×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara adat

Provinsi

Sulawesi Tengah

Ratompo

Tanggal 19 Jan 2018 oleh Fennec_fox .

Tujuannya dari Upacara Ratompo ini biasanya sudah dilaksanakan setelah yang diupacarakan sudah sembuh dari rasa sakit yang dialaminya dalam suatu upacara yang disebut mancumani yang sudah merupakan pesta antar kampung.

Tempat Penyelenggaraan Upacara

Mengenai tempat penyelenggaraan upacara ratompo ini tidak terikat kepada sesuatu tempat tertentu seperti di rumah orang tua ataupun tempat khusus seperti di rumah tua adat, dan sebagainya.

Akan tetapi tradisi setempat telah menetapkan dalam hal pelaksanaan ratompo adalah dipilih suatu tempat yang jauh dari keramaian orang, misaInya di hutan di bawah pohon yang besar yang memang telah disiapkan untuk pelaksanaan upacara tersebut. Alasan ini adalah berdasarkan pada pertimbangan bahwa upacara sama sekali tidak dapat disaksikan oleh keluarga yang diupacarakan ataupun orang lain, kecuali penyelenggara teknis upacara, pembantunya, dan yang diupacarakannya sendiri. Kadangkala keluarga yang diupacarakan sudah menyiapkan terlebih dahulu rumah yang sudah dalam keadaan kosong, yang juga tempatnya sudah diperhitungkan jauh dari keramaian orang atau tempat Ialu lalang orang. Di sinilah tempat penyelenggaraan upacara yang sangat dirahasiakan.

Penyelenggaraan Teknis Upacara

Pada bagian upacara hanya ada seorang sebagai penyelenggara teknis upacara yakni tope tompo (dukun). Tope tompo adalah seorang pria yang kedudukan sosialnya adalah dari kalangan orang kebanyakan di mana mempunyai keahlian khusus dalam melakukan mencabut gigi bagi perempuan, dan menurut salah seorang informan yang peneliti sempat wawancarai bahwa orang biasa melaksanakan ratompo hanya seorang saja ada di daerah Kulawi yang memang sudah menjadi pekerjaannya adalah melaksanakan di bawah pengaruh kuasa lembaga adat dan raja-raja pada saat itu.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara

Di samping penyelenggara teknis upacara, maka satu-satunya orang yang terlibat dalam upacara ratompo adalah tope pahilu (orang yang membantu topetompo) yang bertugas memegang kedua belah pipi yang diupacarakan pada saat ratompo dilaksanakan. Jadi, karena upacara ini harus terpisah dari keluarga yang diupacarakan, maka dalam pelaksanaarmya pun lebih diperketat agar tidak dapat disaksikan baik.

Persiapan dan Perlengkapan Upacara

Pengadaan materi dalam kegiatan upacara Ratompo adalah dua buah barang (ton’o), air hangat secukupnya, tikar dan bantal untuk tempat tidur yang diupacarakan, painpongoa (tempat sirih) tempat penampungan darah, ayu (abu dapur) untuk peresap darah dalam tempat sirih, tabo ngkala (cebokan) untuk menampung darah yang lebih banyak (pendarahan), dan porama mavau (sejenis rumput yang busuk baunya).

Jalannya Upacara Menurut Tahap-tahapannya

Peristiwa upacara ratompo menurut tahap-tahapnya adalah berbeda dengan upacara-upacara lainnya. Ratompo dilaksanakan bagi seorang gadis yang mempunyai sifat-sifat khusus dan hanya dilakukan di kalangan golongan bangsawan berdasarkan keturunan, sehinga tahap upacaranya sangat berbeda seperti misaInya sebelum ratompo dilaksanakan maka terlebih dahulu pihak keluarga yang diupacarakan meminta izin kepada raja bahwa pada hari yang telah ditentukan nanti anak saya si A akan ratompo, maka atas dasar permintaan izin tersebut, ratompo dapat dilaksanakan. Pada saat hari yang telah ditentukan di mana yang diupacarakan di rumahnya telah terkumpul sanak keluarga dan topetompo serta tope palielit (pembantu) telah siap semua, maka yang diupacarakan mulai diberi pakaian secukupnya yakni halili (baju putih dari kulit kayu ) dan sarung dari mbesa. Setelah selesai dipakaikan pakaian lalu diberi makan dengan ketan dan telur. Setelah selesai makan dengan diantar oleh keluarga yang diupacarakan, topetompo dan topepahelu mulai berjalan ke depan pintu rumah yang diupacarakan. Keluarga yang mengantarkan hanya sampai di halaman rumah sebagai tanda melepas kepergian yang diupacarakan. Maka yang diupacarakan pun dengan diikuti oleh topetompo serta topepalielu berangkat meninggalkan rumah menuju tempat vang sudah ditentukan seperti dahulu yang sunyi dari keramaian atau sebelah rumah yang dikosongkan. Sesudah tiba di tempat yang telah ditentukan maka topetompo mulai menyiapkan perlengkapan yang dibawanya serta yakni dua buah guma (parang) dan topepahelu sudah menyiapkan tikar dan bantal.

