Pintu yang berengsel ini merupakan penutup pintu masuk ke sapo (gudang yang digunakan orang Karo untuk menyimpan beras di ladang) pada zaman dahulu. Semua pintu terdapat ukiran cicak kecil. Dalam mitos, cicak biasanya dihubungkan dengan dewa (Beraspati Juma), tapi ada juga yang menghungkannya dengan penjaga rumah. Dewa lain yang juga sering dihubungkan adalah Beraspati Taneh yang melambangkan kesuburan.
Beberapa hal yang perlu dikoreksi dan diluruskan
1. Melihat Karo haruslah dengan kacamata Karo dan dengan rasa kekaroan, bukan dengan kacamata Batak dan rasa Batak, sehingga tidak terjadi kekeliruan dan salah paham antara Karo dan Batak. Sehingga, informasi itu benar, sehingga masyarakat pembaca tahu benar yang mana Karo dan yang mana Batak. Sebab, jika melihat Karo dengan kacamata Batak dan rasa Batak, maka sama halnya melihat Sunda dan Madura dari kacamata Jawa(suku). Rusis dan Ukraina sama-sama pucat dan dengan sorotmata dingin dan suram, akan tetapi rasa - perasa Rusia dan Ukraina. Sama tidak cukup dari apa yang tampak/terllihat melainkan ide, rasa, dan cara memahami sesuatu, kecuali mirip. Karo mirip dengan Batak, tetapi tidak sama! 2. Orang Karo menyebut tempat tinggal dengan S - a - p - o (Sapo) bukan Sopo(Batak). Rumah bukan "ruma", "beras" bukan "boras". Dan walai mirip dan artinya juga mirip, namun memiliki ide dan makna yang berbeda. 3. Karo dan Batak adalah dua suku terbesar dan sama-sama suku yang tinggal di Sumatera Utara sekarang ini, tetapi memiliki bahasa, tradisi, budaya, kebiasaan, dll yang berbeda, dan domisili domiannya: Karo meliputi eks Kresidenan Sumatera Timur(Sekarang: Kab. Karo, Kab, Simalungun, Kab. Serdang Bedagai, Kab. Dairi dan Pak-pak Barat, Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kodya Medan, Kodya Binjai, Kodya. Tebing Tinggi) dan sebahagian di daerah NAD(Aceh Tenggara). Sedangkan Batak diminan di Eks Kresidenan Tapanuli(Sekarang: Kab. Taput, Tapteng, Tapsel, Tobasa, Humbahas, Sibolga, Labuhan Batu, dll). Mejuah-juah(KARO) - Horas(Batak) Bujur ras mejuah-juah kita kerina.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.