|
|
|
|
Payung Mesikhat Alas Tanggal 02 Mar 2018 oleh Nurulchoirani . |
Payung mesikhat merupakan perlengkapan adat yag dibuat oleh suku bangsa Alas di kabupaten Aceh Tenggara dan dipergunakan untuk upacara adat tertentu antara lain, adat perkawinan, adat upacara peusijuk, adat upacara peseunat (sunat rasul), dan lan-lain. Payung ini dibuat dari kain hitam yang tidak tembus air. Pada kain tersebut dibuat sulaman yang mempunyai arti tertentu. Seperti payung pengantin, terdapat motif dan gambar yang menceritakan tentang perjalanan kehidupan dari masih lajang sampai meninggal. Payung ini melindungi pengantin dari sinar matahari, yang secara ritual mendandakan status sebagai raja dan ratu dari pasangan pengantin di hari spesial mereka Tiap kolom mempunyai ceritera tersendiri beserta dihiasi dengan ukiran-ukiran motif yang menarik. Bagian atas penuh dengan motif. Pada bagian tengah motif gambar bersambung, sedangkan bagian bawah dibuat bermacam-macam motif yang disesuaikan dengan keinginan atau permintaan para si pemesan ataupun tergantung kepada si pembuatnya. Payung-payung ini merupakan payung adat yang telah berlaku turun-temurun dan harus dipergunakan pada upacara tertentu. Bentuk payung merupakan payung biasa yang diberi gagang rotan ataupun kayu. Motif-motif yang terdapat pada payung adat antara lain, motif pucuk nibung, bunge tanjung, tutup kerandam, ekhan kudi, tempat ketang, bunge melati, tangke sehkape, pari ari, kombinasi payung rebung, payung rebung.
Kerajinan yang ada di Aceh mencerminkan unsur-unsur tradisional dan pembaharuan, dari unsur-unsur yang unik (khas kedaerahan) tetapi juga banyak mengandung kesamaan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Motif-motif tersebut lahir akibat pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing, dan dikembangkan sendiri secara intern pada masa kerajaan Aceh. Beberapa diantaranya berciri khas islam, tetapi banyak diantaranya mempunyai kaitan dengan sejarah kebudayaan lama. Corak-corak itu disusun dan dikembangkan dalam suatu kurun waktu tertentu. Rakyat Aceh telah banyak berjuang dan berkorban, hal tersebut menjadi sumber kekuatan yang membentuk kepribadian Aceh dan menimbulkan kebanggan terhadap segala sesuatu yang bersifat Aceh, dan ini terkait dengan usaha menghidupkan kembali corak-corak desain khas kebudayaan dan kerajinanya. Hasilnya adalah kesenian Aceh yang hidup, yang merupakan sarana komunikasi yang ampuh dalam bentuk ungkapan yang dinamis.
Referensi : ZZ, Muhammad. Seni Rupa Aceh VII dan VIII Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal kebudayaan Taman Budaya Daerah Istimewa Aceh. ( tahun tidak tercantum)
Leigh, Barbara. 1989. Tangan-Tangan trampil: Seni Kerajinan Aceh ( Hands of Time : The Crafts of Aceh). Jakarta: Djambatan.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |