Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Tengah Surakarta
Pertemuan Werkudara dan Dewa Ruci
- 11 Agustus 2018

Cerita tentang Ajaran Dewa Ruci kepada Werkudara/Bima ketika masuk ke dasar samudera guna memenuhi tugas gurunya mencari air penghidupan (Tirtamerta), terdapat pada kakawin (tembang) oleh pujangga Surakarta, Yasadipura I.

 

Alkisah, seorang kesatria yang mulia, jujur, bahkan cenderung lugu yaitu Arya Bimasena alias Prabu Werkudara diutus oleh sang Guru Resi Durna untuk mencari "Tirta Prawitasari" yaitu air kehidupan. Air kehidupan ini berkhasiat untuk menyucikan batin guna mencapai kesempurnaan hidup.

 

Kemudian Bima menghadap Ibundanya yaitu Dewi Kunthi untuk pergi ke Hutan Tibaksara tepatnya di pegunungan Reksamuka. Dikatakan bahwa letak air itu tersimpan di bawah Kayu Gung Susuhing Angin (Pohon besar tempat bersarangnya angin). Namun Ibunya, Dewi Kunthi serta sanak saudaranya hendak melarangnya dan mengingatkan bahwa mungkin itu hanya jebakan dan dapat membahayakan keselamatannya. 

 

Tekad yang kuat  mengantarkan Bima sampai ke hutan dan bertemu dengan Raksasa kembar penguasa Gunung Reksamuka yaitu Rukmuka dan Rukmakala. Terjadilah petempuran dahsyat dan akhirnya Bima yang memiliki kesaktian menyundul langit bisa mengalahkan kedua raksasa tersebut. Tetapi ia tetap tidak menemukan apa yang dicarinya.

 

Lalu Bima kembali mengahadap gurunya, Resi Durna. Durna menyuruhnya untuk mencari ketempat yang lebih sulit, Ia mengatakan bahwa Tirta Prawitasari tersebut harus dicari di kedalaman lautan. Tanpa ragu sang Bimasena pun langsung berangkat. Ketika berada di dalam laut, Bima dihadang oleh seekor Ular Naga yang hampir membunuhnya. Namun dengan kekuatan kuku Panchanaka, Bima dapat menyingkirkan Ular Naga tersebut.

 

Akhir cerita Bima pun bertemu dengan sosok yang serupa dengan dirinya namun dalam ukuran yang lebih kecil. Makhluk itu tidak lain adalah Dewa Ruci, yang merupakan Sang Suksma sejatinya, dirinya yang sebenarnya. Pembicaraan inilah yang menjadi inti cerita ini, singkat cerita akhirnya Sang Bimasena masuk ke dalam badan Sang Dewa Ruci melalui kuping kirinya, dan mendapat ajaran tentang kenyataan hidup sejatinya.

 

Berkas:Bimasuci.jpg

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Bimasuci.jpg&filetimestamp=20140501143951&

 

Makna Religi Kisah dewa Ruci

Kisah Dewa Ruci ingin menyampaikan ihwal hasrat manusia yang terus dan terus ingin melacak keberadaan Yang Ilahi, dengan nalarnya ia melakukan penjelajahan. Manusia disebut sebagai jagad cilik atau dunia kecil, sedangkan semesta raya disebut sebagai jagad besar yang merupakan manifestasi dari Tuhan sendiri. Dalam penjelajahan itu, sebelum orang melangkah lebih jauh ke dalam dirinya, ia niscaya melakukan pendefinisian diri.

Jagad kecil sama luasnya dengan jagad besar.Di sana, rahasia ke-Tuhanannya disembunyikan, "Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.Keyakinan ini mengendap dalam keyakinan orang-orang Jawa pada masa silam.

Perjalanan Bima mengalahkan para raksasa untuk menemukan air perwita, mengalahkan naga, dan bertemu dengan Dewa Ruci sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol tentang perjuangan manusia mengalahkan nafsu-nafsu yang dapat menghalanginya menuju kesempurnaan, misalnya nafsu makan, kekuasaan, kesombongan, dan lain-lain.

Bima mencapai kesempurnaan karena watak dan sifat rela, patuh, waspada, eling (tidak lupa diri), dan rendah hati. Seseorang yang telah tahu siapa dirinya, akan melakukan hal-hal tersebut dengan alasan ia mengamalkan tugas-tugasnya di dunia.

 

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU