Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
reog Jawa Timur ponorogo
Regenerasi “Bathoro Katong” Menuju Reog Ponorogo yang Mendunia
- 27 April 2016

Tanpa Kebudayaan Tidak Akan Ada Peradaban, Anak Muda Tulang Punggung Kebudayaan

 

Anak muda menjadi tulang punggung pelestarian kesenian Reog Ponorogo. Salah satu program pembinaan untuk regenerasi bisa dimulai dari dunia pendidikan.

 

Suara musik yang dimainkan ‘pengrawit’ terdengar kompak. Alat musik kendang, tipung, kempul, kenong, angklung, dan sompret saling beradu satu sama lain. Musiknya yang khas seperti memanggil orang-orang di luar sana untuk datang.

“Ini masih pemanasan. Acara puncaknya belum dimulai,” ujar seorang pria yang memainkan alat musik kempul.

Karuan, hanya berselang beberapa menit, rumah megah beralamatkan Rungkut Asri Barat no. 2, Surabaya, itu mendadak ramai penonton. Orang kampung langsung menyerbu. Dari jauh sana, orang-orang juga datang. Tampaknya acara kesenian tradisional yang digelar sudah menjadi langganan masyarat setempat.

Rumah itu memang cukup besar. Para pengrawit tampil di halaman yang cukup luas. Sementara jika kita masuk ke dalam, nyaris ruang tamunya dipenuhi bangunan kayu jati sebagai penopangnya.

Yah, rumah itu selama ini dikenal sebagai Padepokan Bathoro Katong. Ada yang bilang itu Sanggar Bathoro Katong. “Itu sanggarnya para pelaku seni Reog Ponorogo,” cetus seorang penonton.

Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa campur aduk meramaikan pagelaran warisan leluhur pada Minggu, 10 April 2016.

Baik pemain maupun penonton tampak antusias. Kesenian ini sampai kapanpun selalu mendapat tempat di hati banyak orang. Maklum, Reog Ponorogo memiliki ciri khas yang sangat unik.

 

 

Ratih Anggraini Dewantoro, pelaku seni reog asal Ponorogo mengatakan, keunikan reog bisa dilihat dari setiap penampilan pemainnya.

“Para pemainnya beragam. Ada warok, jathil, ganongan, klono sewandono, dan dadak merak yang menjadi ciri khas reog,” kata Ratih kepada Siagaindonesia.com.

Yang menjadi unik di kesenian ini, lanjut Ratih, setiap pemain memiliki uniform atau atribut yang berbeda-beda. Sebut saja warok, untuk tampil dia harus mengenakan celana kombor, jarik, stagen, kolor, wok (kumis buatan) dan penadon. Untuk pemain jathil atribut yang kenakan cukup banyak, seperti celana, jarik, stagen, sampur, sabuk, boro, binggel, baju, sempyok, udeng, eblek (kuda). Lalu ada ganongan, pakaian yang dikenakan antara lain rompi, celana, sampur, binggel, sabuk dan topeng. Untuk pemain klono sewandono atribut yang dikenakan meliputi celana, jarik, uncal, sabuk, sampur, cakep, klat beho, kace, topeng, boro. Sementara untuk pembarong atau dadak merak, pemainnya mengenakan celana gembyong, kain mori, dan embong.

Dari banyaknya atribut Reog Ponorogo, wajar jika kesenian ini dibilang unik. Apalagi untuk setiap pagelaran yang ditampilkan selalu melibatkan banyak orang. “Kesenian ini (reog) bukan lah pertunjukan atau hiburan yang instan, tapi sudah menjadi tradisi leluhur yang turun temurun. Saya bersama generasi muda di Ponorogo mulai giat mengenalkan kesenian ini. Dan saya melihat di sini (Padepokan Batharo Katong) pelestarian reog sudah jalan,” terang Ratih.

 

 

Dan ketika hari makin siang, pagelaran kesenian Reog Ponorogo dimulai. Beberapa orang bertubuh gempal dan berperawakan sangar mulai menari. Mereka inilah para warok. Dengan diiringi musik, warok-warok itu menari dengan ciri khasnya. Selanjutnya acara dimulai dengan penampilan jathilan. Beberapa wanita berpenampilan cantik berbaris rapi dan menari dengan mengenakan kuda. Berikutnya sang pembarong masuk. Dadak merak yang dikombinasi dengan singobarong mulai dikibas-kibaskan. Dua dadak menari dengan cukup cekatan. Mereka berguling-guling, lalu meliuk-liuk. Penonton pun bersorak.

Pagelaran berikutnya yang disuguhkan Sanggar Bathoro Katong adalah ganongan dan kelono sewandono. Yang menarik, para pemainnya adalah anak-anak. Mereka cukup lihai menari dan bersalto dengan mengenakan topeng. Ada seorang bocah kira-kira berusia 4 tahun sudah mahir memainkan Ganongan. Tepuk tangan pun membahana. Penonton berjubel. Pagelaran makin meriah.

Tidak bisa dipungkiri, kesenian reog kini sudah merambah generasi muda. Dalam menghadapi jaman modern dan kemajuan teknologi yang cukup pesat, memang tingkat kesadaran masyarakat Indonesia soal kebudayaan sangat rendah. Kendati demikian, kesenian Reog Ponorogo boleh dibilang cukup berhasil mengambil hati anak muda. Reog, kini diminati masyarakat. Karena itu para pegiat seni sekaligus pelestari Reog Ponorogo sangat getol untuk mempromosikan kesenian tersebut.

“Kita sering kali mengabaikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebagai generasi muda kita harus tetap mempertahankan kebudayaan yang menjadi warisan nenek moyang. Negara akan mati tanpa kebudayaan. Tanpa kebudayaan tidak akan ada peradaban. Sebab kebudayaan merupakan identitas bangsa,” demikian disampaikan Sugiri Heru Sangoko, Ketua Persatuan Reog Ponorogo Indonesia (PRPI) Jawa Timur.

 

 

Pria yang akrab disapa Mbah Heru tersebut mengatakan, seni Reog Ponorogo harus bisa regenerasi. “Seni itu diwariskan. Dan sekarang tugas kita untuk mewariskan ke anak cucu. Kalau bukan sekarang kapan lagi,” katanya.

Untuk melalui proses regenerasi diakui Mbah Heru tidak mudah. Pertama dibutuhkan peran semua orang yang terlibat di kesenian tersebut, seperti pelaku atau pemain, pengrajin dan pelestari. Kedua, peran pemerintah untuk mendukung Reog Ponorogo sebagai warisan bangsa haruslah nyata.

Menurut Mbah Heru, saat ini pemerintah sudah melakukan perannya, sayangnya belum maksimal. “Bantuan pemerintah sangat kami harapkan. Cuma kalau dibilang maksimal, saat ini belum. Saya kira pemerintah belum serius untuk ikut melestarikan kesenian tradisional,” ujar pemilik Sanggar/Padepokan Bathoro Katong ini.

Harapan Mbah Heru agar pemerintah memperhatikan kesenian Reog Ponorogo yang kini tersebar tidak hanya di Indonesia tapi juga manca. Apalagi saat ini, sebut Mbah Heru, para generasi muda mulai tertarik mempelajari kesenian reog, semisal menari, memainkan alat musik, memainkan peran warok, hingga menjadi pembarong.

“Jangan salah, anak-anak jaman sekarang sudah akrab dengan reog. Tugas kita hanya mengarahkan mereka. Sudah saatnya reog bangkit. Pasalnya, generasi muda ini satu-satunya penopang bangkitnya kesenian tradisional,” ucap Mbah Heru bersemangat.

Karena itu Sanggar Bathoro Katong sudah menyiapkan segala macam atribut Reog Ponorogo untuk dipelajari. “Di sini anak-anak bebas berlatih kapanpun. Bahkan setiap minggu kami menyiapkan pelatih yang ahli di bidang reog untuk mengajari mereka. Kami tidak memungut biaya. Justru kami senang anak-anak sudah bersedia datang. Dengan begitu mereka punya minat cukup besar untuk belajar. Harapan kami anak-anak dapat menjadi regenerasi masa depan bagi kesenian Reog Ponorogo. Inilah kepuasan batin kami,” tutur Mbah Heru.

 

 

 

Masuk kurikulum sekolah

Para pelestari budaya seni reog tak henti-hentinya memperkenalkan warisan nenek moyang hingga masuk ke semua lini. Salah satu target yang diusung paguyuban PRPI Jawa Timur adalah kesenian reog masuk kurikulum sekolah.

“Ini bagian tradisi dari bangsa yang berkembang pesat di masyarakat. Harapan kami kesenian ini bisa diterima tidak hanya di masyarakat umum tapi juga dunia pendidikan. Sebab dunia pendidikan sangat berperan besar dalam tumbuh kembang anak. Di sana ada generasi bangsa yang memiliki potensi besar untuk melestarikan kebudayaan,” seperti diungkapkan Seswando Dumadi atau akrab disapa Mbah Sis Jangkung.

 

 

Sesepuh reog Surabaya mempunyai harapan besar agar kesenian tradisional serupa reog bisa masuk dalam kurikulum sekolah.

“Saya melihat bahasa daerah pernah menjadi bagian dari kurikulum. Kenapa reog tidak bisa. Jika bisa masuk kurikulum sekolah, tentu kami sangat bangga. Kalau pun tidak bisa, minimal dapat dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Minimal kesenian ini bisa dikenalkan pada anak-anak muda. Bayangkan jika sejak dini di sekolah dasar kita melihat anak-anak mempelajari kesenian reog, tentu sebagai orang tua kita patut berbangga,” tegas Mbah Sis.

Diakui sesepuh reog Surabaya ini, untuk pembinaan kesenian reog memang harus dimulai sejak dini. Salah satu tempat yang cocok untuk menciptakan sebuah keselarasan, lanjut Mbah Sis, adalah pendidikan.

“Kesenian Reog Ponorogo butuh ‘bapak asuh’, dan itu adalah dunia pendidikan kita. Karena itu peran pemerintah terutama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sangat kami ditunggu,” sebutnya.

Ditambahkannya, untuk melawan pesatnya perkembangan jaman sehingga kebudayaan tidak punah, peran generasi muda ini cukup vital. Tanpa mereka, kebudayaan bangsa akan hilang tergerus jaman.

“Sangat disayangkan jika warisan leluhur itu hilang. Untuk membangun kembali tentu susah dan butuh perjuangan. Karenanya pembinaan sejak dini harus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Sebuah pembinaan akan berhasil jika memiliki dasar dan karakter yang kuat. Kita sudah lihat bagaimana peran orang-orang seperti Mbah Heru sebagai pelestari, betapa tidak mudahnya melestarikan kesenian reog bagi anak-anak muda. Karena itu beliau patut kita junjung tinggi. Saya yakin masih banyak orang-orang di luar sana yang akan terketuk hatinya untuk melestarikan kesenian reog. Dan harapan saya pelestari itu datang dari pemerintah selaku pelaksana regulator,” tuturnya.

 

 

Dikatakan Mbah Sis, PRPI Jawa Timur sudah memiliki anggota yang tersebar di 24 kabupaten dan kota Jawa Timur. Ke depan PRPI sebagai paguyuban yang berpusat di Surabaya bisa menaungi seluruh paguyuban Reog Ponorogo se-Indonesia.

“Di Surabaya ada 40 paguyuban dengan jumlah pemain berkisaran 200 orang. Itu belum yang tersebar di Jawa Timur dan daerah-daerah lain di Indonesia. Harapan kami dengan banyaknya paguyuban Reog Ponorogo, kami dapat mengajukan ke UNESCO supaya Reog Ponorogo bisa diakui dunia,” ungkap Mbah Sis.

Selama ini reog, imbuhnya, belum diajukan pemerintah ke UNESCO sebagai warisan budaya bangsa. Mbah Sis sendiri belum mengetahui mengapa pemerintah begitu lamban untuk menyelesaikan urusan ini. “Saya melihat pemerintah lamban. Saya tidak tahu alasannya. Karena itu pada gerebek suro nanti, kami akan menggelar rapat besar di Ponorogo untuk membicarakan hal ini. Salah satu program kami adalah mendaftarkan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO. Kedua, kami akan membuat program yang nantinya bisa bermanfaat bagi kepentingan bangsa, di antaranya program ‘BELAJAR REOG SEJAK DINI’. Besar harapan kami pemerintah pusat dapat memuluskan jalan bagi kesenian Reog Ponorogo masuk ke dunia pendidikan,” pungkasnya.

 

Teater reog  

Jika kita berkunjung ke China, di sana ada sebuah panggung besar yang diperuntukkan bagi pelaku seni. Salah satu kesenian di China yang paling menonjol cerita Sampek Eng Thay. Untuk menonton kesenian tradisional, para penonton bahkan harus antre berjubel-jubel. Tidak hanya itu, mereka juga dikenakan biaya masuk.

Tidak jauh, di Bali ada seni tari Kecak yang terkenal hingga manca. Bedanya dengan Reog Ponorogo, tari Bali ini mendapat support penuh dari pemerintah. Nah, sebaliknya kesenian reog ini belum bisa mengambil hati pemerintah.

 

 

Hal itu diakui Ir Siswandi, pengurus PRPI Jawa Timur bidang pengembangan organisasi dan komunikasi. Menurut Siswandi, salah satu kendala yang dihadapi pelaku seni reog adalah kurangnya infrastruktur.

“Jika berbicara reog untuk ukuran Jawa Timur, saya melihat belum ada infrastruktur di Surabaya yang memadai. Kota Surabaya sebagai pusat persinggahan harus memiliki lokasi khusus bagi Reog Ponorogo. Lihat saja, semua orang yang berkunjung ke Jawa Timur pasti singgah dulu ke Surabaya. Tapi karena kurangnya tempat wisata yang ditunjang dengan kesenian tradisional, maka Surabaya hanya dilalui begitu saja bagi turis domenstik maupun manca. Ini tentu sangat disayangkan,” ucap Siswandi.

Kata Siswandi, jika pemerintah kota mau serius menggarap kesenian Reog Ponorogo, itu bisa menjadi pendapatan asli daerah (PAD). “Ingat, kesenian tradisional adalah milik kita. Kalau serius digarap, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan pendapatan yang luar biasa bagi daerah. Untuk berhasil, kesenian biasanya dikombinasi dengan tempat wisata sudah ada atau menciptakan wisata sendiri,” tuturnya.

 

 

Siswandi mengatakan, pihaknya selama ini sudah mendesak Pemkot, DPRD dan SKPD yang membidangi kepariwisataan untuk mengembangkan kebudayaan yang ada ketimbang memfasilitasi kebudayaan dari luar.

“Reog itu sangat hebat. Dunia secara verbal sudah mengaku Reog Ponorogo berasal dari Indonesia, secara tertulis di UNESCO belum, tapi pemerintah tampaknya masih angin-anginan untuk melestarikan budaya sendiri. Apalagi, jika kesenian reog bisa di-create sedemikian rupa, dipastikan akan menjadi hebat bangsa ini di mata dunia,” sebut Siswandi.

 

 

Untuk menciptakan reog yang hebat, Siswandi memiliki ide yakni membuat teater reog. Menurutnya, teater reog dibuat dengan memiliki jalan cerita. Jalan cerita diadobsi dari mengulas sejarah reog itu sendiri.

Kibasan Dadak Singo Ludro Mengawali Sejarah Reog Ponorogo

“Ada pemain antagonis dan protagonist di cerita tersebut. Mirip film. Tapi tetap tidak meninggalkan pakem yang ada. Ini belum ada, dan saya kira jika dipentaskan akan menjadi bagus,” terangnya.

Namun demikian, teater reog hanya bisa jalan jika ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. “Kita ciptakan saja panggung modern seperti di Bali. Tentu dengan suasana panggung yang layak. Kemudian kita bikin agenda rutin. Sehingga baik turis lokal maupun manca akan betah singgah di Surabaya. Ini bisa diterapkan di daerah lain. Sebagai bukti, di Candi Prambanan ada kesenian Sendratari Ramayana yang dikemas berbarengan lokasi wisata. Konsep yang diusung adalah seni dan wisata. Di sana penonton diajak tertarwa, tersenyum bahkan menangis. Nah, kita bisa menciptakan itu di Surabaya khusus untuk reog tapi dengan sarana yang memadai. Dengan begitu pelestarian kesenian Reog Ponorogo terjaga dengan baik,” harap Siswandi.

Dengan memanfaatkan kesenian Reog Ponorogo sebagai tulung punggung kebudayaan, pungkas Siswandi, secara tidak langsung negara telah mengajak masyarakat untuk cinta terhadap budaya sendiri.nov

 

sumber : http://www.siagaindonesia.com/121033/regenerasi-bathoro-katong-menuju-reog-ponorogo-yang-mendunia.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya