|
|
|
|
Perhiasan Tradisional Suku Asmat Tanggal 23 Nov 2018 oleh Roro . |
Selain terkenal dengan seni ukirnya yang adiluhung, Suku Asmat juga memiliki pakaian tradisional yang khas. Seluruh bahan untuk membuat pakaian tersebut berasal dari alam. Tidak salah jika menganggap pakaian Suku Asmat merupakan representasi kedekatan mereka dengan alam raya.
Tidak hanya bahan, desain pakaian Suku Asmat pun terinspirasi dari alam. Pakaian laki-laki Suku Asmat, misalnya, yang dibuat menyerupai burung dan binatang lain yang dianggap melambangkan kejantanan. Sementara, rok dan penutup dada kaum perempuan menggunakan daun sagu sehingga menyerupai kecantikan burung kasuari.
Penutup dada perempuan yang terbuat dari daun pohon bakau menunjukkan kemampuan merajut Suku Asmat
Penutup bagian bawah yang digunakan oleh perempuan Suku Asmat. Pakaian ini terbuat dari daun sagu dan dihiasai ornamen dari kerang
Secara umum, pakaian laki-laki dan perempuan Suku Asmat tidak terlalu berbeda. Pada bagian kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan pada sisi bagian atasnya dipenuhi bulu burung kasuari. Bagian bawah dan bagian dada (untuk perempuan) berupa rumbai-rumbai yang dibuat menggunakan daun sagu.
Pakaian adat tersebut belum sempurna jika tidak dilengkapi berbagai aksesori, juga menggunakan berbagai bahan yang tersedia di alam. Aksesori yang biasa dijadikan pelengkap pakaian tradisional Suku Asmat adalah hiasan telinga, hiasan hidung, kalung, gelang, dan tas. Hiasan telinga terbuat dari bulu burung kasuari. Bulu burung kasuari yang digunakan untuk hiasan telinga ukurannya lebih pendek dibanding bulu burung kasuari yang digunakan pada penutup kepala.
Pakaian adat masyarakat Suku Asmat merepresentasikan kehidupan mereka yang lekat hubungannya dengan alam
Hiasan kepala Suku Asmat yang terbuat dari daun sagu, bagian atasnya dilengkapi bulu burung kasuari. Hiasan ini biasa digunakan oleh kaum laki-laki
Hiasan kepala Suku Asmat yang terbuat dari daun sagu. Hiasan ini hanya digunakan saat diadakan upacara adat
Hiasan telinga Suku Asmat. Hiasan ini digunakan oleh laki-laki ketika hendak berburu dan menebang batang pohon bakau
Hiasan hidung biasanya hanya dikenakan oleh kaum laki-laki. Hiasan ini terbuat dari taring babi atau bisa dibuat dari batang pohon sagu. Hiasan hidung yang dikenakan kaum laki-laki memiliki dua fungsi: simbol kejantanan dan untuk menakuti musuh. Sementara, aksesori kalung dan gelang dibuat dari kulit kerang, gigi anjing, dan bulu burung cendrawasih.
Hiasan hidung Suku Asmat yang biasa digunakan oleh kaum laki-laki sebagai lambang kejantanan
Kalung hasil produksi Suku Asmat mempunyai nilai estetis yang sangat tinggi, juga berpotensi menjadi barang bernilai ekonomis
Kalung yang terbuat dari kerang merupakan aksesori yang biasa dipakai oleh perempuan Suku Asmat
Esse (sebutan masyarakat Suku Asmat untuk tas) merupakan aksesori yang penting. Selain berfungsi sebagai wadah penyimpan ikan, kayu bakar, serta berbagai hasil ladang, esse juga dipakai ketika diadakan upacara-upacara besar. Orang yang mengenakan esse saat diadakan upacara adat dianggap sebagai orang yang mampu menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Orang yang mengenakan esse di saat ada upacara adat dianggap sebagai orang yang mampu menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
Selain pakaian adat, masyarakat Suku Asmat mempunyai berbagai aksesori penunjang kehidupan yang lain seperti tas dan wadah
Selain sebagai wadah, tas atau esse juga berfungsi sebagai lambang kebesaran bagi masyarakat Suku Asmat
Salah satu tas (esse) hasil produksi Suku Asmat, terbuat dari daun sagu dan dilengkapi hiasan dari kerang dan bulu burung
Warna merah pada hiasan bersumber dari campuran air dan tanah liat, warna hitam bersumber dari arang, sementara putih dari tumbukan kerang
Tas atau esse merupakan aksesori penunjang yang penting dalam kehidupan Suku Asmat, berfungsi untuk menyimpan ikan, kayu bakar, hingga hasil ladang
Dalam berbagai upacara adat, masyarakat Suku Asmat biasanya melengkapi penampilan mereka dengan gambar-gambar di tubuh. Gambar yang didominasi warna merah dan putih tersebut konon merupakan lambang perjuangan untuk terus mengarungi kehidupan. Warna merah yang digunakan berasal dari campuran tanah liat dan air, sementara warna putih berasal dari tumbukan kerang.
Seiring pengaruh modernisasi dan budaya dari luar, sebagian masyarakat Suku Asmat mulai meninggalkan pakaian tradisional mereka. Hanya masyarakat Suku Asmat yang tinggal di pedalaman yang masih menggunakan pakaian tradisional tersebut.
Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/07/perhiasan-tradisional-suku-asmat-papua/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |