Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Tarian - Pencak Silat Banten Cilegon
Patingtung Bambu
- 31 Desember 2015

Kata Patingtung diambil dari bunyi-bunyian waditra atau alat musik, seperti gendang atau kendang. Patingtung dapat diuraikan menjadi tiga suku kata, yaitu pa-ting-tung. Pa dari kata pak dimaksudkan suara gendang kulanter atau talipak (kendang kecil yang diberdirikan); tIng suara gendang talipung (kendang kecil yang dibaringkan) dan tung suara kendang atau bedug yang besar.

Seni Patingtung merupakan jenis kesenian yang memadukan pencak silat dengan tarian. Keberadaan tarian di dalam seni Patingtung sebagai selingan. Adapun gerak dasar tarian dalam Seni Patingtung sangat didominasi oleh gerakan pencak silat sehingga seni ini dapat dikatakan identik dengan pencak silat. Tarian dalam seni Patingtung bersifat atraktif karena gerakan-gerakannya menggambarkan ketangkasan,baik dalam hal menggunakan piring-piring dari beling maupun menggunakan belati yang ditikamkan di dada penari sendiri.

Sejarah dan Perkembangan Seni Patingtung

Pertama kali seni Patingtung muncul di tengah masyarakat Banten sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan beberapa cerita yang berkembang dapat diambil beberapa kesimpulan sementara bahwa Seni Patingtung dahulu digunakan oleh paraulama sebagai alat untuk memanggil masyarakat agar berkumpul. Sementara sumber lain menyebutkan bahwa Seni Patingtung berkembang pada masyarakat Banten yang berbahasa Jawa. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, Tim Studi Pengembangan Kesenian Tradisional Serang menyimpulkan bahwa Seni Patingtung muncul bersamaan dengan masa berkembangnya zaman Kesultanan Banten, yaitu sekitar tahun 1552 .Kesimpulan tersebut diperkuat oleh adanya keterangan bahwa pada zaman Kesultanan Banten semua aspek kehidupan termasuk kesenian masyarakat setempat mengalami perkembangan. Dewasa ini, seni pertunjukan Patingtung sering di pertunjukan pada acara-acara khitanan dan pernikahan.

Tahap Pertunjukan 

1. Tahap Sebelum Pertunjukan

Pertunjukan Seni Patingtung biasa diadak-an di luar ruangan, sementara dahulu diadakan di dalam ruangan saja. Salah satu hal yang harus di perhatikan saat pertunjukan diluar ruangan adalah panggung. Panggung harus didesain matang sesuai dengan kapasitas jumlah penari dan penabuh waditra serta harus memperhatikan kenyamanan mereka. sound dan alat musik tentu tidak luput dari hal yang harus dipersiapkan. Persiapan yang bersifat religius pun juga harus diperhatikan, seperti menyiapkan sesajen.

 

2. Tahap Pertunjukan 

Seni Patingtung merupakan pertunjukan yang bersifat magis religius karena memadukan unsur agama dan kekuatan magis. Biasanya, pertunjukan Anti Patingtung diawali dengan doa shalawat yang dilafalkan oleh para pendukung. Selanjutnya, ditampilkankan tari-tarian pria, karawitan dan ketangkasan para penari hut. Ketangkasan tersebut menunjukkan hal di luar jangkauan akal manusia.

Tahap pertunjukan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut. Pada awal rozinjukan ditampilkan tarian pembuka yang dilakukan oleh seorang penari. "Tarian tersebut diiringi musik gambrung dan sederetan lagu instrumental, seperti yem", "Numpak Sado" dan "Uti-uti Uri".

Setelah tarian tunggal dilanjutkan dengan "tarian sambutan" yang dimainkan oleh dua orang penari. Pada tarian ini digambarkan tarian bela diri dengan gerakan-gerakan menunjukkan ketangkasan penari dalam berkelahi tanpa menggunakan senjata.

Setelah tarian sambutan, pertunjukan dilanjutkan pada "tarian rampak" yarig diaminkan oleh tiga orang penari laki-laki. Tarian tersebut diiringi tetabuhan pencak silat sehingga gerakan-gerakan penari tampak sangat hidup.

Suasana semakin hidup dan tegang ketika ditampilkan tarian pasangan yang berupa rakan perkelahian menggunakan alat atau senjata. Yang ditampilkan dalam perkelahian serebut adalah ketangkasan dalam menyerang dan menangkis serangan lawan. Adapun alat atau senjata yang digunakan dalam tarian tersebut adalah trisula dan tongkat bambu yang dinamakan toya oleh masyarakat setempat.

Pada akhir pertunjukan diisi tarian tunggal. Tarian tersebut sekaligus menjadi klimaks pertunjukan yang menampilkan ketangkasan yang lebih menegangkan, yaitu atraksi kekebalan tubuh oleh sayatan dan bacokan golok sendiri. Bagian pertunjukan ini biasanya ditambah dengan kesenian Debus yakni menampilkan atraksi mengupas kelapa ngan gigi, menggesek-gesek golok ke leher dan anggota tubuh lainnya. Berguling­-guling di atas landasan penuh paku, memakan bohlam, memasukkan bara api ke dalam ulut, menggoreng kerupuk di atas kepala dan mengeluarkan kelelawar dari mulut.

 

3. Tahap Setelah Pertunjukan

Adapun setelah acara selesai, pada akhir pertunjukan, para penari melepas dan mengepak perlengkapan serta peralatan menari. Demikian pula para pangrawit mengepak kembali peralatan yang telah dipakai secara gotong-royong. Selain itu, juru panggung pun sibuk dengan tugasnya. Akan halnya pembongkaran panggung bisa dilakukan setelah panggung dikosongkan.

 

 

Ada beberapa persyaratan khusus untuk menjadi seorang penari dalam pertunjukan Seni Patingtung, yaitu :

Mengucapkan basmalah dan shalawat sebanyak tiga kali;
Menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama;
Harus beragama Islam dengan mengucapkan syahadat.

Jumlah penari dalam pertunjukan Seni Patingtung berkisar antara 10 sampai 15 orang. Masing-masing penari mendapat tugas sebagai berikut :

Membawakan tarian tunggal;
Membawakan tarian sambutan;
Membawakan tarian pasangan menggunakan golok dan toya;
Membawakan tarian rampak;
Membawakan tarian tunggal menggunakan golok; dan
Membawakan tarian piring.

Adapun pangrawit adalah orang yang memainkan waditra dengan jumlah sesuai dengan jumlah waditra yang akan dimainkan. Waditra yang dimainkan dalam setiap pertunjukan ada 8 buah, yaitu :

  • kendang besar,
  • kendang kecil,
  • terompet,
  • gong dengan 3 macam ukuran,
  • ketuk, dan
  • kecrek.

Adapun busana yang dipakai dalam pertunjukan seni Patingtung didominasi oleh warna hitam. Busana tersebut dilengkapi dengan aksesori sehingga menjadi busana yang lengkap, yaitu baju berlengan panjang, tanpa kerah, bersaku dua di sebelah kanan dan kiri ; baju ini dinamakan baju kampret.

Celana : celana panjang berukuran tiga perempat, berkaret di bagian pinggang dan tidak bersaku.

Lomar : Bomar sebutan untuk ikat kepala yang terbuat dari kain batik loreng,berbentuk segitiga. Adakalanya lomar berupa kain batik segiempat yang dilipat menjadi segitiga.

Ikat pinggang : ikat pinggang terbuat dari kain berwarna merah dan berbentuk "persegipanjang.

Penyebaran Seni Patingtung


Penyebaran Seni Patingtung di Kabupaten Pandeglang tidak seluas di Kabupaten Serang. Di Pandeglang Seni Patingtung berkembang di Kecamatan Mandalawangi.

 

 

Sumber : http://wisatadanbudaya.blogspot.co.id/2009/11/kesenian-patingtung.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline