Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Rangawan Sang Pencipta Kinorohingan
- 24 Juli 2018

Genesis atau kisah penciptaan Dusunic Sabah ada banyak versi, salah satu versi yang agak menarik adalah versi Rangawan. Dalam versi ini, disebutkan bahwa Kinorohingan adalah kata nama umum untuk deity dan merupakan deities yang dicipta. Rangawan dikatakan telah mencipta dua Kinorohingan, satu lelaki dan satu perempuan. Tujuan keduanya diciptakan adalah untuk membantu Rangawan mencipta langit dan bumi. Rangawan telah mencipta langit dan bumi, tapi ciptaan ini kononya hanya sebesar “sirung”, atau topi tradisional. Kemudian dia mencipta dua Kinorohingan tersebut, memerintahkan mereka supaya mencipta langit dan bumi; mencipta tujuh lapisan syurga (libabou) dan tujuh lapisan bumi. Ketika kedua Kinorohingan ini selesai mencipta, mereka kemudian mencipta manusia. Rangawan memerintahkan kedua Kinorohingan tersebut supaya mencipta pohon “timadang” yang dapat mengeluarkan buah yang cepat dan banyak, sebagai makanan kepada manusia ini, pohon “timadang” itu juga diperintahkan untuk mengeluarkan buah padi, mengeluarkan ikan dan beberapa bahan makanan lain. Ketika tanaman pertanian manusia berhasil mengeluarkan hasil, maka Rangawan memerintahkan kedua Kinorohingan untuk mencipta semua jenis binatang liar, juga binatang jinak dan binatang ternak. Setelah selesai, kedua Kinorohingan itu diperintahkan untuk mencipta pakaian, peralatan besi, perak, emas dan tembaga.

Ketika semuanya sudah selesai, Rangawan memerintahkan kepada kedua Kinorohingan supaya mereka menumbangkan pohon “timadang” yang mampu mengeluarkan pelbagai bahan makanan tersebut. Ini karena, pohon “timadang’ sakti itu telah menyebabkan pertengkaran antara sesama manusia, masing-masing bertengkar karea ingin memiliki pohon tersebut, sehingga banyak yang terbunuh. Rangawan mengatakan kepada kedua Kinorohingan tersebut, manusia tidak dapat melihat mereka karena Rangawan tidak mengajarkan manusia ritual-ritual keagamaan untuk berhubung dengan mereka. Maka Kedua Kinorohingan itu bertanya kepada Rangawan, “bagaimanakah kami dapat mengajarkan manusia ritual-ritual agama, sedangkan kamu mengatakan manusia tidak dapat melihat kita?”. Rangawan berkata kepada kedua Kinorohingan tersebut, “ajarkan ritual-ritual agama tersebut kepada ‘kogiyu (orang utan)’, kerana mereka dapat melihat kita”. Maka kedua Kinorohingan tersebut mengajarkan ritual-ritual agama kepada “kogiyu”. Kononya, seorang lelaki bujang telah mempelajari ritual-ritual agama tersebut ketika ia menjumpai “kogiyu” tersebut sewaktu berburu di hutan, di Sungai Kadamaian, Sungai Pibutulan dan Sungai Sugud.

Rangawan merupakan satu tuhan yang agak kabur identitinya, kerana “Rangawan” dalam istilah Dusun bererti “mata kail”. Tapi nampaknya istilah “Rangawan” ini kemungkinan hasil pengaruh daripada Hinduisme, agama dari India yang dipercayai mula bertapak di Borneo seawall abad-4 masehi. Kerajaan etnik Dusunic bermula pada sekitar tahun 6 masihi di Brunei, dan dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddahisme. Kemungkinan kaum Dusun Sabah mendapat pengaruh Hinduisme pada zaman Brunei lama yang beragama Hindu-Buddha. Dalam Hinduisme, ada dewa yang dalam istilah Sanskrit disebut “raghava” atau “raghavan” dalam istilah India Selatan. Istilah tersebut bererti, “keturunan daripada Raghu”. Istilah “raghavan/raghava” ini merupakan nama gelaran untuk dewa Hindu yang bernama “Rama”; Rama merupakan avatar atau penjelmaan daripada dewa Vishnu. Nama Rama juga sering dipakai sebagai nama mistik untuk Raja Kosala, semantara dalam keagamaan Hindu, nama “Raghava Rama” pula merujuk kepada “Mantera Vaishna” yang dikaitkan dengan guru spiritual Hinduisme yang bernama Sri Caitanya Mahaprabhu.

Apakah nama “Rangawan” ini berkaitan dengan dengan agama kuno Hindu yang pernah tersebar dan bertapak di Borneo suatu ketika dahulu, atau mungkin berasal dari kata benda “mata kail” dalam bahasa Dusun, tidak ada yang tahu. Hal yang menarik lagi mengenai agama tradisi Dusun kuno adalah mengenai istilah “Kinorohingan”. Secara etymologi, istilah “Kinorohingan” berasal daripada akar kata “molohing” yang berasal dari kata “lohing”. Istilah ini sebenarnya terbentuk dari dua kata, iaitu “ki” dan “lohing”. Kedua kata ini ditambah denga imbuhan atau “suffix”, iaitu “an” dan “on”, serta pertukaran konsonan daripada “I” kepada “r” untuk membantuk kata nama (noun). Daripada proses dinamik gramatikkal ini, muncullah kata “Kinorohingan”, yang bererti “Yang Tersangat Tua”. Terdapat banyak versi mengenai gambaran “Kinorohingan”, bermula daripada gambaran sederhana seperti lelaki yang sangat tua dan seorang “modsusupu (tukang besi)” di syurga, sampailah gambaran yang lebih ekstreme, misalnya tuhan yang memiliki tujuh tanduk. Dalam banyak tradisi agama serta mitos Dusun, istilah “Kinorohingan” juga adalah kata nama umum untuk entiti yang berkuasa. Di daerah Ranau misalnya, ketika mereka mengadakan upacara keagamaan suci yang dipanggil Patod, mereka akan menyeru sebanyak 18 Kinorohingan, iaitu :

01. Kinorohingan Kinopuunon.
02. Padtalaban Polopusan.
03. Sinumandak Sinandayang.
04. Pomurikoton Pomurindoyon.
05. Moguguwu Moginobot.
06. Kinombura Kinondawai.
07. Suminundu Lominodu.
08. Odu Sundu Irolodu.
09. Anakundi Sibaanon.
10. Tinonlugu Tinontagas.
11. Rinandawi Rinondunu.
12. Mogulungung Monginanau.
13. Mongudinking Mongudia.
14. Muring Poiton Potingagadon.
15. Durapos Garawan.
16. Nombuyun Nindahau.
17. Modsusupu Manansa.
18. Gogopupon Pogowian.

Pada umumnya, kaum Dusun mempercayai bahwa Kinorohingan tinggai di syurga tingkat ke-7 yang dalam bahasa spiritual dipanggil “Kopinturuh”. Bobolian memiliki kemampuan untuk berhubung dengan Kinorohingan, bahkan bertemu dengan Kinorohingan melalui komburongohnya yang berisikan semangat baik yang dicipta Kinorohingan untuk membolehkan manusia berhubung dengan Nya. Salah satu cara Bobolian berhubung dengan Kinorohingan adalah dengan menggunakan Komburongohnya. Pertama, semangat Komburongohnya itu dibagikan kepada semangat lelaki (Komburongoh) dan semangat perempuan (Rinokian). Kedua semangat ini kemudian diperintahkan untuk pergi menghadap Kinorohingan, memberitahu apa yang dimohon oleh Bobolian, entah itu “tutuduk”, “sundu” maupun “kosogit-sogiton”.

Sumber: Aki Rumantai

https://folksofdayak.wordpress.com/2018/04/13/rangawan-sang-pencipta-kinorohingan-mengenal-rangawan-dan-kinorohingan-2/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline