Puser Bumi
Jika membahas tentang Cirebon pasti tidak akan terlepas dengan Gunung Jati, nama suatu daerah yang menjadi situs sejarah di Cirebon. Jika mendengar namanya mungkin yang terlintas dipikiran kita adalah pegunungan yang dipenuhi dengan pohon jati, nyaris betul hanya saja Gunung Jati bukanlah gunung melainkan bukit yang merupakan pemakaman tokoh masyarakat salah satunya yaitu Syekh Datul Kahfi dan warga sekitar. Di puncak Gunung Jati ini terdapat lubang yang dikenal dengan Puser Bumi atau warga sekitar biasa menyebutnya Wudel Bumi. Apakah Puser Bumi itu? Untuk mengetahui Puser Bumi itu sendiri apa, baiknya kita tahu cerita asal-usul Puser Bumi ini. Cerita yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Puser Bumi ini sendiri ada dua versi, yakni sebagai berikut.
Dahulu kala di sebuah daerah di pulau Jawa hiduplah para warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun, para nelayan kerap kali kesulitan untuk pulang ke daerahnya dari berlayar karena tidak adanya penanda daratan yang harus mereka tuju. Mendengar hal tersebut, Sunan Gunung Jati langsung membuat upaya untuk membantu para warga agar dapat pulang ke daerahnya dengan mudah. Sunan Gunung Jati pergi ke gunung Ciremai, beliau mengambil tanah dari puncak gunung Ciremai yang kemudian dibungkus dengan kain dan dibawanya ke daerah tersebut. Sesampainya disana Sunan Gunung Jati meletakkan tanah dari puncak gunung Ciremai di pinggir laut. Kemudian tanah yang tadi diletakan membawa daerah sekitarnya membubung tinggi menjadi sebuah bukit yang akhirnya dikenal dengan Gunung Jati atau Gunung Sembung (Gunung sambungan). Dinamakan Gunung Sembung, konon karena bukit ini memiliki hubungan keseimbangan dengan gunung Ciremai. Konon sambungan inilah yang menjadikan Cirebon aman dari gempa atau hanya mengalami dampak yang tidak begitu serius ketika terjadi gempa bumi.
Dikisahkan dahulu kala pulau Jawa adalah rimba penuh dengan pepohonan besar dengan seluk belukar dan rawa yang membanjir. Di suatu masa pada zaman Nabi Isa, hiduplah seorang pertapa bernama Pendeta Bageral Banjir di puncak sebuah gunung yang konon merupakan gunung Ciremai. Pendeta Bageral Banjir bertapa untuk meminta ilmu Wihijing Srandil dan kesempurnaan hidup kepada Sanghyang Maha Tunggal. Tak sia-sia bertapanya, Sanghyang Maha Tunggal mengabulkan permintaannya. Namun seketika badan Pendeta Bageral Banjir terasa sangat dingin dan menggigil hingga akhirnya pingsan tak sadarkan diri. Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja gunung Ciremai meletus, ambrol hingga bagiannya melesat melambung jauh ke angkasa dan bagian yang lain terombang-ambing di lautan.
Hingga ratusan tahun kemudian lamanya setelah letusan tersebut salah satu bagiannya masih terombang-ambing di lautan. Hingga suatu hari seseorang bernama Syekh Datul Kahfi datang ke tempat tersebut. Diperhatikannya tempat yang ia pijak dengan seksama, didapatkanlah keyakinan bahwa benar yang sedang ia pijak adalah bagian puncak gunung Ciremai yang terpental, tempat Pendeta Bageral Banjir bertapa dulu. Langsung saja Syekh Datul Kahfi melanjutkan bertapa sebagai mana Pendeta Bageral Banjir. Hingga tiba-tiba tempat Syekh Datul Kahfi bertapa memancarkan sinar dari dalam bumi menghadap permukaan tanah pulau Jawa. Sinar itu menyorotkan sinar di tempatnya duduk dan memancar seantero jagat. Dan puncak gunung ini akhirnya diam tak lagi terombang-ambing di lautan dan dikenal dengan nama Puser Bumi.
Kini Puser Bumi dijadikan sebagai situs sejarah yang tidak sembarang orang dapat melewati pagar pembatasnya untuk melihat leih dekat dan jelas. Pagar pembatas hanya dibuka untuk tamu dan tokoh penting yang ingin kesana dan sudah mendapatkan izin dan pendampingan dari pihak sana sendiri. Dan Puser Bumi sendiri kerap kali dihiasi menyan pada pinggir-pinggirnya. Adapun dari dua versi cerita tadi tidak untuk dibanding-bandingkan ya pastinya, itu adalah salah satu tanda kayanya budaya Indonesia. Dua versi cerita untuk sebuah tempat yang sama, Indonesia memang kaya akan budayanya.
http://mesanint.blogspot.com/2013/01/mitos-puser-bumi-di-gunung-jati-cirebon.html?m=1
#OSKMITB2018
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...