Ritual
Ritual
Kepercayaan Lampung Lampung
Pemanohan
- 6 Oktober 2014

Meski masyarakat suku Lampung pada umumnya adalah penganut Agama Islam yang taat dan konsekuen, namun bekas-bekas kepercayaan dari generasi masa lalu atau jaman Tumi pada Shang Hiang Sakti masih sangat kental. Maka bercampur baurlah  antara Islam dan kepercayaan kepada dewa pencipta alam.

Selain masih percaya pada Shang Hiang Sakti, masyarakat Suku Lampung juga masih memercayai keberadaan makhluk dan hal-hal gaib peninggalan animisme jaman dulu. Seperti adanya mahkluk bernama Putri Muli alias Bidadari, Selang Sri atau Dewi Padi, Saikelom, Saihalus, dan Sekedi. Serta kepercayaan terhadap kekuatan sakti pada benda-benda yang disebut Pemanohan.

Kekuatan pemanohan ini, secara rasio memang tidak mungkin. Tapi kenyataannya memang mempunyai keistimewaan dan kesaktian. Seperti beberapa benda dibawah ini:

Di Walur, ada yang disebut bedang minak. Sebilah pedang yang memiliki kesaktian. Pedang ini akan bergerak-gerak ketika pemakainya dalam bahaya, misal ada macan, ular, atau binatang buas di sekitar pemilik pedang. Atau ia akan melompat langsung dan akan kembali dengan berlumuran darah, itulah sebabnya bedang minak dikenal oleh masyarakat sebagai “Pedang Luncat

Di Tanjung Sakti, Kec. Pesisir Utara, Lampung Utara terdapat juga benda sakti yang disebut kemasi galung. Sebuah tumbak yang mampu meringankan tubuh orang yang memegangnya. Tetapi tidak sembarang orang bisa mendapati keistimewaan dari kemasi galung atau tombak sakti ini. Karena syarat pemegangnya adalah orang yang sejurai dengan pemilik sebelumnya. Kemasi galung disimpan di bubungan rumah penyeimbang, bila ada bahaya di kampung itu, orang yang mengambil kemasi galung bisa langsung melompat dari atap rumah panggung ke bawah tanpa harus menuruni tangga.

Di kampung Ujung Tenuk, Umbul “KO” di Manggala Lampung Utara, ada sebuah batu yang dinamakan pangaringan. Menurut cerita, batu pangaringan berasal dari hati manusia jaman dulu. Kekuatannya adalah mampu melemahkan kesaktian orang yang kebal senjata tajam. Kekebalan seseorang terhadap senjata tajam akan hilang atau tidak kebal lagi terhadap senjata tajam yang telah digilirkan pada pangaringan.

Berikutnya adalah benda sakti bernama batu ilahan yang terletak di Kalianda Lampung Selatan. Batu ini memiliki kesaktian untuk menghapuskan atau mengobati penyakit eksim yang timbul karena melanggar pantangan memakan daging kerbau putih atau bule. Bila telah memakan daging kerbau bule dengan diketahui atau tidak, maka akan timbul eksim yang parah. Satu-satunya obat ialah mengambil air dari atas batu ilahan untuk diminum dan dimandikan.
Lainnya adalah terbangan, sebuah rebana yang pernah dipakai pada abad-abad ke-6. Pada saat itu rebana ini dibunyikan untuk mengiringi perang seperti halnya gendrang perang.

Gema suaranya mampu mengaburkan perhitungan arah musuh, dan rebana ini bisa dinaiki sebagai kendaraan yang bisa terbang. Inilah asal mula rebana disebut juga terbangan. Sekarang terbangan ini disimpan di bumbungan rumah cikal bakal masyarakat Lampung Peminggir, yakni rumah Dalem di Kampung Negeri Ratu di Punggung Tampak.
Selanjutnya adalah Kaor Bungkok yang dikenal juga sebagai Buluh Kebut, atau Buluh Buntu. Kesaktian dari kaor bungkok adalah kemampuannya untuk menawar racun, dan tongkat anti binatang buas. Bila bertemu dengan binatang buas, kaor bungkok bisa digunakan untuk menaklukkan binatang buas tersebut.

Asal usul benda sakti ini berawal dari peristiwa peperangan di Sekala Brak pada masa nenek moyang suku lampung. Saat itu ada jari seorang panglima yang terputus kemudian dimasukkan dalam bambu, lalu dihanyutkan di Way Semaka Kenali. Bambu itu kemudian terdampar dan menjadi tunas, tumbuh dan berumpun seperti lengkuas. Pada waktu-waktu tertentu, akan ada satu batang yang menyala menerangi tempat di sekitarnya, dan batang inilah yang bdisebut sebagai kaor bungkok.

Jika kita perhatikan jenis dan asal benda-benda yang memiliki kesaktian tersebut, kita bisa membaginya menjadi dua macam, yakni; benda sakti hasil cipta karya manusia diantaranya bedang minak, kemasi galung, dan terbangan  dan benda alami yang tersedia pada alam seperti pengaringan, batu ilahan, dan kaor bungkok. Percaya atau tidak, setiap benda memiliki jiwanya tersendiri untuk dipahami dan dikuatkan menurut fungsinya, atau dirasukkan “jiwa” oleh pembuatnya, hal-hal tersebut masih dimiliki dan diyakini di daerahnya masing-masing di Indonesia.

Bagi kehidupan yang rasional dan modern, hal-hal ini tentulah menjadi sesuatu yang tahayul dan misteri. Tapi sesungguhnya ini hanyalah persoalan pengetahuan yang belum terumuskan seperti halnya cara berkomunikasi jarak jauh di jaman dulu dengan teknologi komunikasi saat ini. Perbedaannya terletak pada satu hal: keyakinan.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1002/pemanohan-peninggalan-kekuatan-suku-lampung-jaman-tumi

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline