Pasir Lulumpang berada di Kampung Cimareme, Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi. Berada pada koordinat: 107º 57'09,1" BT dan 07º 16'6" LS LS dengan ketinggian sekitar 680 m dpl. Hampir seluruh areal situs saat sekarang (1995) telah dijadikan lahan perkebunan oleh penduduk setempat dengan ditumbuhi oleh pohon Jati dan tanaman lainnya milik Bapak Oha. Situs Pasir Lulumpang berada ± 11 km dari Kota Garut.
Lokasi dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat atau kendaraan roda dua dari Kota Garut menuju Leles, sampai disimpang Tarogong, belok ke arah timur dengan melewati Situ Bagendit yang telah dikembangkan sebagai objek wisata alam. Sampai di Simpang Desa Cimareme, selanjutnya di lingkungan RW 01 ditempuh dengan kendaraan roda dua atau jalan kaki melewati jalan telah disemen sampai ke situs. Waktu pencapaian dari Kota Garut sampai di situs ± 45 menit Berita kepurbakalaan situs Pasir Lulumpang baru muncul pada Bulan November 1993, berdasarkan laporan Kandepdikbud Kabupeten Garut tentang adanya dua objek arkeologis di Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi, yang sebelumnya objek ini belum pernah tercatat oleh hasil N.J. Krom di dalam Rapporten van den Oudheidkundigen Diens in Nederlandsch Indie (ROD tahun 1914). Kemudian peninjauan dilakukan ke situs ini oleh Tim dari Balai Arkeologi Bandung pada Bulan Juni 1994 dan Februari 1995. Pasir Lulumpang memiliki batas alam di sebelah timur adalah sungai yang berair hanya di musim hujan, sebelah barat mengalir sungai Cijangkameong dan Cimuara yang kedua sungai airnya mengalir ke Sungai Cimanuk yang terletak di sebelah utara situs, di Baratlaut situs terdapat Gunung Haruman dan Kaledong serta bekas rawa Rancagabus yang sebagian masih berair, serta Gunung Haruman m,erupakan puncak tertinggi di kawasan itu. Pasir Lulumpang terletak dengan arah utara-selatan dan kemiringan sekitar 45° di tepi sebelah timur laut rawa Ranca Gabus. Rawa Ranca Gabus membentang di antara beberapa bukit atau pasir yaitu Pasir Lulumpang, Pasir Kiara Payung, Pasir Tengah, Pasir Kolocer, Pasir Astaria, Pasir Luhur, Pasir Gantung, Pasir Tanjung, Pasir Malaka. Di sebelah utaranya mengalir Sungai Ciledug yang mengandung banyak bebatuan. S
itus Pasir Lulumpang temuannya berupa dua buah punden berundak. Punden I terletak pada sisi barat bukit yang menempati lahan seluas 73 x 38 x 42 m, dengan orientasi punden ke arah timur-barat. Punden I terdiri dari 13 undakan/teras dari bahan batu andesit.
• Teras I merupakan teras yang paling atas berbentuk trapesium dengan ukuran 30,5 m x 13,5 m, tanahnya relatif datar dan luas banyak ditanami pohon jati, ditemukan 2 buah lumpang batu dan susunan batu menyerupai bentuk segi tiga.
• Teras II berukuran 11 m x 4 m, tinggi susunan batu dinding 1,25 m dan ditemukan 1 buah lumpang batu yang posisinya miring serta batu tegak yang berdiri berpasangan.
• Teras III berukuran 13 x 2,5 m, dengan tinggi 90 cm m, ditemukan 2 buah lumping batu.
• Teras IV berukuran 5 x 36,5 m, dengan ketinggian dinding 90 cm, susunan batu masih kompak dan teratur.
• Teras V hampir sama ukurannya dengan teras IV, tetapi ketinggian dinding 160 cm, sebegian besar dinding mengalami kerusakan karena akar-akar pohon jati;
• Teras VI berukuran 36,5 m x 4 m dan tinggi dinding 160 cm, susunan batu pada beberapa bagian telah rusak dan hilang.
• Teras VII berukuran 36,5 m x 5 m, dengan tinggi dinding teras 160 cm, sebagian batu telah hilang.
• Teras VIII berukuran 36,5 m x 3 m, dengan tinggi dinding teras 120 cm.
• Teras IX berukuran 36,5 m x 4 m, dengan tinggi dinding teras tersisa 1 m, kondisi teras masih utuh.
• Teras X berukuran 36,5 m x 4 m, dengan tinggi dinding teras 160 sebagian besar batu masih utuh.
• Teras XI berukuran sama dengan teras X, kondisi batu utuh.
• Teras XII merupakan undakan tanah, batu sudah tidak ada lagi berukuran 36,5 m x 5 m, dengan tinggi dinding teras 160 cm.
• Teras XIII undakan tidak utuh lagi dan susunan batu tidak ada lagi berukuran 36,5 m x 2,5 m, dengan tinggi dinding undakan 40 cm.
Punden Berundak II terletak kurang lebih 80 m dari Punden berundak terdiri dari 9 undakan atau teras dibuat dari bahan batu andesit. Punden II mempunyai undakan teratas (I) berukuran 12 x 9 m dan tinggi undakan 120 m, sedang undakan paling bawah berukuran 33 m x 4 m, tinggi dinding 120 cm. Selain itu dari hasil ekskavasi ditemukan fragmen gerabah, fragmen besi, batu giling (gandik), dan fragmen batu obsidian. Situs Pasir Lulumpang merupakan peninggalan dari tradisi megalitik berupa punden berundak yang dilengkapi lumpang-lumpang batu, hal ini merupakan satu model bangunan punden yang sebelumnya belum pernah dijumpai. Lumpang-lumpang batu itu seakan-akan menjadi pengganti menhir yang sering dijumpai melengkapi bangunan-bangunan punden berundak seperti punden berundak Lebak Cibedug, Pangguyangan (Cisolok). Lumpang-lumpang batu yang melengkapi punden berundak di Situs Pasir Lulumpang kiranya merupakan artefak-artefak simbolik dalam konteks yang berkaitan denagn sistem religi megalitik. Lumpang-lumpang batu di situs punden berundak Pasir Lulumpang diperkirakan memiliki fungsi dalam kaitan pemujaan yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas pendukungnya. Tujuan pemujaan dengan menggunakan lumpang batu atau batu dakon sebagai media upacara diperkirakan berhubungan dengan upacara-upacara kesuburan/pertanian untuk keberhasilan panan nantinya atau sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhahasilan panen yang dicapai. Upacara-upacara semacam ini masih biasa diselenggarakan oleh komunitas-komunitas petani tradisional di daerah Jawa Barat, yang lazim disebut upacara Hajat Bumi; ngalaksa; serentaun seperti yang masih dilakukan secara adat oleh komunitas Badui, Cikondang, Subang, Sukabumi. Situs Pasir Lulumpang dapat dikembangkan sebagi objek wisata budaya karena temuan dari masa budaya megalitik cukup bervariasi jenisnya ada punden berundak, lumpang batu, menhir, fitur akan merupakan daya tarik bagi pelajar atau mahasiswa yang berminat di bidang sejarah dan purbakala. Dengan tersedianya sarana trasportasi berupa kendaraan angkutan kota dan ojeg akan lebih memudahkan wisatawan sampai ke sini.
Lokasi: Kampung Cimareme, Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut.
Koordinat : 107º 57'09,1" S, 07º 16'6" E
Telepon:
Email:
Internet:
Arah: Situs Pasir Lulumpang berada ± 11 km dari Kota Garut. Lokasi dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat atau kendaraan roda dua dari Kota Garut menuju Leles, sampai disimpang Tarogong, belok ke arah timur dengan melewati Situ Bagendit yang telah dikembangkan sebagai objek wisata alam. Sampai di Simpang Desa Cimareme, selanjutnya di lingkungan RW 01 ditempuh dengan kendaraan roda dua atau jalan kaki melewati jalan telah disemen sampai ke situs. Waktu pencapaian dari Kota Garut sampai di situs ± 45 menit
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.