×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Syukuran

Provinsi

Jawa Tengah

Perang Obor

Tanggal 09 Mar 2015 oleh Sriutanti .

Negara Indonesia tercinta ini memang kaya akan budaya. Termasuk salah satunya budaya Perang Obor Tegalsambi yang merupakan tradisi dari daerah Jepara. Tradisi ini digelar setiap tahun yang dihelat pada hari senin pahing malam selasa pon penanggalan Jawa. Untuk masalah bulan mengadakannya tidak ditentukan secara pasti, tetapi masyarakat disana sering mengadakan pasca panen.

Perang Obor Tegalsambi merupakan ritual di kegelapan malam ibarat perang api.  Tradisi ini merupakan ciri khas dari desa Tegalsambi kecamatan Tahunan kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ritual ini merupakan ritual kuno sejak awal abad ke-16 yang bertahan sampai sekarang. Dalam perang obor ini peserta berjumlah empat puluh orang dibagi menjadi empat bagian dan empat wilayah di perempatan yang berjarak 100 meter ke utara, 100 meter ke timur, 100 meter ke selatan, dan 50 meter ke barat.

Sedangkan obor yang digunakan  dalam perang ini terbuat dari bendelan dua atau tiga pelapah kelapa yang sudah kering. Bagian dalamnya diisi dengan daun pisang kering agar mudah di bakar.

Asal-usul perang obor Tegalsambi

Alkisah, perang obor ini dimulai dari legenda Ki Gemblong dan Kiyai Babadan. Ki Gemblong oleh Kiai Babadan dipercaya untuk merawat dan menggembalakan ternaknya. Namun, karena terlena dengan ikan dan udang di sungai, Ki Gemblong mengabaikan  kondisi hewan ternak Kiyai Babadan yang diamanatkan kepadanya hingga hewan ternaknya jatuh sakit.

Sebagai pemilik hewan ternak, Kiyai Babadan tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong. Kemudian Ki Gemblong memukul dengan obor dari pelapah kelapa. Dan Kiyai Babadan juga menggunakan obor serupa untuk membela diri dan akhirnya mereka tidak sadar benturan kedua obor menyebarkan api di tumpukan jerami di sebelah kandang ternak yang pada awalnya, hewan ternak yang sakit itu tiba-tiba sembuh. Kepercayaan terhadap api obor yang mampu mendatangkan kesehatan dan menolak bala inilah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan  upacara perang obor di Jepara.

Penduduk desa Tegalsambi memang tidak pernah meninggalkan tradisi ini karena menganggap dengan peperangan obor ini bisa membawa berkah dalam perayaannya. Dalam tradisi ini, tidak hanya perang obor saja yang disuguhkan, tetapi juga mengadakan pagelaran wayang kulit yang dihelat sehari semalam.

Perayaan perang obor ini tidak menggunakan ritual-ritual khusus yang dapat mengarahkan kemusyrikan karena perayaan ini hanya sebagai rasa syukur bersama dari masyarakat desa Tegalsambi. Pertunjukan perang obor ini hanyalah masalah keberanian karena permainannya saling memukul dengan menggunakan obor yang menyala. Tidak ada aturan dalam memainkannya. Hanya saja, siapa saja yang memegang obor akan menjadi sasaran pukulan. Akan tetapi, meski saling memukul antara pemain satu dengan yang lainnya, tidak akan muncul rasa dendam dan sakit hati. Hal itu disebabkan karena mereka saling memukul dengan rasa suka cita, mereka menganggap akan banyak berkah untuk dari yang dilakukan tersebut.

Tidak dapat dipungkiri, di tengah pertunjukan perang obor ini, ribuan masyarakat Jepara berteriak histeris ketika melihat sabetan apinya. Saling desak-desakkan menghindari api pun tak terhindarkan, tetapi ada juga yang  memberi semangat kepada para pemainnya. Bagi pemain atau penonton yang kena luka bakar karena perang obor ini, ibu kepala desa sudah mempunyai obatnya yaitu dengan berupa minyak kelapa murni buatan sendiri yang dipadukan dengan bunga layu yang telah didoakan dan diambil dari Pundhen desa setempat.

Tradisi daerah Jepara ini memang tidak melambangkan keislaman. Namun, tradisi ini perlu dilestarikan karena inilah salah satu kekayaan budaya Indonesia dan hal itu memiliki daya tarik tersendiri yang tidak ternilai harganya.

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...