Payung mesikhat merupakan perlengkapan adat yag dibuat oleh suku bangsa Alas di kabupaten Aceh Tenggara dan dipergunakan untuk upacara adat tertentu antara lain, adat perkawinan, adat upacara peusijuk, adat upacara peseunat (sunat rasul), dan lan-lain. Payung ini dibuat dari kain hitam yang tidak tembus air. Pada kain tersebut dibuat sulaman yang mempunyai arti tertentu. Seperti payung pengantin, terdapat motif dan gambar yang menceritakan tentang perjalanan kehidupan dari masih lajang sampai meninggal. Payung ini melindungi pengantin dari sinar matahari, yang secara ritual mendandakan status sebagai raja dan ratu dari pasangan pengantin di hari spesial mereka Tiap kolom mempunyai ceritera tersendiri beserta dihiasi dengan ukiran-ukiran motif yang menarik. Bagian atas penuh dengan motif. Pada bagian tengah motif gambar bersambung, sedangkan bagian bawah dibuat bermacam-macam motif yang disesuaikan dengan keinginan atau permintaan para si pemesan ataupun tergantung kepada si pembuatnya. Payung-payung ini merupakan payung adat yang telah berlaku turun-temurun dan harus dipergunakan pada upacara tertentu. Bentuk payung merupakan payung biasa yang diberi gagang rotan ataupun kayu. Motif-motif yang terdapat pada payung adat antara lain, motif pucuk nibung, bunge tanjung, tutup kerandam, ekhan kudi, tempat ketang, bunge melati, tangke sehkape, pari ari, kombinasi payung rebung, payung rebung.
Kerajinan yang ada di Aceh mencerminkan unsur-unsur tradisional dan pembaharuan, dari unsur-unsur yang unik (khas kedaerahan) tetapi juga banyak mengandung kesamaan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Motif-motif tersebut lahir akibat pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing, dan dikembangkan sendiri secara intern pada masa kerajaan Aceh. Beberapa diantaranya berciri khas islam, tetapi banyak diantaranya mempunyai kaitan dengan sejarah kebudayaan lama. Corak-corak itu disusun dan dikembangkan dalam suatu kurun waktu tertentu. Rakyat Aceh telah banyak berjuang dan berkorban, hal tersebut menjadi sumber kekuatan yang membentuk kepribadian Aceh dan menimbulkan kebanggan terhadap segala sesuatu yang bersifat Aceh, dan ini terkait dengan usaha menghidupkan kembali corak-corak desain khas kebudayaan dan kerajinanya. Hasilnya adalah kesenian Aceh yang hidup, yang merupakan sarana komunikasi yang ampuh dalam bentuk ungkapan yang dinamis.
Referensi : ZZ, Muhammad. Seni Rupa Aceh VII dan VIII Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal kebudayaan Taman Budaya Daerah Istimewa Aceh. ( tahun tidak tercantum)
Leigh, Barbara. 1989. Tangan-Tangan trampil: Seni Kerajinan Aceh ( Hands of Time : The Crafts of Aceh). Jakarta: Djambatan.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.