Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional
Pakaian Jawa Barat Jawa Barat
Pangsi dan Iket, Lambang Jajaka Priangan
- 13 Agustus 2018
Pangsi Sunda
 
sumber: galeri-iket.com
 
 
 
Salah satu dari sekian banyak jenis budaya Tatar Sunda yang perlu dilestarikan adalah pakaian, khususnya pangsi dan iket Sunda. Pangsi dan iket Sunda merupakan ciri khas jajaka (pemuda) Sunda dalam berpakaian sehari-hari.
 
Masyarakat pada umumnya mendengar kata "pangsi" identik dengan celana dan baju tanpa kerah berwarna hitam. Namun, sebenarnya yang disebut pangsi adalah bagian bawahnya (celana), sedangkan bagian atas (baju) disebut dengan Salontreng.[1]
Akan tetapi, masyarakat lebih mengenal pakaian ini "sepaket" dengan istilah pangsi. 
 
Iket Sunda sendiri merupakan selembar kain yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dipakai dan digunakan sebagai penutup kepala. Iket di Tatar Sunda dikenal juga dengan istilah totopong. Dahulu, iket hanya terbatas berwarna hitam atau putih, tetapi seiring perkembangan zaman, warnanya semakin bervariasi dan mulai berkembang pula corak-corak pada iket tersebut.[2]
 
Pangsi dan iket Sunda, bukan hanya sekedar pakaian yang dipakai oleh karuhun-karuhun (orang-orang terdahulu) Tatar Sunda dalam berkegiatan sehari-hari. Di balik semua itu, banyak filosofi yang terdapat pada keduanya.
 
Pangsi dan Salontreng, terdapat filosofi-filosofi pada keduanya, di antaranya:[3]
  • Salontreng dibuat tanpa kerah baju dan terdiri dari lima atau enam kancing. Dalam agama Islam, lima kancing menunjukkan rukun Islam, sedangkan enam kancing menunjukkan rukum iman.
  • Jahitan yang menghubungkan badan dan tangan disebut dengan istilah beungkeut, yang mengandung arti, "Ulah suka-siku ka batur, kudu sabeungkeutan, sauyunan, silih asah, silih asih, silih asuh, kadituna silih wangi (menjadi asal dari nama Kerajaan Siliwangi)". Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, artinya kurang lebih, "Tidak boleh jahil dan licik kepada sesama (dilambangkan dengan suka-siku yang artinya saling menyikut) harus satu kesatuan dan kebersamaan dalam ikatan batin, saling memberi nasihat, saling mengasihi, dan saling menyayangi, selanjutnya saling mengharumkan nama baik".
  • Samping pada pangsi mengandung arti "Depe Depe Handap Asor", dalam bahasa Indonesia berarti, "Selalu rendah hati dan tidak sombong".
  • Di bagian bawah (pangsi) terdapat Tangtung yang mengandung makna "Tangtungan Ki Sunda Nyuwu Kana Suka", yang dalam bahasa Indonesia berarti, "Mempunyai pendirian yang teguh dan kuat sesuai dengan aturan hidup".
  • Sedangkan Suka atau Nangtung mengandung makna, "Nangtung, Jejeg, Ajeg dina Galur. Teu Unggut Kalinduan, Teu Gedag Kaanginan", yang dalam bahasa Indonesia berarti "Teguh dan kuat pendirian dalam aturan dan keyakinan, semangat tinggi dan tidak mudah goyah".
Iket Sunda pun memiliki filosofi-filosofi tersendiri.[2] Iket dibentuk dari kain berbentuk segi empat yang melambangkan "dulur opat kalima pancer", sebagian sesepuh (orang-orang terdahulu) mengartikan bentuk segi empat yang terdiri dari empat sudut melambangkan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yakni air, api, udara/angin, dan tanah. Di Tatar Sunda, empat unsur tersebut dikenal dengan istilah "acining hirup" atau awal mulai kehidupan manusia. Kalima pancer mengandung arti terpusat atau terpancar kepada Tuhan Pencipta alam semesta. Dengan demikian, dulur opat kalima pancer melambangkan sifat-sifat dasar manusia yang harus seimbang dan harus dimanfaatkan dengan tetap berpedoman kepada aturan Tuhan.
 
Hal-hal di atas adalah sebagian kecil paparan dari banyak filosofi dan esensi dari salah satu budaya urang Sunda yaitu pangsi dan iket. Sebenarnya, masih banyak yang bisa digali dari budaya ini dan kebudayaan Sunda lainnya. Tinggal kemauan masyarakat untuk menggali lebih dalam budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerahnya dan mempublikasikannya agar budaya tersebut terus lestari dalam kehidupan masyarakat.
 
 
#OSKMITB2018
 
 
 
 
Referensi:
[1] http://www.galeri-iket.com/p/filosofi-pangsi-sunda.html
[2] http://www.galeri-iket.com/p/filosofi-iket.html
[3] http://posjabar.com/pangsi-dan-iket-sunda/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline