|
|
|
|
Punden Perigi dan Asal Mula Banyuurip Tanggal 06 Aug 2018 oleh Lathifah Fauziah. |
Punden Perigi, sebuah tempat yang dianggap masyarakat sebagai salah satu tempat keramat yang terdapat di Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, situs ini berada pada koordinat 07045’46,9” LS dan 109000’22 BT. Punden Perigi merupakan bangunan joglo kecil yang berukuran 3,2 m x 3,2 m yang digunakan sebagai tempat pertapaan seorang pangeran yang berasal dari Majapahit. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu bekas tempat duduk Pangeran Joyokusumo, batu lutut, batu dakon, batu lumpang dan sebuah yoni sebagai tempat menampung air untuk membasuh muka, air ini dipercaya membawa berkah bagi masyarakat.
Pada sebelah barat Punden Perigi terdapat bangunan berukuran 8 m x 16 m yang sering digunakan untuk pertunjukan wayang kulit oleh penduduk setempat sehabis panen musim kemarau. Pertunjukan tersebut merupakan ungkapan syukur masyarakat setempat atas keselamatan dan hasil panen yang diperoleh.
Kisah punden Perigi bermula dari terusirnya seorang pangeran dari kerajaan Majapahit. Pada waktu itu yang menjadi raja Majapahit adalah Hayam Wuruk. Dari selir, raja tersebut memiliki seorang putra bernama Pangeran Joyokusumo dan seorang putri bernama Galuhwati. Suatu hari, Raja mengadakan rapat besar yang dihadiri oleh para pejabat tinggi kerajaan dan sanak saudara raja, kecuali Pangeran Joyokusumo. Diutusnya Patih Gajah Mada untuk mencari Pangeran tersebut. Ketika ditemukan Pangeran tersebut sedang mencari belalang untuk makan burung kesayangannya, yaitu burung puyuh atau gemak. Burung itu diberi nama si Kebrok. Karena kesaktiannya, maka burung tersebut sering diadu dengan burung lain. Konon si Kebrok dapat mengalahkan seekor harimau.
Dengan rasa marah Raja kemudian mengusir putranya Pangeran Joyokusumo. Dengan susah hati, Pangeran tersebut beserta adiknya yang masih kecil, yaitu Galuhwati meninggalkan Majapahit menuju ke arah barat. Siang malam kedua kakak beradik tersebut melintasi hutan belantara dan suatu ketika sampai di daerah ini. Karena kehausan, adiknya yaitu Galuhwati minta air. Seketika Pangeran Joyokusumo mencabut keris pusakanya yang bernama Kyai Dhalang (versi lain menyatakan bernama Panubiru) dan menancapkannya ke tanah sehingga keluar air. Air tersebut kemudian digunakan untuk minum dan mandi. Karena air (banyu) itu menyegarkan kembali dan memberi kehidupan (urip) pada warga sekitarnya, maka daerah tersebut diberi nama Banyuurip. Kisah selengkapnya dapat dibaca dalam Babad Banyuurip.
Keempat dinding teras disusun dari bongkahan-bongkahan batuan andesit dengan tebal 1,1 m dan tinggi 45 cm. Di muka dinding selatan dari bangunan tersebut terdapat pohon kecacil yang sangat rindang, di kawasan tersebut juga terdapat banyak pohon bambu. Di samping itu pula pada arah barat yang tidak jauh dari Punden Perigi terdapat dua buah sumur tua yang oleh masyarakat setempat dinamakan Beji dan Pinatak. Masyarakat memercayai jika air dari kedua sumur itu dimasukkan ke dalam yoni yang ada di Perigi dapat mendatangkan tuah. Tak jauh juga dari kawasan Punden Perigi terdapat Masid Tiban Banyuurip lengkap dengan kompleks pemakaman di samping masjid dan sebuah kolam besar tepat di depannya. Sekitar tempat-tempat tersebut saat ini sudah banyak dihuni oleh masyarakat. Namun, legenda dan kesakralan dari ketiga tempat yang erat kaitannya dengan legenda Banyuurip ini masih terjaga.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |