×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita rakyat Ambon, Maluku

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Maluku

Pertemuan antara tanjung alang dan nusaniwe

Tanggal 11 Aug 2018 oleh OSKM18_16018020_cindymarsya matitaputty.

Kisah Pertemuan Tanjung Alang Dan Nusaniwe. Pulau Ambon dikelilingi oleh laut Banda, laut Buru dan laut Seram. Pada pintu masuk ke Teluk Ambon terdapat dua buah tanjung yang saling berhadapan yaitu tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe. Kedua Tanjung ini dianggap sebagai pintu masuk ke pulau Ambon jika kita datang dari arah laut menggunakan kapal yang nantinya berlabuh di pelabuhan Yos Sudarso. Tanjung Nuwaniwe terletak di desa Latuhalat yaitu sebelah Selatan sedangkan tanjung Alang berada di sebelah Utara pulau Ambon.

Menurut ceritera yang berkembang sampai saat ini pada waktu-waktu tertentu atau bila ada tanuar kedua tanjung yang saling berhadapan itu bertemu atau bergabung menjadi satu. Adapun sampai peristiwa itu terjadi memiliki sebuah kisah sebagai berikut :

Di waktu dahulu sebelum penduduk memeluk agama-agama resmi di pulau Ambon penduduk masih percaya kepada roh-roh leluhur atau roh-roh datuk-datuk yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Konon di pulau Ambon tinggallah sepasag suami isteri. Mereka hidup rukun dan damai. Sayangnya suami isteri itu belum memiliki anak dan untuk itu mereka terus berusaha untuk mendapatkannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulang berganti bulan dan tahun berganti tahun namun belum juga ada tanda-tanda bahwa akan lahir seorang anak dari perkawinan mereka. Akhirnya kehidupan yang aman dan damai ini berubah menjadi suasana yang saling menyalahkan. Seringkali terjadi pertengkaran diantara mereka mengenai siapa yamg salah atau telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak datuk-datuk sehingga dikutuki untuk tidak memiliki anak.

Pertengkaran berjalan hampir setiap hari namun tetap saja tidak ada di antara mereka yang mau mengaku siapa yang telah berbuat kesalahan. Oleh karena tidak ada yang mau dipersalahkan maka akhirnya mereka mempersalahkan datuk-datuk mereka sendiri. Sepasang suami isteri itu sudah tidak mau lagi menghormati roh para datuk-datuk. Kebiasaan untuk menghormati roh datuk-datuk dalam bentuk memberikan sajian atau pemujaan sudah tidak dilakukan lagi. Keadaan ini membuat para datuk menjadi marah dan mengutuk suami isteri itu berubah menjadi dua buah batu. Suami dikutuk menjadi batu yang berbentuk kelamin laki-laki dan isteri menjadi batu dalam wujud kelamin perempuan. Kedua batu itupun dipisahkan. Suami ditempatkan di Tanjung Alang sedangkan isteri dibiarkan tetap tinggal di Tanjung Nusaniwe.

Ada sebuah lautan luas yang memisahkan mereka. Walaupun telah mendapat kutukan dan kini hidup terpisah kedua orang suami isteri ini tetap saja tidak mau berpisah bahkan mereka terus berusaha untuk memperoleh anak yang selalu dirindukan. Mereka tetap menjalin hubungan sebagai suami dan isteri. Kadang-kadang suami dan isteri itu bertemu. Hal ini ditandai dengan adanya pertemuan atau menyatunya tanjung Alang dan tanjung Nusaniwe sehingga menutupi jalan masuk ke teluk Ambon. Kapal-kapal yang hendak memasuki Teluk Ambon tidak dapat melanjutkan pelayarannya karena tidak ada jalan atau cela yang terbuka untuk dapat dilewati oleh kapal.

Menurut masyarakat Latuhalat dan Alang itu pertanda kedua suami isteri itu sedang kawin (melakukan hubungan suami isteri). Peristiwa itu sampai sekarang sering terjadi dan dapat disaksikan oleh orang yang kebetulan sedang berlayar di sekitar dua tanjung tersebut. Konon hal ini sering terjadi pada bulan-bulan Desember. Pada saat terjadinya peristiwa perkawinan itu (dialek Melayu Ambon Tanjung Nusaniwe deng tanjung Alang kaweng) maka saat itu pula terjadilah perubahan alam. Laut disekitar teluk Ambon menjadi ganas dan bergelora keras, kabut menutupi pulau Ambon. Dari jauh terlihat dua buah tanjung melingkar menjadi satu mirip sebuah cincin yang bulat atau menjadi sebuah benteng pertahanan kota yang kokoh dan kuat.

Untuk beberapa saat kapal-kapal atau perahu tidak dapat melaju masuk ke Teluk Ambon. Pulau Ambon seketika menjadi tertutup diselimuti oleh kabut yang tebal. Bilamana kejadian itu terjadi maka para pelaut yang kebetulan ada di sekitar perairan itu akan menghentikan kapal-kapal mereka dan serentak dengan itu langsung melepaskan kemeja yang sedang dipakainya dan dibuang ke laut. Hal ini diartikan seolah-olah mereka sama sekali tidak melihat adanya persetubuhan di antara suami isteri tersebut. Kemeja yang dilemparkan ke laut itu dijadikan sebagai penutup tubuh kedua suami isteri itu sehingga keduanya tidak merasa malu. Hal ini telah dipahami betul oleh para pelaut yang sering masuk dan keluar Teluk Ambon.

Bila ada kapal yang tidak menghiraukan peristiwa yang sedang terjadi itu dan terus berlayar masuk ke dalam Teluk biasanya akan terjadi kecelakaan misalnya tiba-tiba saja kapal itu diterjang ombak yang keras sehingga membuat kapal menjadi tenggelam atau tiba-tiba saja ada ombak keras yang membuat seseorang jatuh ke dalam laut pertanda kedua suami isteri itu menjadi marah. Biasanya korban yang jatuh ke dalam laut tubuhnya tidak pernah ditemukan. Peristiwa mengerikan itu terjadi hanya beberapa saat dan sesudah itu laut menjadi tenang kembali dan kabut yang menyelimuti pulau Ambon pun menghilang. Tanjung Alang dan tanjung Nusaniwe terpisah lagi. Kapal-kapal berlayar hilir mudik seperti biasa lagi. Orang Ambon terutama masyarakat Latuhalat dan Alang sampai saat ini masih tetap percaya bahwa peristiwa itu masih sering terjadi bahkan mereka pun dapat membuat upacara-upacara adat tertentu yang membuat kedua tanjung tersebut bertemu lagi.

Menurut informasi yang tim terima ketika kota Ambon dilanda kerusuhan baru-baru ini dan masyarakat kota Ambon mendengar isu bahwa akan datang kaum perusuh yang akan meyerang penduduk kota Ambon dan sekitarnya maka mereka lalu mempersiapkan acara-acara adat untuk sewaktu-waktu menutup pulau itu dengan dua buah tanjung tersebut. Sampai sekarang orang masih mencari kedua batu yang berbentuk kelamin laki-laki dan perempuan tersebut. Menurut informasi batu yang berbentuk kelamin laki-laki telah ditemukan di desa Alang namun batu yang berbentuk kelamin perempuan di desa Latuhalat belum ditemukan

Sehingga tercipta lagu daerah ambon yaitu:

Nusaniwe tanjong alang labuhan raja Pasir putih tanjong benteng manis e Kapal-kapal dan perahu pun berlayar Masuk ambon dan keluar ambon e

Apa tempo ku lihat lagi Ambon negri asalku Kalau sudah sampe di tanah Jawa Jangan lupa nona kabaya

Dimana lagu tersebut sering merupakan salah satu lagu daerah ambon yang biasa digunakan dalam pertunjukan budaya di Ambon

OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...