|
|
|
|
![]() |
Ramalan Jayabaya Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM_19918138_Josephine Emmanuel. |
Raja Jayabaya adalah salah seorang raja besar dari Kerajaan Kediri yang berdiri pada tahun 1042-1222 di Jawa Timur. Jayabaya dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gemar belajar, sehingga pemerintahan Beliau pun mendatangkan masa kejayaan Kediri pada tahun 1135-1157. Meskipun demikian, Raja Jayabaya ini lebih dikenal karena ramalannya mengenai masa depan Indonesia; ramalan yang dikenal dengan sebutan "Jangka Jayabaya".
Jayabaya diyakini oleh banyak orang Jawa sebagai seorang keturunan langsung dari Pandawa Lima, sosok tersohor dalam agama Hindu. Ayahnya, Gendrayana, diyakini sebagai seorang putra Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra dari Arjuna yang adalah saudara ketiga Pandawa Lima, sedangkan Arjuna sendiri merupakan anak dari Dewa Indra. Karena hal inilah, Jayabaya diyakini memiliki kekuatan untuk membaca kejadian masa lalu dan juga masa depan. Adapun beberapa sumber juga meyakini bahwa Jayabaya adalah seorang keturunan dari Dewa Kebijaksanaan, Brahma, atau seorang titisan Wisnu, Dewa Pelindung.
Jayabaya telah sebelumnya meramalkan beberapa kejadian yang sungguh terjadi pada Indonesia. Salah satunya adalah ramalan mengenai kedatangan orang berkulit putih membawa senjata yang dapat membunuh dari jauh. Ramalan tersebut menyatakan bahwa orang berkulit putih ini akan menduduki Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Tak hanya sampai di situ, Jayabaya juga meramalkan kedatangan dari orang berkulit kuning yang akan menduduki Indonesia selama seumur jagung. Seperti yang kita ketahui, yang dimaksud dengan kedua kejadian ini adalah kedatangan orang Belanda dan kedatangan orang Jepang.
Maka tak heran bila ramalan Jayabaya mengenai pemimpin negara Indonesia juga menjadi suatu hal yang diperhatikan masyarakat. Ramalannya dengan istilah “Notonegoro”, yang dalam Bahasa Jawa berarti penata negara, telah lama menjadi sebuah sumber perdebatan dalam dunia politik saat ini.
Maksud dari ramalan NOTONEGORO adalah rumusan mengenai raja atau penguasa di negara Indonesia. Penjelasan paling sederhana mengenai ramalan tersebut adalah bahwa pemimpin sejati Indonesia bukanlah raja yang berkuasa, namun seorang pengurus yang menjawab kepada permasalahan rakyatnya.
Karena tidak terdapat penjelasan lebih lanjut, maka sampai saat ini, belum diketahui secara pasti bagaimana cara membaca ramalan tersebut. Meskipun demikian, telah ada beberapa pandangan umum mengenai cara penafsiran ramalan ini.
Pandangan yang pertama dan paling diyakini adalah dengan melihat setiap suku kata dari istilah "Notonegoro" sebagai bagian dari nama para penguasa. Pandangan ini sudah terbukti dengan presiden pertama dan kedua Indonesia, yakni Soekarno dan Soeharto; nama Soekarno mengandung kata "NO" dan nama Soeharto mengandung kata "TO". Cara pandang inilah yang mengakibatkan banyak orang Jawa mengakhiri nama anak-anak mereka dengan "NO" dan "TO". Namun pandangan ini memiliki kelemahan, yaitu tidak ada nama-nama presiden Indonesia setelahnya yang mengandung bunyi "NE". Terdapat kepercayaan bahwa akhiran "NE" menandakan bahwa Indonesia akan dipimpin oleh seorang presiden yang bukan merupakan seorang keturunan Jawa, melihat bahwa nama orang Jawa identik dengan akhiran huruf O.
Cara penafsiran ini berlanjut hingga presiden keempat dan kelima; pandangan kedua mengatakan bahwa istilah "NOTONEGORO" memiliki makna tersendiri. Karena kedua presiden pertama Indonesia telah menata negara ini dengan baik, maka "NOTO" dapat berarti (me)NATA. Bila demikian, maka untuk presiden keempat dan kelima - GusDur dan Megawati - ramalan tersebut tidak mengangkat nama seseorang, melainkan dari kejadian yaitu GORO yang artinya gara(-gara) atau sengketa.
Namun cara penafsiran seperti ini tidak konsisten dan cenderung lebih bersifat mencocok-cocokkan sendiri dengan ramalan. Maka kembali kepada penafsiran pertama; lantas bagaimana dengan presiden-presiden lain yang namanya tidak sesuai dengan bunyi NOTONEGORO? Jawaban sederhananya, mungkin saja ramalan NOTONEGORO hanya merujuk pada sosok-sosok presiden paling berpengaruh seperti Soekarno dan Soeharto.
Jayabaya juga memiliki ramalan lain yang disebut Ramalan Sang Ratu Adil. Dalam ramalan ini, Jayabaya menuliskan bahwa akan datang saat dimana kendaraan besi akan berjalan tanpa kuda dan kapal dapat menjelajah angkasa -- pada saat inilah akan bangkit seorang pahlawan yang akan membawa Indonesia pada masa kejayaan.
Ratu Adil akan lahir dalam masa kelam, di mana ia akan memulihkan ketertiban, keharmonisan, dan keadilan dunia. Ia akan mengalami masa sulit, penghinaan, dan kemiskinan. Namun masa tersebut akan ia lewati dengan hati yang tulus dan teguh.
Ramalan Sang Ratu Adil menjadi sangat penting bagi Indonesia karena saat-saat ini diyakini sebagai Era Kegelapan, dengan maraknya kesengsaraan di tengah kehidupan masyarakat. Karena itu, kedatangan Ratu Adil dianggap sudah dekat dan menjadi sumber harapan bagi masyarakat.
Ramalan-ramalan terkadang mengandung makna harafiah, namun terkadang juga mengandung makna tersembunyi yang membutuhkan suatu pemahaman mendalam untuk menjabarkan. Meskipun baik ramalan NOTONEGORO maupun ramalan Sang Ratu Adil tidak memiliki makna yang jelas, namun ramalan-ramalan Jayabaya ini menjadi sangat populer sebab ada secercah harapan yang dituangkan dalamnya bagi masyarakat; harapan mengenai masa depan Indonesia yang jaya dan makmur. Harapan inilah yang menjadi sumber kekuatan masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi masa-masa sulit.
#OSKMITB2018
sources:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jayabaya
https://www.merdeka.com/peristiwa/9-ramalan-jayabaya-yang-terbukti-kebenarannya.html
https://www.kompasiana.com/hagemaru_j/55299894f17e61430bd623a9/menafsirkan-ramalan-jayabaya-notonegoro
https://www.mbahmijan.com/mengulik-tafsiran-joyoboyo-tentang-notonegoro/
http://habitanomaly.blogspot.com/2014/12/ramalan-notonegoro-jayabaya-jokowi-tak.html
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |