Perayaan syawalan
Syawalan, ya sepertinya acara ini yang paling ditunggu-tunggu ketika memasuki lebaran idul fitri di Pekalongan. Seperti yang kita tau kegiatan perayaan syawalan pastinya selalu ada disetiap kota. Tetapi untuk bagaimana pelaksanaan perayaannya pasti berbeda tiap daerah. Begitu pula dengan pekalongan, sebelumnya saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa sih yang dimaksudkan syawalan itu? Syawalan adalah perayaan hari ketujuh setelah lebaran yang sangat sayang bila dilewatan. Di Pekalongan sendiri mulai dari wilayah utara sampai ke selatan mempunyai cara perayaan yang berbeda pastinya, tetapi tetap pada satu tujuan bahwa diadakannya acara syawalan ini tidak lain tidak bukan merupakan ujub syukur terhadap rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan YME, dengan cara apa? Berikut merupakan rangkaian acara yang dilakukan saat perayaan syawalan tiba :
Nah balon udara yang dimaksudkan disini bukan balon udara yang bisa di naiki oleh manusia tetapi balon udara yang didalamnya berisi mercon serta potongan-potongan kertas. Biasanya masyarakat menerbangkannya pada pagi hari. Dan jangan salah semua balon udara tersebut adalah buatan rumah, tidak hanya orang dewasa anak-anak kecil pun sering membuatnya. Caranya bahan yang digunakan untuk membuat balon udara tersebut di letakan pada pembakaran yang nantinya asap pembakaran tersebut kan masuk kedalam balon dan membuat balon terbang. Sebenarnya untuk menerbangkan balon ini sendiri tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa membahayakan jalur penerbangan, jadi biasanya masyarakat cenderung berkumpul di tanah lapang untuk menerbangkannya bersama-sama. Tradisi balon ini konon katanya merupakan tradisi orang keturunan Indo Eropa zaman dulu yang tinggal di Pekalongan.
Sebenarnya tradisi ini hanya dilaksanakan di satu daerah saja yaitu di Desa Krapyak. Bentukan lopis itu sebnarnya mirip lontong tetapi bedanya lopis terbuat dari beras ketan yang dikukus selama empat hari tiga malam lamanya, memasaknya pun mengunakan dandang yang sangat besar dan pengangkatannya menggunakan katrol. Biasanya lopis dimakan dengan menggunakan kelapa dan gula aren yang dicairkan. Di desa krapyak sendiri pembuatan lopis disini sangatlah spesial karena lopis dibuat sangat besar yang beratnya bisa mencapai 1 ton lebih. Yang lebih asyik lagi di setiap rumah warga pasti juga tersedia lopis dan sewaktu berkeliling biasanya kita dipersilahkan masuk hanya untuk memakan lopis bersama-sama secara cuma-cuma. Biasanya acara dimulai pukul 7 pagi hingga pukul 10. Biasanya setelah doa bersama lopis tersebut dipotong oleh walikota pekalongan lalu di bagi-bagikan kepada penduduk. Untuk acara ini sendiri sebenarnya sudah terlaksana di kota Pekalongan sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya tahun 1855 M. Menurut sejarahnya orang yang pertama mempelopori kegiatan ini adalah KH Abdullah Sirodj. Beliau merupakan salah satu ulama di Krapyak yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso (Senopati Mataram). Walaupun sudah berjalan dari sekitar tahun 1855 M tradisi lopis raksasa ini baru populer sekitar tahun 1950 dikarenakan kedatangan Presiden Soekarno ke Pekalongan. Untuk filosofinya sendiri adonan beras ketan yang sangat lengket melambangkan eratnya persatuan pancasila.
Setelah dua tradisi diatas yang pada umumnya terlaksana di Kota Pekalongan, ada pula tradisi khas yang dilkukan oleh daerah sekitar Kabupaten Pekalongan saat merayakan syawalan yaitu membuat gunungan sego megono. Seperti yang kita ketahui sego megono adalah makanan khas kota Pekalongan yang terbuat dari nangka muda yang di cacah atau di potong-potong dan kemudian dimasak dengan kelapa parut serta rempah-rempah. Di daerah Linggo Asri ini sego megono tadi di buat seperti gunung yang nantinya diarak-arak. Biasanya diarak oleh pasukan yang menggunakan baju batik serta pasukan seni bela diri pencak silat, kelompok rebana dan juga kesenian khas kuda lumping.
Gethuk Lindri ini juga merupakan kegiatan syawalan yang di lakukan di daerah kabupaten Pekalongan tepatnya di kecamatan Kedungwuni. Tradisi pembuatan Gethuk Lindri ini sangatlah tidak lazim hampir sama seperti pembuatan lopis tadi yang super raksasa, Gethuk Lindri ini juga dibuat dengan ukuran yang tak lazim. Biasanya di buat dengan panjang sekitar 350 meter dan lebar 14 cm. Pembuatan Gethuk Lindri ini biasanya memerlukan waktu sampai 2 hari lamanya.
Nah diatas tadi merupakan acara-acara yang dilakukan oleh masyarakat Pekalongan saat syawalan tiba. Sebenarnya yang paling terkenal di acara syawalan di Pekalongan adalah lopis raksasanya sedangkan hidangan yang lain merupakan hidangan tambahan atau hidangan pendamping saja.
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.