|
|
|
|
Patholo Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16618111_Febrian Surya Admaja. |
Keadaan geografis Kabupaten Gunungkidul yang berada di kawasan perbukitan karst Pegunungan Sewu memengaruhi keadaan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Tanah yang sifatnya mudah meloloskan air tersebut membuat masyarakat harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang ada, salah satunya adalah di bidang pangan. Masyarakat yang tinggal di daerah Gunungkidul biasanya bercocok tanam dengan komoditas singkong karena tanaman singkong tidak memerlukan jumlah air yang cukup banyak. Sehingga, mayoritas makanan yang berasal dari Gunungkidul ini berbahan dasar singkong, salah satunya adalah patholo.
Patholo adalah cemilan khas masyarakat Gunungkidul. Patholo ini memiliki bentuk dan cara pengolahan yang mirip dengan rengginang, bedanya patholo terbuat dari singkong sedangkan rengginang terbuat dari nasi. Patholo ini memiliki teksur yang renyah dan lebih lengket serta lebih halus dibanding dengan rengginang. Patholo ini dapat ditemukan hampir di seluruh daerah di Gunungkidul, terutama di Kecamatan Ponjong, Tanjungsari, dan Rongkop. Patholo ini juga dapat ditemui dalam berbagai acara, mulai dari kenduri hingga bersih desa atau rasulan yang diselenggarakan rutin tiap tahunnya. Namun, patholo ini juga dapat ditemukan dengan mudah di pasar-pasar tradisional yang ada di Gunungkidul karena selain dihidangkan di upacara-upacara adat, patholo juga biasanya dihidangkan bersama dengan teh manis sebagai kudapan saat esok atau sore hari. Patholo ini tidak hanya dimakan oleh satu kalangan saja, namun hampir semua kalangan di Gunungkidul pernah memakan patholo baik yang tua maupun muda. Selain murah dan praktis, patholo ini biasanya juga digunakan sebagai oleh-oleh khas Gunungkidul. Biasanya patholo dijual dalam bentuk kering, sehingga jika ingin mengonsumsinya, masyarakat tinggal menggorengnya hingga mengembang saja.
Makanan berbahan dasar singkong ini sangat populer di Gunungkidul karena cukup mudah dibuat serta dapat tahan selama berhari-hari. Selain itu, bahan yang diperlukan juga cukup sederhana, hanya singkong, bawang putih, garam, dan minyak goreng. Proses pembuatannya sendiri sedikit berbeda antara suatu tempat dengan tempat yang lain, namun hasil akhir dan bentuknya mayoritas sama. Proses pembuatannya dimulai dengan memarut singkong yang telah dikupas dan dicuci. Setelah itu, bawang putih yang telah dikupas ditumbuk dengan garam hingga halus. Hasil dari ulekan tersebut lalu dicampur dengan parutan singkong hingga merata. Setelah tercampur, adonan yang telah jadi kemudian dikukus. Kukusan adonan singkong lalu dibentuk dengan cetakan yang berbentuk lingkaran kemudian dijemur selama satu hari untuk mengurangi kandungan air yang ada. Patholo dalam bentuk kering setelah dijemur ini yang biasanya dijual di pasar-pasar tradisional. Untuk pengolahan lebih lanjutnya sendiri, patholo kemudian digoreng hingga mengembang seperti kerupuk dan warnanya berubah menjadi putih. Maka, patholo siap untuk dinikmati.
Referensi
Partinah. Wawancara telepon. 8 Agu. 2018.
Setyaningrum, Astrina. Wawancara telepon. 8 Agu. 2018.
Sunardi. Wawancara telepon. 8 Agu. 2018.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |