|
|
|
|
Reog Kendhang Tulungagung Tanggal 07 Aug 2018 oleh OSKM18_16618117_NADIA MAHARDIKA RAFIF. |
Reog Kendang Tulungagung mungkin sudah familiar di telinga banyak orang, salah satunya mungkin karena Reog Kendhang Tulungagung juga pernah diundang di istana negara. Reog Kendang Tulungagung ini merupakan satu dari sekian banyak kekayaan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh Kabupaten Tulungagung. Reog Kendhang dikisahkan sebagai gambaran dari arak-arakan prajurit yang hendak menuju Ratu Kilisuci dengan kisah yang berawal dari ketika Raja Bugis jatuh cinta kepada putri Kediri, yaitu Ratu Kilisuci itu sendiri. Namun, Raja Bugis tidak berani melamar Ratu Kilisuci sendiri sehingga ia meminta prajuritnya untuk melamarkan. Sesampainya di Kediri, prajurit mengutarakan maksud sebenarnya mereka datang yaitu untuk melamar sang putri, namun sang putri mengajukan persyaratan sebagai bukti apakah Raja Bugis memang benar mencintainya. Persyaratan yang diberikan oleh sang putri berupa kalimat isyarat bukan lugas, sehingga para prajurit pergi ke Tulungagung dan dibantu oleh warga di Dhadhap Langu untuk menerjemahkan persyaratan dari sang putri.
Persyaratan tersebut di antaranya :
1. Mata ayam tukung sebesar terbang yang digantung di gubuk penceng.
Ini diartikan sebagai gong kempul yang digantung pada gayor/ gantungan untuk gong.
2. Seruling pohon padi sebesar batang kelapa yang diartikan sebagai selompret.
3. Dendeng tumo sak tetelan jadah atau kenong.
4. Ati tengu sebesar guling yaitu iker atau ikat yang dipakai oleh penari reog kendang di kepalanya.
5. Madu lenceng enam bumbung atau Gemblug yang jumlahnya ada enam buah.
6. Binggel emas yang berbunyi sendiri adalah semacam klinthingan yang dipakai di kaki penari.
Langkah-langkah atauurutan dalam tarian reog kendang sebenarnya merupakan wujud dari langkah-langkah yang dilakukan oleh para prajurit untuk mempersembahkan atau menunjukkan persyaratan yang diminta oleh sang putri. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sundangan
Para prajurit memandang ke bawah dan ke atas lalu ke kanan dan ke kiri.
2. Gejoh Bumi
Para prajurit melakukan gerakan di mana tangannya seperti bersemedi (dengan maksud agar persembahannya diterima) dan kakinya digedukkan ke tanah.
3. Joget Menthokan
Para prajurit berjalan membungkuk rendah atau mundhuk dalam bahasa jawa saat mengantarkan persyaratan ke sang ratu.
4. Patetan
Para prajurit mundur setelah mengantarkan persyaratan yang diminta.
5. Joget Lilingan
Para prajurit bergerak melingkari sang putri yang sedang meneliti apakah persyaratan yang sudah dibawa adalah sesuai dengan kehendaknya
6. Mindak Kecik
Dilakukan para prajurit setelah sang putri menyatakan persyaratan yang dibawa memang benar sesuai dengan kehendaknya.
7. Engklek
Dilakukan karena prajurit sangat senang dengan sikap sang putri.
8. Ngungak Sumur
Gerakan di mana para prajurit melihat sumurdi mana sesosok tubuh sang putri masuk ke dalamnya.
9. Kejang Jinjit
Gerakan di mana para prajurit berusaha melihat isi sumur yang sangat dalam itu, sehingga kakinya harus jinjit.
10. Baris
Karena prajurit tidak berhasil melamarkan sang putri maka ia kembali ke tuannya, Raja Bugis dengan tangan hampa.
Demikian informasi yang dapat saya tulis dari narasumber saya, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi pengingat bagi kita untuk terus melestarikan budaya kita.
Narasumber : Ferdika Ananda Christyansyah (kakak kelas saya SMP)
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |