PISO
Piso, artinya pisau. Runcing dan tajam, mengarit dan memotong. Dalam intonasi berbeda, piso dapat juga disebutkan untuk wajah yang agak runcing, mata yang tajam.
Runcing, dalam pengertian benda adalah yang dengan mudah dan handal untuk melakukan penetrasi kepada objek yang disasarnya. Dalam bahasa batak disebut “rantos”
Rantosna, adalah ketajamannya. Dalam pengertian kecerdasan berpikir, kecerdasan intelektual hingga geniusitas seseorang diartikan sebagai ketajaman melihat sesuatu permasalahan, peluang dan kecerdasan mengambi kesimpulan dan tindakan.
Pemimpin Batak diharapkan memiliki kecerdasan intelektual untuk handal melakukan tindakan bermanfaat untuk semua kalangan.
Dalam berstruktur, kecerdasan berpikir individu dapat dihimpun dengan kesepakatan akhir. Kesepakatan yang menjadi keputusan itu disebut “tampakna”.
“Marnatampak” artinya duduk bersama, bermusyawarah. Hasil keputusan bersama ini disimpulkan menjadi output ketajaman pikiran, kecerdasan itelektual mereka. Hasil keputusan ini diandalkan mampu melakukan penetrasi saat operasional. Inilah yang disebut “tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona”.
Hasil kesepakatan adalah keputusan intelektual yang handal dan dengan bersama-sama menjadi kekuatan operasionalnya.
SOLAM
Solam, artinya terbatas. Parsolam adalah seseorang yang membatasi diri. Ada yang membatasi diri secara permanen dari makanan tersentu. Bagi seseorang yang terbatas selera untuk makanan tertentu, apakah diakibatkan oleh penyakit yang bersifat sementara atau karena kelelahan disebut juga “solam”.
Solam cenderung menjadi sifat internal yang melakukan batasan, sementara yang dipantangkan itu disebut “subang”.
Keinginan, kehendak, tindakan seseorang yang dinilainya baik untuk dirinya belum tentu bermanfaat dan berdampak baik untuk orang lain. Seseorang yang pintar dan cerdas harus mampu melakukan kajian apakah buah pikirannya, tindakannya berakibat baik atau buruk kepada yang lain.
Bila lebih besar dampaknya ke arah yang kurang baik, maka dia harus melakukan pembatasan tindakan.
Ketulusan hati dan kebersihan jiwa adalah awal kemampuan melakukan “solam” pembatasan. Pemimpin yang menyadari itu akan menunda sesuatu tindakan yang dipikirkan berdampak buruk jangka panjang kepada masyarakat.
HALASAN
Las, artinya hangat. Las roha, artinya hati senang. Halasan artinya kesenangan. Kesenangan pribadi belum tentu menjadi kesenangan publik. Semua tindakan yang dilakukan seorang pemimpin harus menjadi kesenangan bagi orang banyak. Penetapan Aturan secara bersama dan penegakan hukum yang adil adalah yang membawa manfaat “halasan” bagi orang banyak.
PISO HALASAN
Biasanya dimiliki seorang pemimpin batak yang sudah memiliki otoritas hingga di tingkat BIUS. Ini adalah lambang kebesaran “hasangapon” bagi dirinya yang membawa manfaat bagi orang banyak. Menegakkan hukum yang adil dan memberi jalan kehidupan bagi warga. Mereka cerdas, namum mampu membatasi diri untuk tidak terjerumus kepada kepentingan pribadi. Pola pikirnya tajam “piso” mencari solusi dalam setiap permasalahan dan memperluas wawasan mencari peluang untuk kesejahteraan. Pisau adalah lambang kecerdasan, dan sarungnya adalah hukum yang melakukan “solam” pembatasan dari hal yang menjerumuskannya kepada perbuatan yang dapat merugikan masyarakat.
Semua hasil pemikiran, tindakan pemimpin akan bermanfaat untuk orang banyak, kerukunan, kedamaian, kesejahteraan yang menjadi “halasan” kesenangan yang lebih berarti, kebahagiaan.
PISO SOLAM DEBATA
Hanya dimiliki seorang yaitu baginda Raja Singamangaraja. Penjelasan maknanya sama dengan piso halasan. Perbedaannya adalah, bila para raja di kalangan masyarakat adalah otonom bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, Solam Debata mengartikan fungsi Singamangaraja sebagai lambang keadilan dan mempertanggungjawabkan semua tindakan dan perbuatannya kepada Mulajadi Nabolon. Beliau ada dalam suasana “pardebataan”. Beliau seorang “Malim” orang suci yang disucikan “na pitu hali malim, na pitu hali solam”. Setiap saat melakukan komunikasi dengan penciptanya pemberi amanah tugas dan wewenang kepada dirinya. Amanah itu pula yang diberikan kepada para raja batak untuk melakukan tugas dan wewenang kemanusiaan yang adil dan beradab.
sumber:https://tanobatak.wordpress.com/2008/07/28/piso-solam-debata/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang