Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Timur Berau
Pisau Ajaib
- 20 November 2018

DAHULU, di tanah Berau, Kalimantan Timur, ada seorang raja bernama Aji Diangkat dan permaisurinya bernama Aji Tangga Benua. Raja Aji Diangkat memerintah kerajaan dengan adil dan bijaksana. Beliau dicintai dan ditaati seluruh rakyat, karena budi pekertinya yang baik dan terpuji.

Raja memiliki tujuh putri yang cantik, tetapi beliau belum mempunyai putra yang akan menggantikannya kelak. Dari ketujuh putri itu yang tercantik adalah Putri Bungsu. Selain cantik, budi pekertinya juga baik. Keenam kakaknya memunyai sifat yang berbeda. Mereka mempunyai kebiasaan yang buruk, tinggi hati, dan congkak. Perkataan mereka kasar sehingga menyakitkan orang yang mendengar.

Tidak mengherankan jika Putri Bungsu menjadi kesayangan ayah dan bundanya, bahkan menjadi pujaan seluruh rakyat di kerajaan itu. Sebagai putri seorang raja, jelas Putri Bungsu mempunyai dayang serta inang pengasuh, walaupun demikian ia tetap senang bekerja, terutama memasak di dapur.

Pada suatu hari, kepala pisau kesayangan Putri Bungsu pecah. Ia sangat sedih dan memohon ayahanda agar dibuatkan kepala pisau yang baru.

Raja langsung memerintahkan semua ahli pahat dan ahli ukir untuk membuat kepala lading, tetapi belum satu pun berkenan di hati Putri Bungsu.

Di ujung kampung kerajaan Raja Aji Diangkat tinggallah seorang pemuda miskin bernama Si Maniki. Pekerjaannya adalah menjual kayu bakar, mengambil upah menumbuk padi atau menyiangi kebun. Si Maniki hidup sebatang kara. Ia dikenal penduduk sebagai pemuda yang jujur dan rendah hati.

Pada suatu hari, Si Maniki berjalan melewati istana. Ketika raja melihatnya, beliau memerintahkan pegawal agar menyuruh Si Maniki singgah.

Setelah Si Maniki berhadapan dengan raja, bertanyalah raja, “Hai anak muda, siapakah namamu dan hendak ke manakah engkau?”

“Hamba bernama Si Maniki. Hamba hendak pergi ke ujung kampung untuk mengambil upah menumbuk padi,” sahut Si Maniki dengan penuh hormat.

Kemudian raja memerintahkan Si Maniki membuat kepala pisau untuk Putri Bungsu. Si Maniki menyanggupi perintah raja. Ia membuat kepala pisau dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai, kepala pisau itu diperlihatkan kepada Putri Bungsu. Ketika Putri Bungsu melihat benda itu, alangkah gembira hatinya. Ia mau menerima kepala pisau itu. Sungguh mengherankan, mengapa justru pisau sederhana seperti itu berkenan di hati Putri Bungsu.

Si Maniki pun mendapat hadiah besar dari raja. Ia menerima hadiah itu dengan suka cita.

Kepala pisau itu sangat disayang putri bungsu. Ia selalu membawa benda itu ke mana saja. Sampai-sampai pada waktu tidur sekalipun benda itu dibawanya. Demikianlah, waktu berjalan terus. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Setelah beberapa bulan, terjadi suatu keajaiban pada Putri Bungsu.

Putri Bungsu hamil tanpa nikah. Raja tentu sangat malu. Beliau percaya tidak percaya putri kesayangannya telah melakukan perbuatan zina.

Raja dan permaisuri bertanya kepada putri bungsu, siapakah yang telah berani menghamili putrinya. Putri Bungsu tidak dapat memberikan jawaban dan keterangan lain, karena ia memang tidak pernah melakukan hubungan dengan laki-laki. Ia didesak terus, tetapi ia hanya bisa menangis.

Keenam saudaranya yang sejak dulu telah membencinya mengatakan Putri Bungsu telah membuat cemar nama raja. Mereka juga menyesali orang tua mereka yang selama ini sangat memanjakan Putri Bungsu. Putri Bungsu hanya bisa berdoa dan memohon agar mendapat pertolongan Tuhan.

Akhirnya, Putri Bungsu melahirkan seorang putra yang sehat dan tampan. Bayi itu dipeliharanya dengan penuh kasih sayang.

Raja Aji Diangkat menerima kenyataan ini dengan tabah dan segera mencari penyelesaian. Atas nasihat dukun kepercayaan beliau, semua laki-laki yang ada di negeri itu dikumpulkan. Setelah mereka berkumpul, masing-masing diberi sebiji pisang masak.

Menurut dukun, jika di antara mereka yang memegang pisang itu terdapat ayah bayi tersebut, bayi itu akan merangkak mendatanginya. Ternyata, tidak seorang pun di antara para hadirin didatangi bayi itu.

Raja memerintahkan para pegawal untuk menyelidiki lagi jika masih ada laki-laki yang belum diundang ke istana. Setelah diteliti, ternyata semua laki-laki telah dipanggil, kecuali seorang pemuda miskin di ujung kampung, yaitu Si Maniki. Raja memerintahkan para pengawal untuk membawa Maniki menghadap.

Si Maniki pun menghadap. Ia diberi sebiji pisang masak. Begitu pisang dipegang, si bayi merangkak mendatangi Si Maniki dan naik ke atas pangkuannya. Para hadirin tercengang dan tidak percaya bahwa pemuda miskin itulah ayah si bayi. Tidak ada pilihan lain bagi raja, kecuali menyerahkan Putri Bungsu dan bayinya kepada Si Maniki. Putri Bungsu dan Si Maniki menerima titah raja. Mereka pun meninggalkan istana.

Si Maniki tetap giat bekerja dengan jujur dan selalu menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari persahabatannya dengan angin puyuh, kera, dan burung bangau, Si Maniki mendapat emas dan perak. Ia mempersembahkan emas dan perak itu kepada raja serta membuat istana dari emas dan perak. Karena suka cita, raja menikahkan Si Maniki dan Putri Bungsu.

Si Maniki juga diangkat menjadi raja, karena Raja Aji Diangkat sudah tua. Raja Si Maniki memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga seluruh rakyat taat dan menyayanginya.

 

 

 

Referensi:

  1. Indotim (https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/cerita-rakyat-nusantara-ix/5/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline