×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Kepercayaan

Pesta Babi Suku Muyu

Tanggal 18 Sep 2014 oleh Oase .

pesta-babi-papua.jpg

Penggunaan kekuatan supernatural oleh masyarakat Suku Muyu, Kab. Boven Digoel, Papua dalam pesta babi sangatlah "efektif". Penggunaannya mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk memperoleh banyak ot karena penjualan daging lancar secara tunai, dan kedua, untuk memperoleh persediaan pangan yang memadai.

Unsur penting dalam rentetan kegiatan itu ialah penyembelihan babi keramat dalam persiapan pesta. Upacara penyembelihan babi dilaksanakan apabila pohon keramat telah ditanam, apabila api telah menyala di dalam rumah upacara (atatbon), dan apabila kandang babi telah selesai dibangun.

Sebagai penyelesaian akhir dari rumah upacara, pohon keramat ditanam di tempat yang disediakan untuk keperluan itu, urukbòn, di bagian depan rumah upacara. Pohon ini berdiri di tempat konsentrasi kekuatan-kekuatan supernatural, dan kekuatan yang menarik ot keluar dari situ. Salah satu cara untuk memperkuat kekuatan supernatural ialah mengadakan upacara yawatbon sebelum menebang pohon yang akan digunakan (pohon tuàk, wèp, atau mòng). Batangnya ditanam di bagian tengkuk dari tulang punggung babi keramat, dan di bawah pohon waruk ini api yang pertama dinyalakan, dan dengan api ini berturut-turut semua api lainnya dinyalakan.

Segera sesudah cukup pangan terkumpul, kandang-kandang dapat dibangun untuk menyembelih babi di dalamnya. Sebelum memotong kayu yang diperlukan, upacarayawatbon diadakan dengan maksud seperti untuk pohon waruk.

Selama upacara-upacara itu, nyanyian-nyanyian keramat (kondum) dinyanyikan ada di antaranya yang mempunyai kekuatan supernatural untuk menarik ot.

Untuk menjamin bahwa penerapan kekuatan-kekuatan supernatural itu tidak diganggu oleh pengaruh-pengaruh yang buruk, ditunjuk seorang petugas untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak supernatural. Amín bòn tíbrí ini — orang yang membunuh babi yang pertama (ámín áwon) — harus tunduk sungguh-sungguh kepada aturan-aturan amop selama ia melakukan kegiatan-kegiatan itu, mulai dari upacara membawa masuk api ke dalam rumah upacara. Ia tidak boleh menyantap makanan yang diolah wanita, dan secara khusus ia tidak boleh bersanggama dengan seorang wanita. Ia tidak boleh minum air, hanya air tebu, dan ia tidak diperkenankan mandi.

Makanan yang terlarang baginya meliputi udang, ulat sagu, ikan, daging babi, dan daging kasuari. Pada hari sebelum kedatangan para tamu, ia mengumpulkan segala macam barang yang ditanamnya atau diletakkannya di samping pohon waruk, untuk mempengaruhi penjualan daging secara tunai. Di sekitar batang pohon itu ia juga mengumpulkan barang-barang yang diperlukan untuk memasak daging babi, misalnya kulit kayu.

Dan di situlah ia duduk, di samping pohon. Dengan menggunakan segala macam sarana itu ia memberi kekuatan supernatural kepada anak panah, dan menyebut sembilan bahan makanan yang dianggap memperkuatnya.

Kemudian, pagi-pagi benar ia memanah babi pertama dengan panah seperti itu. Akan tetapi, babi itu tidak boleh langsung mati sebab maksudnya ialah agar kekuatan-kekuatan supernatural yang terkumpul di babi itu — karena antara lain, tertembak dengan anak panah yang dipersiapkan secara khusus — akan menular kepada babi-babi lain. "Pengaruh supernatural" yang keluar dari babi yang terluka itu disebut íptèm, dan dapat memiliki akibat yang baik maupun buruk.

Di sini pun tujuannya ialah menjamin penjualan daging agar lancar secara tunai. Sebelum membunuh, tokoh waruk itu menyajikan potonganpotongan kecil sagu dan daging babi kepada makhluk-makhluk halus. Sebagai cara mengundang mereka untuk menghadiri pesta, makhluk-makhluk halus itu dipanggil dengan namanya.

Kalau ini tidak dikerjakan, semua jerih payah untuk mendatangkan kekuatan supernatural akan sia-sia belaka. Amin bon tibri menempatkan sajian-sajian itu di dalam keranjang kecil di atas tongkat di samping pohon waruk. Pembunuhan sebenarnya atas babi-babi itu dengan anak panah dan penyembelihannya dikerjakan oleh orang-orang lain. Si tokoh waruk dan pembantunya duduk di atas semacam bangku di samping pohon waruk. Ia memegang anak panah yang digunakannya untuk menembak babi yang pertama, dan pembantunya memegang busurnya.

Seperti dalam upacara memotong babi dan dalam memotong babi liar, nyanyian itu penting dalam tahap-tahap pesta babi itu. Den Haan menyebut nyanyian itu aram awon. Di Kawangtet istilahnya ialah kumut, dan di Yibi yurin. Sebagian gunanya untuk menyertai tindakan-tindakan tertentu, dan itu dilakukan di malam hari sebelum babi-babinya dipanah. Den Haan memberi dua contoh dari nyanyian-nyanyian itu. Di sini pun, nyanyiannyanyian tertentu dianggap menimbulkan pengaruh supernatural, khususnya demi mengalirnya ot.

Sebagai akibat dari banyaknya tindakan dan barang-barang yang mempunyai dampak supernatural, rumah upacara — dan secara khusus pusatnya, tempatpohonwaruk berdiri dan di mana api tadinya menyala — mengandung kekuatan-kekuatan supernatural, bahkan sesudah pesta. Kalau rumah upacara itu sampai rusak, ini akan menimbulkan iptem jahat, yang akan menyerang rakyat. Oleh karena itu, rumah upacara dan kandang-kandang babinya (màng) harus dibiarkan dimakan waktu. Hanya atap di bagian tengah dari rumah upacara dirusak dengan menggunakan tulang kaki babi; menurut informan dari Yibi, digunakan tulang babi keramat, yang disembelih untuk mengakhiri pesta babi.

Lubang yang dibuat di atap memberi kesempatan kepada hujan untuk mendinginkan tempat di bawahnya, yang sebelumnya dianggap panas. Proses pendinginan ini akan menghilangkan bahaya bahwa rakyat akan tertimpa bencana oleh iptem.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1098/kekuatan-supernatural-dalam-upacara-pesta-babi-suku-muyu

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...