Rengganis adalah kesenian drama tadisional yang berkembang di Banyuwangi, diperkirakan berasal dari kerajaan Mataram Islam. Sebetulnya masalah nama kesenian tersebut di Banyuwangi sangat beragam, ada yang menyebut Prabu Roro, ada yang juga yang menyebut Umar Moyo. Namun ada benang merahnya, yaitu nama-nama tersebut mengacu kepada nama tokoh yang diangkat dalam kesenian tersebut. Antara lain Putri Rengganis dan Prabu Roro seorang raja putri dan adipati Umar Moyo dari kerajaan Guparman.
Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang mengakitkan dengan keberadaan kesenian serupa yang sampai sekarang masih berkembang di daerah Bantul dan Sleman Yogyakarta. Sementara cerita yang diangkat dari kesenian "Rengganis" diambil dari buku Serat Menak. Tokoh-tokoh yang populer dalam kesenian Rengganis adalah Jemblung, abdi Umar Moyo, Lam Dahur (kalau dalam pewayangan mirip Werkudoro) Pati Tejo Matal, Jayengrono.
Selain unsur-unsur Islam yang sangat menonjol dalam kesenian tersebut, juga ada kalimat-kalimat mantra yang sering diuncapkan Umar Moyo saat meminta kekuatan senjata pamungkasnya, yaitu Kasang Tirto Nadi. Umar Moyo Selalu berucap :
"Laillah Hailalloh Nabi Ibrohim Kamilulloh. Mbal-Gambal Mustoko malih. Sang Kasang Tirtyo Nadi, aku njaluk panguasamu kasang iso ....."
Setiap tokoh mempunyai karasteristik, seperti tokoh pewayangan. Teknik pentas dan jejer, atau sampa'an seperti dalam wayang orang. Setiap adegan, tokoh suatu kerajaan akan keluar bersama-sama. Kecuali permasuiri, Raja dan para patik. Tari setiap tokoh juga mempunyai ciri khas tersendiri, begitu juga gending, music pengiring.
Pada tahun 1960-an, atau ketika pergolakan politik di negeri ini. Selain seni Drama yang bersumber cerita dari penyebaran Islam di Persia, Rengganis juga sering digunakan alat Propaganda oleh LESBUMI dari NU. Sementara LKN dengan Angklung Dwi Laras dan PKI dengan kesenian Genjer-Genjer.
Sementara itu, salah satu Seniman dan Budayawan Banyuwangi,HasanBasri, dalam Blog resminya mengatakan bahwa Kesenian Rengganis juga tergolong seni dramatari. Nama lainnya adalah kesenian Umarmoyo dan kesenian Praburoro. Semua nama tersebut mengacu pada tokoh-tokoh cerita yang dimainkan. Penampilannya mirip wayang orang. Gamelan Jawa, tata kostum mirip wayang orang. Cerita yang dilakonkan kisah-kisah layang menak, konon gubahan pujangga Demak. Maka ceritanyapun berbau-bau Arab; ada kerajaan Puserbumi (Makkah), Guparman, tokoh Umar Amir, atau Hasan Husen, Abdul Habi, pusaka kasang kertonadi, cemethi jabardas dimana sebelum menggunakan pusaka tersebut harus membaca kalimah sahadat dulu dan lain-lain. Tokoh yang disukai dalam kesenian Rengganis yaitu tokoh Umarmoyo. Pemainnya idealnya harus kecil tapi lincah. Menggunakan penutup dada layaknya Gatutkaca, berkacamata hitam pakai kerincing di kaki seperti tari remo serta nggembol pusaka kasang kertonadi.
Karena tumbuh di Banyuwangi, maka tata musiknya juga dipengaruhi warna Banyuwangi, terutama pada kendang. Pengaruh Banyuwangi lainnya adalah pada gerakan tariannya, serta tampilan tarian pembuka berupa tari-tarian pitik-pitikan atau ada yang menamai burung garuda. Konon tari ini dilatarbelakangi oleh legenda Panji Ulur dari kerajaan Asta Giri yang hidup di kalangan masyarakat Using Banyuwangi utara.
Pada tahun 70-an kesenian rengganis sangat digemari. Sakarang ini grup kesenian Rengganis tinggal 3 grup. Grup Rengganis Cluring, Sumbersewu dan Tegaldlimo. Ketiganya sudah jarang tanggapan sejak tahun 80-an. Grup Rengganis Cluring yang paling populer, dua tahun ini hanya tampil dua kali. Itupun bukan tanggapan di orang hajatan, tapi ditanggap oleh pariwisata di Gesibu Banyuwangi dan ditanggap oleh rombongan ISI (?) Solo untuk diambil gambarnya. Pak Marwito, pimpinan Rengganis Cluring menuturkan sepinya tanggapan kesenian Rengganis karena masyarakat banyak memiliki pilihan jenis kesenian. Masyarakat sekarang masih menyukai Janger. Tapi pada saatnya Janger juga akan sepi dan diganti oleh kesenian lain. Karena Rengganis sedang sepi Pak Marwito (almarhum) ikut mengurus kesenian Jaranan Buto. Tapi kesenian Rengganis terus ia pelihara. Dan kapanpun ada orang tanggapan, grupnya siap. Karena pemainnya hampir semuanya orang Cluring. Hanya beberapa yang ngebon. Masyarakat Cluring masih menyukai kesenian Rengganis. Buktinya kalau ada latihan di depan rumahnya masyarakat masih senang menyaksikan. Sebenarnya setiap kali tujuhbelasan, inginnya panitia desa mau menampilkan kesenian Rengganis, tapi karena dananya kurang rencana itu tidak terwujud. Pak Marwito yang seorang penjaga SD tidak mungkin nemblongi mbayar anggotanya. Pada bulan suro yang akan datang ini maunya akan ditampilkan untuk selamatan tahunan. Tapi kalau tidak ada dananya cukup selametan saja dengan anggota grupnya. Dulu, setiap bulan Suro selalu ditampilkan di depan rumahnya, sekaligus untuk selametan grup. Sekarang ini ia sedang diajak kerjasama oleh Dinas Pariwisata yang dijanjikan akan ditampilkan secara teratur karena akan dimasukkan ke dalam kalender event pariwisata Banyuwangi.
Di Desa Mangir kecamatan Rogojampi pada tahun 80-an pernah berdiri kesenian Rengganis. Hanya berumur beberapa tahun. Kemudian 2003 berdiri lagi, namun umurnya tidak sampai 2 tahun dan baru kundangan 2 kali sudah bubar lagi. Dalam perbincangan dan guyonan diantara pemain kuntulan di depan rumah saya, kesenian Rengganis diperbincangkan dengan guyonan. Tariannya lucu, tata musiknya tidak dinamis terlalu pelan, katanya. Tokoh Umarmoyo yang berkacamata hitampun menjadi bahan lelucon yang ramai. Pokoknya nampak kesan kesenian Rengganis untuk sekarang ini sudah dianggap ketinggalan jaman. Anak-anak muda sudah tidak ada yang mengenal kesenian ini. Orang-orang tua masih suka mengenang cerita-ceritanya.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...