Setelah siap semua peralatan upacara, maka yang pertama dilakukan adalah topepalielu mulai menutup mata anak yang diupacarakan dengan kain nunu, dan ditidurkan di atas tikar, kepalanya di atas bantal. Kemudian kedua kaki yang diupacarakan pun mulai diikat dengan kain nunu dan kedua belah tangannya pun diikat.

Selanjutnya semuanya telah siap maka topepahelu menyiapkan perlengkapan-perlengkapan lain seperti air hangat, am (abu dapur), pompangoa (tempat siri), dan taba ngkala (cebokan). Bila segala persiapan ini sudah disiapkan maka topepahelu mulai mengambil tempat di bagian kepala yang diupacarakan, sedangkan topetompo sudah memulai memegang peralatannya berupa dua buah guma (parang) masing-masing parang ini adalah sebagai pahat dan martil. Parang yang berupa pahat ini pada ujung gagangnya sudah ditipiskan yang cocok bila dimasukkan di antara sela-sela gigi; sedangkan parang yang dijadikan martil yang digunakan untuk memukul pahat tersebut adalah bagian belakang parang. Sebelum ratompo dilaksanakan, maka terlebih dahulu topetompo membacakan gane (mantera) antara lain: “Ane moto moleko patumpako, ane matumpako patumoleko, bona nemo madea ra mchuko tiroi daka kami“. Artinya: Bila kami tidur tengadah, lihatlah kami dan bila kami tidur tengkurap angkatlah kami, jangan sampai banyak darah yang keluar lihatlah kami.

Sesudah membaca mantera tersebut, maka topetompo mulai memasukkan parang yang serupa pahat tadi ke sela-sela gigi yang akan ditanggalkan dengan maksud untuk menjarangkan. Sesudah digoyang-goyangkan pahat yang sudah berada di sela gigi bagian atas dan bawah yang terdiri dari delapan gigi seri, empat gigi taring atas dan bawah. Setelah pahat sudah selesai digoyang-goyangkan di antara sela-sela gigi, maka topetompo mulai memukulkan belakang parang pada pahat itu dengan sekuat-kuatnya. Karena itu, sejumlah gigi tersebut menjadi tanggal dan topepohelu mulai mencabut satu per satu gigi yang sudah tanggal tersebut.

Setelah semua gigi tersebut dikeluarkan, maka mulai diberi pengobatan berupa air hangat untuk dikumur-kumur dan semua darah yang keluar ditampung di tempat sirih dengan diberi abu dapur agar darah yang sudah tertampung tersebut dapat terserap oleh abu dapur tersebut. Setelah darah mulai berkurang dan yang diupacarakan sudah siuman maka yang diupacarakan pun dengan diantar oleh topetompo dan topepalielu kembali ke rumah yang diupacarakan. Sesudah tiba di rumah, maka anak yang diupacarakan lalu di tidurkan di tempat tidur yang sudah disiapkan. Selama pengobatan berlangsung di rumah yang diupacarakan, dilakukan oleh topepahelu sampai anak yang diupacarakan itu sembuh benar.

Pantangan-pantangan Yang Harus Dihindarkan

Selain tujuan penyelenggaraan upacara adalah mencuri keselamatan dan menghindarkan malapetaka maka dalam upacara ratompo juga mengenal pantangan-pantangan yang tidak bersifat-sakral magis, tetapi pantangan di sini menyangkut hal cepatnya kesembuhan yang diupacarakan. Pantangannya meliputi tingkah laku dan perbuatan, seperti selama dalam pengobatan yang diupacarakan tidak boleh banyak bergerak karena akibatniya dapat menimbulkan pendarahan yang banyak atau bengkaknya tidak akan turun. Pantangan lainnya adalah selama pengobatan berlangsung yang diupacarakan tidak boleh makan yang asam-asam dan selama tiga hari sejak saat diratompo tidak boleh minum air akibatnya bila hal ini dilanggar akan lebih lama proses kesembuhan yang diupacarakan.

Lambang-lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara

Ketan putih dan satu butir telur sebagai simbol yang diupacarakan. Lambang ini adalah merupakan tanda keihlasan dan ketulusan hati daripada yang diupacarakan yang seputih dan sebulat hati menyerahkan anak untuk diupacarakan. Sebab hal ini menurut tradisi setempat bahwa upacara ratompo adalah sebagai tanda setengah berkabung bagi keluarga yang diupacarakan.

Source: http://telukpalu.com/2007/11/ratompo/

DISKUSI


TERBARU


Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

Bubur Pedas

Oleh Sherly_lewinsky | 25 Apr 2024.
Makanan khas Kalimantan Barat

Bubur pedas adalah salah satu makanan khas dari Kalimantan Barat. Biasanya, bubur ini akan dilengkapi dengan berbagai macam sayuran seperti daun kuny...

ANALISIS FENOME...

Oleh Keishashanie | 21 Apr 2024.
Keagamaan

Agama Hindu Kaharingan yang muncul di kalangan suku Dayak sejak tahun 1980. Agama ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan kepercayaan lokal su...

Kue Pilin atau...

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
Kue Tradisional

Kue pilin atau disebut juga kue bapilin ini adalah kue kering khas Sumatera Barat.Seperti namanya kue tradisional ini berbentuk pilinan atau tamb...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...