Raden Suano adalah pemuda Dusun Rayo yang gagah dengan kekuatan yang luar biasa. Suatu hari, ia pergi berguru pada orang tua bijak dan sakti di negeri tetangga. Raden Suano bermaksud menambah pengalaman serta ilmu silat maupun ilmu kebatinan.
Setelah melewati batas waktu yang telah ditentukan, Raden Suano meninggalkan perguruan, dan kembali pulang ke rumahnya. Di rumah ibunya bercerita kalau dusun baru saja diserang oleh orang dari seberang lautan, dan adik Raden Suano diculik.
Raden Suano sangat marah mendengar cerita ibunya. Ia menyatakan niatnya untuk mencari, dan membawa pulang sang adik. Beberapa anggota keluarga terutama yang sudah tua mencoba menghalangi niat Raden Suano. Namun Raden Suano bersumpah akan mencari sang adik, walau harus ke ujung dunia.
Raden Suano berlayar dengan kapal layar yang terbuat dari kelopak jantung pisang. Berhari-hari Raden Suano berlayar tak tentu arah, karena tidak tahu dari mana asal orang-orang yang menculik adiknya. Namun Raden Suano tak putus asa, dan terus melakukan pencarian.
Di tengah pencariannya, tiba-tiba badai menyerang kapal Raden Suano. Ia berusaha menyelamatkan diri, saat badai besar menghancurkan kapalnya. Dengan susah payah, Raden Suano berenang dan berhasil menggapai salah satu tiang kapal yang patah sebagai pelampung. Belum sempat Raden Suano beristirahat, datang seekor hiu raksasa yang langsung menelan Raden Suano.
Walau Raden Suano berada dalam perut hiu, tetapi ia tidak dapat dicerna oleh perut hiu, karena badan Raden Suano yang sangat keras. Berkat kesaktiannya, Raden Suano mampu bertahan tanpa makan dan minum, walau sedikit udara selama berada dalam perut hiu.
Setelah lewat sepekan, Raden Suano merasakan kalau hiu yang menelannya berhenti bergerak. Ia mencoba berteriak meminta tolong. Perlahan-lahan Raden Suano dapat melihat berkas cahaya. Tak lama kemudian, Reden Suano melihat ada orang yang membelah perut hiu, hingga ia bisa bernapas dengan leluasa.
Nelayan yang menolongnya heran bagaimana mungkin Raden Suano mampu bertahan dalam perut hiu. Raden Suano menceritakan bagaimana ia bisa sampai di perut hiu yang besar dan ganas. Nelayan-nelayan saling pandang, lalu mereka menceritakan kalau belum lama ini ada sebuah kapal merapat ke pulau itu. Mereka membawa seorang putri berwajah cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut ikal mayang mengurai.
Kapal tersebut berlayar menuju Bandar Palembang kemudian rombongan akan meneruskan perjalanan menuju negeri Pasemah di Gunung Dempo. Setelah istirahat Raden Suano pamit langsung berlayar menyusul kapal penculik adiknya ke Bandar Palembang.
Begitu sampai di negeri Pasemah, Raden Suano segera menghadap Puyang Pasemah selaku pasirah. Di sana ia menceritakan maksud kedatangannya. Puyang Pasemah mengingatkan jika yang menculik adiknya adalah orang berpangkat, dan sangat berpengaruh. Jadi Raden Suano harus hati-hati dalam menyelasaikan masalah ini.
Esok harinya sesuai kesepakatan, Raden Suano menemui Hulubalang Raja. Raden Suano menyampaikan maksud kedatangannya. Ia ingin membawa adiknya kembali.
“Aku tidak mau mengembali adikmu.!” Tolak Hulubalang Raja.
“Lebih baik berputih tulang, daripada berputih mata menyaksikan adik kesayangan dilarikan dan dipaksakan menikah dengan orang yang tak berperikemanusiaan,” balas Raden Suano.
Raden Suano menyerang Hulubalang Raja dengan pukulan jarak jauh. Angin puting beliung menerpa Hulubalang Raja, membuat beberapa orang terpelanting. Hulubalang Raja membentangkan tangan memapas serangan Raden Suano.
Begitu angin berhenti, pengawal Hulubalang Raja menyerang Raden Suano dengan pedang. Raden Suano berkelit, lalu ia memukul penyerang hingga roboh. Melihat temannya jatuh, dua pengawal segera mengambil keris dan tombak langsung menusuk jantung Raden Suano.
Dengan gesit Raden Suano menghindar dan menyerang lawannya hingga jatuh tak berdaya. Semakin lama lawan Raden Suano semakin banyak dan semakin sakti, tapi semua dapat dikalahkan oleh Raden Suano.
Akhirnya tinggal Hulubalang Raja dan Puyang Pasemah yang masih berdiri tegak. Puyang Pasemah mulai gentar. Puyang Pasemah segera meminta Hulubalang Raja segera mengembalikan adik Raden Suano, tapi Hulubalang Raja menolak.
“Sebentar lagi orang-orang Kubuan sampai. Mereka pasti mampu mengalahkan orang itu.” tunjuk Hulubalang Raja pada Raden Suano.
Benar saja. Saat lawan terakhir Raden Suano roboh, munculah orang-orang kubuan lebih dari dua puluh orang dengan berbagai jenis senjata.
“Serang orang itu!!” Perintah Hulubalang Raja.
Langsung saja satu orang menerkam Raden Suano, tapi dapat dielakan oleh Raden Suano. Melihat kawannya tak dapat mengalahkan Raden Suano, tiga orang kubuan membantu tapi tak juga mampu mengalahkan Raden Suano. Akhirnya semua orang kubuan menggempur Raden Suano.
Pertempuran berlangsung sengit tapi Raden Suano berhasil mengalahkan orang Kubuan. Melihat orang bayarannya tak sanggup mengalahkan Raden Suano , Hulubalang Raja sendiri turun tangan.
Awalnya Raden Suano kerepotan. Tapi lama kelamaan, Raden Suano mampu mengimbangi Hulubalang Raja. Akhirnya Raden Suano mampu menendang tangan kiri Hulubalang Raja hingga tombak pendek di tangannya terpental puluhan tombak ke atas.
Hulubalang Raja limbung dan terjatuh saat bersamaan tombak yang terpental tadi jatuh tepat mengenai tubuh Hulubalang Raja.
Puyang Pasemah membebaskan adik Raden Suano. Sebelum barangkat pulang, Raden Suano mengeluarkan sebuah bungkusan dan melemparkannya pada Puyang Pasemah.
“Terima kasih Puyang. Tolong obati semua yang terluka dengan ini. Semoga tidak ada dendam diantara kita dan jadikan ini sebagai pelajaran bagi anak cucu kita.”
Akhirnya Raden Suano kembali ke Dusun Rayo. Ia diangkat menjadi pasirah dan adiknya dinikahkan dengan seorang pangeran dari seberang lautan. Keduanya hidup bahagia dengan keluarga masing-masing.
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati