerita teman, kami juga melihat di pemberitaan, jika selama menjelang Paskah, Kota Larantuka selalu dibanjiri peziarah sehingga kami juga tertarik ingin berziarah ke sini, berdoa memanjatkan ujub dan permintaan kami kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Yohanes Nurak, salah seorang peziarah asal Timor yang ditemui di Kapela Tuan Ana yang datang bersama keluarganya. Ia mengaku tertarik mengikuti rangkaian kegiatan selama Tri Hari Suci di Kota Larantuka setelah mengetahuinya dari teman. “Setelah mendengar cerita teman saya bersama keluarga memutuskan untuk datang ke Larantuka untuk berziarah, sebab ritual selama Semana Santa sudah mendunia,” tuturnya.
Yohanes mengaku sangat terkesan dengan kehidupan iman umat Katolik di Kota Larantuka yang masih mempertahankan tradisi warisan Portugis secara turun-temurun, hingga ratusan tahun. “Di sini juga saya lihat kehidupan toleransi antar umat beragama juga bagus, bahkan umat dari agama lain juga ikut menjaga keamanan dan menghormati tradisi umat Katolik di sini,”sebutnya.
‘Tuan’ dalam bahasa Nagi (Larantuka) merupakan sebutan bagi orang yang sangat dihormati. Ritual Cium Tuan merupakan ritual mencium patung Mater Dolorosa atau Tuan Ma (Ma bahasa Nagi untuk Mama merujuk pada Bunda Maria).
Sementara itu, Tuan Ana adalah patung Tuhan Yesus yang berada dalam peti mati (Ana, bahasa Nagi untuk anak yang merujuk pada Yesus), serta Tuan Meninu (patung Kanak Yesus) di Kapela Tuan Meninu Sarotari dan Tuan Bediri atau patung Tuhan Yesus yang berdiri di Wure.
Dalam ritual ini, umat dan peziarah mulai berlutut sejak di depan pintu Kapela dan berjalan menggunakan lutut, hingga depan patung di bawah tandu. Seraya menunduk, umat mencium kayu tandu patung, jubah, peti atau karpet di depan patung sambil tak putus melantunkan doa dan ujub pribadi.
Sejak siang hingga sore, para peziarah mendatangi Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana serta Tuan Meninu. Sementara di Wure, selepas pukul 17.00 WITA, peziarah yang hendak menyeberang menggunakan perahu motor ke Wure, Pulau Adonara, sudah ditutup.
sumber: https://www.cendananews.com/2017/04/ritual-cium-tuan-ribuan-peziarah-banjiri-kapela-di-larantuka.html
#SBJ
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.