Di daerah Maluku Utara ada bukit terjal yang diapit oleh Gunung Gamalama , Gunung Kiematubo , Gunung Ternate , dan Gunung Tidore yang membentuk keindahan alam yang sangat mempesona dan sangat indah. Dahulu kala, terdapat sebuah kisah cinta yang menarik.
Pada suatu sore, di kampung Salero,Ternate. Terdapat tujuh bidadari yang hendak singgah untuk mandi di kaki air sentosa. Dengan suasana alam yang asri, burung-burung berkicauan dan hembusan angin yang sejuk para bidadari melepaskan sayapnya untuk mandi di kaki air Sentosa. Saat sedang asik-asiknya menikmati kaki air Sentosa para bidadari akhirnya hendak untuk kembali ke kahyangan tetapi salah satu dari mereka yaitu Putri Boki Nursyafeah kehilangan salah satu sayapnya dan terpaksa untuk tetap tinggal di bumi. Di sisi lain, seorang pemuda yang sedang merantau bernama Jafar Sidik, melihat para bidadari dan menyukai salah satu dari mereka yang tidak lain adalah Putri Boki. Jafar mengambil salah satu sayap dari Putri Boki. Jafar hendak menemani sang putri dan berkata jika ia menemukan sayap sang putri maka sang putri harus menikah dengannya. Putri Boki hampir menolak syarat dari Jafar Sidik tetapi setelah ia berpikir akan lebih baik ia menerimanya daripada ia sendiri dan kedinginan di hutan serta dapat dimangsa, alangkah baiknya ia menerima tawaran Jafar Sidik. Setelah berpikir, sang putri pun menerima tawarannya. Jafar Sidik pun merasa senang mendengar sang putri setuju dengan persyaratannya.
Setelah itu, Jafar membawa sang putri pergi ke Ternate untuk diperkenalkan oleh orang tuanya dan kedua orang tua Jafar pun setuju untuk menikahi mereka secara resmi. Sejak itu, Jafar dan Putri Boki hidup bahagia dan dikaruniakan empat orang anak. Namun, sang putri masih berpikir bahwa hidup di bumi lebih susah, ia harus menghidupkan anak-anaknya dan harus bekerja keras. Tidak seperti di kahyangan, semua yang ia butuhkan telah dipersiapkan sang pelayan.
Sampai suatu ketika, sang putri melihat pelangi diatas tempat tinggalnya bersama Jafar dan ke-empat anak mereka dengan sepasang sayap yang turun. Segera ia menghampirinya dan mengenakan sepasang sayap itu kepadanya. Ia berpamitan kepada ke-empat anaknya yang berlinangkan air mata melihat kepergian ibu mereka. Sang Putri berkata kepada anak-anaknya supaya tidak khawatir karena ia akan mengunjungi mereka setiap bulan purnama. Tidak lama setelah berkata itu, ia mulai terbang kembali ke kahyangan.
Setelah peristiwa tersebut , Jafar Sidik menceritakan kembali cerita itu dan menambah kesedihan serta tangisan yang memilukan. Jafar Sidik tetap mendidik anaknya dengan sungguh – sungguh ditengah kerinduan yang cukup dalam kepada sang istrinya , Putri Boki. Hari silih berganti dengan cepat dan Jafar Sidik pun semakin tua, anak – anaknya pun semakin dewasa dan taat beragama memliki jiwa yang besar serta beriman kuat. Pendidikan bukan hanya diberikan kepada anak – anaknya saja melainkan kepada masyarakat di Maluku Utara , Jafar Sidik juga sangat dihormati sebagai tetua diseluruh masyarakat Maluku.
Agar anak-anaknya hidup rukun dalam perdamaian ia membagi daerah Maluku menjadi beberapa bagian, putra pertama di Bacan sedangkan putra kedua di Jailolo dan putra ketiga di Tidore serta putra keempat di Tidore. Keempat putra Jafar Sidik menjabat sebagai sultan. Demikianlah asal-usul kesultanan di Maluku
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja