Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Upacara Jawa Barat Rancakalong
Pertunjukan Tarawangsa

Cara Memainkan dan Pola Pertunjukan

            Pelaksanaan seni Tarawangsa biasa dilakukan jam 10 malam hingga jam 4 pagi.
            Para pelaku seni Tarawangsa terdiri dari:
  1. Saehu,
  2. Penari yang berjumlah antara 5, 7 dan atau 9 orang penari yangterdiri dari wanita yang rata-rata berlanjut usia.
  3. Nayaga,
  4. Saksi,
  5. Kuncen.

             Bentuk dan pola pertunjukan dibagi menjadi beberapa fase, yaitu terdiri dari: 

  1. Tatalu,
  2. Ngukus,
  3. Ijab Kabul,
  4. Ngalungsurkeun,
  5. Nema,
  6. Nyumpingkeun,
  7. Nginebkeun.


Alat dan Sarana Pertunjukan

  1. Waditra
            Alat musik seni tarawangsa terdiri dari 2 (dua) buah waditra yaitu waditra sejenis kecapi yang disebut jentreng dan sejenis rebab yang disebut tarawangsa.
            Kecapi jentreng bentuknya menyerupai perahu dengan ukuran panjang antara 75 cm sampai 104 cm, sedangkan lebarnya antara 12 sampai 14 cm, terdiri dari ruruma, geulang, inang, paksi, lubang suara dan kawat / dawai yang berjumlah 7 buah.
            Sedangkan waditra yang disebut tarawangsa merupakan alat gesek yang bentuknya mirip rebab, resonasinya terbuat dari kayu, berleher panjang dan mempunai dua buah kawat.
            Peranan waditra tarawangsa selain sebagai pembawa melodi lagu, juga sebagai goong, yang dipetik untuk memperkuat aksen petikan pada akhir kenongan atau lagu.
  
      2. Perlengkapan
Dalam seni tarawangsa selalu disediakan sesajen sebagai syarat berlangsungnya ritualyang setiap komponennya mengandung makna simbolik.
            Sesajen dalam seni tarawangsa terdiri dari sesajen di tengah rumah dan sesajen di padaringan (goah).
Sesajen di tengah rumah terdiri dari:
  1. Pang-ibuan dan Pang-ramaan, berupa boneka kayu menyerupai kepala manusia laki-laki dan perempuan. Boneka laki-laki mengenakan ikat kepala dan boneka perempuan memakai kerudung.
  2. Bakakak (ayam panggang bakar)
  3. Duit benggol (uang koin) 
  4. Dewegan (kelapa muda)
  5. Kopi pahit, kopi manis
  6. Bubur merah dan bubur putih
  7. Kemenyan
  8.  Cerutu
  9. Pakaian kebaya putih, sisir soppal, tenda putih, gelan perak, selendang merah, putih, hijjau dan keris.
  10. Panradian
  11. Sisir dan kaca
  12. Minyak kelapa
  13. Gula merah dan gula batu
  14. Tektek (lipatan sirih yang telah diberi bumbu)
  15. Rurujakan Sembilan macam
  16. Parukuyan.
 
            Sedangkan jenis sesajen di padaringan (goah) terdiri dari:
  1. Ineban yaitu rantang yang dibungkus selendang (kemben) di dalamnya berisi beras dan di diatasnya disisipkan sisir, cermin, minyak kelapa dan telor
  2. Beras yang ditancapi hanjuang disertai Bungan rampai
  3. Kemenyan
  4. Minyak
  5. Telur
  6. Sisir
  7. Cermin


Makna-Makna Simbolis

            Adanya sesajen pada saat pelaksanaan seni tarawangsa meruoakan suatu bentuk keseimbangan komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan manusia dan komunikasi manusia dengan alam. Setiap barang / benda yang disajikan pada upacara adat tradisi tarawangsa penuh dengan makna-makna simbolik,yang pada dasarnya berisi pesan moral yang harus mnjadi rujukan perilakudalam kehidupan ini.
            Bila disimpulkan dari keseluruhan prtunjukan seni tarawangsa beserta sesajen-sesajennya, maka makna-makna yang bisa dipetik adalah:
  1. Sebuah bentuk perwujudan rasa syukur terhadap Dzat Yang Maha Esa.
  2. Dalam setiap tindakan harus mipit kudu amit ngala kudu bebeja.
  3. Dalam segala tindakan manusia, terutama dalam memperlakukan Padi (Dewi Sri) haruus senantiasa tarapti, taliti jeung ati-ati.
  4. Manusia harus memiliki hati yangsuci dan dapat menahan hawa nafsu.
  5. Manusia hidup itu terdiri dari empat unsur. Gambaran kehidupan itu sendiri dilambangkan dengan Hanjuang yang terdiri darinunsur Bumi (Kendi), unsur Angin atau Udara (Hihid), Darah (Air).

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline