×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Pertunjukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Pasundan

Reak Lugay

Tanggal 27 Aug 2014 oleh muhammad baidowi.

Asal Usul
Di Kampung Cijambe, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung ada sebuah kesenian tradisinonal yang bernama reak, yaitu sebuah kesenian yang merupakan perpaduan antara: reog, angklung, kendang pencak, dan topeng. Konon, kesenian ini lahir sekitar abad ke-12. Ketika itu Prabu Kiansantang (putra Prabu Siliwangi) menginginkan agar penduduk pulau Jawa, khususnya Jawa Barat menganut agama Islam. Dalam agama Islam ada kewajiban bahwa seorang anak laki-laki mesti dikhitan. Mengingat bahwa khitanan berarti memotong bagian ujung penis, maka dalam pelaksanaanya seringkali membuat anak menjadi ketakutan. Untuk itu, para sesepuh menciptakan suatu kesenian dengan tujuan agar yang disunat terhibur, sehingga mengurangi rasa takut. Dan, kesenian itu disebut sebagai “reak” karena merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian, sehingga mewujudkan kehiruk-pikukan dan kesorak-soraian baik dari pemain maupun penonton. 

Peralatan


Peralatan yang digunakan dalam kesenian tradisional reak ini adalah: dogdog yang terbuat dari kayu dan kulit, angklung yang terbuat dari bambu, kendang yang terbuat dari kayu dan kulit, goong yang terbuat dari perunggu, terompet yang terbuat dari kayu dan tempurung, dan kulit, dan kecrek yang terbuat dari besi. 

Pemain dan Busana
Ciri khas kesenian yang disebut sebagai reak ini adalah “susurakan” atau “eak-eakan” (sorak-sorai). Oleh karena itu, jumlah pemainnya minimal 20 orang. Lebih banyak lebih baik (misalnya 30 orang). Mereka terdiri atas: 4 orang pemegang alat reog, 4 orang penggendang pencak, 4 orang pengangklung, 2 orang penari topeng, 6 orang penari, dan 4 orang pengecrek. Adapun busana yang dikenakan adalah pakain sehari-hari (apa adanya). Dengan perkataan lain, tidak seragam.
 
Pementasan
Pementasan diawali dengan penabuhan dogdog. Bersamaan dengan tetabuhan ini para pemain berjalan mengelilingi arena, termasuk para penggendang, pengangklung, dan pengegoong. Ini adalah suatu pengenalan agar para penonton mengetahui orang-orang yang akan memainkan kesenian ini. Setelah semuanya sudah diperkenalkan, maka pemimpinnya memberi sambutan yang isinya permohonan maaf jika dalam pementasan ada kekhilafan. Selain itu, juga ucapan terma kasih baik kepada yang punya khajat maupun penonton. Setelah itu, barulah semua peralatan dibunyikan sesuai dengan lagu-lagu yang diminta oleh si empunya khajat. Dan, bersamaan dengan itu para pemain masing-masing menunjukkan kehebatannya. Dalam hal ini mereka tidak hanya menunjukkan kelincahan dalam menggerakkan tubuh dan memainkan peralatan, tetapi juga menunjukkan gerakan-gerakan sedemikian rupa, sehingga menarik penonton. Pendek kata, semuanya berusaha agar para penonton bersorak-sorai dan tertawa terpingkal-pingkal. Demikian, seterusnya sampai lagu-lagu yang diminta oleh yang punya khajat terpenuhi. Dan, dengan terpenuhinya lagu-lagu itu, maka Sang pemimpin kembali memberi sambutan penutup yang isinya kurang lebih sama dengan sambutan pembukaan. Dan, dengan selesainya sambutan, maka pementasan reak pun berakhir.
Fungsi
Kesenian yang disebut sebagai reak ini pada mulanya memang sangat erat kaitannya dengan Islam karena khitan adalah salah satu syarat bagi seseorang (laki-laki) yang masuk Islam. Namun, bukan berarti bahwa reak bermakna religius karena kesenian ini pada dasarnya hanya untuk menghibur anak yang akan dikhitan. Dalam perkembangannya fungsinya juga tidak berubah, yaitu sebagai hiburan. Lepas dari berbagai fungsi itu, sebagaimana jenis kesenian lainnya yang ada di daerah Cijambe - Cinunuk, kesenian reak juga sekaligus berfungsi sebagai identitas masyarakat pendukungnya. Ini bermakna bahwa kesenian tradisional reak merupakan salah satu unsur jatidiri masyarakat Kampung Cijambe, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
 
Nilai Budaya
Seni sebagai ekspresi jiwa manusia sudah barang mengandung nilai estetika, termasuk kesenian tradisional reak yang ditumbuh-kembangkan oleh masyarakat Kampung Cijambe, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Namun demikian, jika dicermati secara mendalam reak tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilai-nilai lain yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerjasama, kekompakan, ketertiban, ketekunan, kreativitas, kesadaran. Nilai kerjasama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya. Nilai kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar. Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan dan teknik pemukulan perangkat reak. Nilai kreativitas tercermin dari adanya usaha untuk menampilkan gerak yang bisa membuat penonton terpingkal-pingkal. Dan, nilai kesadaran tercermin dari pengakuan bahwa manusia tidak lepas dari kekhilafan sebagaimana yang disamping ketua reak dalam sambutan pembukaan dan penutupan.

DISKUSI


TERBARU


Makanan Khas Je...

Oleh Yaemmm | 10 May 2024.
Makanan daerah

Horog-Horog adalah makanan khas Jepara sebagai sumber karbohidrat dapat menjadi pengganti nasi. Bahan utamanya adlah tepung yang terbuat dari pohon a...

Tari Hudoq: Mer...

Oleh Firasalihaz | 03 May 2024.
Tarian Tradisional

Budaya Tari Hudoq dari Kalimantan Timur mempesona dengan keunikan dan kedalaman maknanya. Tarian ini berasal dari suku Dayak Basad, di mana penari la...

Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...