|
|
|
|
Rambu Solo Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16918138_Ahmad Risyad Granada Tiammar. |
Adat Pemakaman Toraja ‘Rambu Solo’
Ahmad Risyad Granada Tiammar
16918138
1.1. Kebudayaan Rambu solo
Rambu solo yang merupakan sebuah adat pemakaman asli yang dilakukan oleh etnis toraja telah menjadi daya Tarik khas dari tempat itu. Wisatawan dari dalam negara maupun mancanegara berbondong-bondong untuk menyaksikan upacara pemakaman ini.
Gambar 1.1 Kuburan Batu Londa |
Rambu Solo’ merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.
Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.
Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Gambar 1.2 . Kerbau-Kerbau yang akan disembelih (sumber : http://www.gocelebes.com/upacara-rambu-solo-pemakaman-termahal-bagian-2/ ) |
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Tentu tidak semua orang Toraja mampu melakukan prosesi rambu solo ini, maka dari itu, rambu solo dibagi menjadi empat jenis berdasarkan status sosial seseorang, yaitu
Gambar 1.3 Upacara Rambu Solo​​ (sumber : ​https://travel.kompas.com/read/2015/03/31/193800427/Rambu.Solo.Tradisi.Pemakaman.Unik.di.Tana.Toraja ) |
1.2. Asal Usul Kebudayaan Rambu Solo
Upacara rambu solo suku toraja berkaitan erat dengan sistem kepercayaan tradisional suku Toraja, yang merupakan kepercayaan anisme politeistik yang disebut aluk, atau “jalan” (kadang diterjemahkan sebagai “hukum”). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta.Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah.Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Gambar 1.4 Seorang mayat yang diperlakukan layaknya seseorang yang masih hidup (sumber : https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2072588/tradisi-mayat-berjalan-di-tana-toraja ) |
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman disebut to minaa (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.Kedua ritual tersebut sama pentingnya, Karena alasan inilah masyarakat toraja melakukan upacara Rambu solo, Karena orang yang belum melalui prosesi rambu solo dianggap belum meninggal, dan akan diperlakukan layaknya seseorang yang masih hidup.
1.3. Perkembangan dari waktu ke waktu
Kebudayaan bersifat dinamis, artinya suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan, baik dengan perlahan-lahan atau seketika, begitu juga dengan kebudayaan Rambu solo
Rakyat toraja kuno melakukan prosesi rambu solo dikarenakan oleh kepercayaan mereka, sebelum kedatangan bangsa Eropa, masyarakat Toraja menganut agama mereka dengan taat, setiap ada seseorang yang meninggal, semua kerabat keluarga tersebut harus mengumpulkan dana untuk melakukan prosesi rambu solo Karena kepercayaan mereka bahwa orang yang belum melakukan prosesi ini tidak bisa dikatakan sebagai orang mati, setelah kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, mayoritas masyarakat Toraja menganut agama Kristen, tetapi mereka masih tetap melakukan prosesi rambu solo Karena upacara tersebut yang sudah menjadi corak khas dan kebiasaan dari masyarakat toraja, hanya saja sekarang tidak semua orang dapat melaksanakan prosesi upacara rambu solo.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |