Alkisah di sebuah kerajaan di negeri Riau, tepatnya di kerajaan Gasib, ada seorang pemuda yang gagah dan terkenal akan kebaikan budinya. Dia adalah panglima di kerajaan tersebut. Nama pemuda itu adalah Panglima Gimpan. Keperkasaannya tidak hanya terkenal di kalangan rakyat Gasib tetapi juga kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Panglima Gimpan menjadikan kerajaan Gasib sangat disegani oleh negeri mana pun. Keberadaan Panglima Gimpan juga menyebabkan tidak ada yang berani melamar putri Raja Gasib yang bernama Putri Kaca Mayang. Padahal Putri Kaca Mayang adalah seorang putri yang cantik jelita dan halus budi pekertinya.
Hingga suatu hari Raja Aceh berniat untuk melamar sang putri. Padahal usianya sudah tua, sebaya dengan Raja Gasib. Raja Aceh sangat yakin lamarannya akan diterima, karena dia adalah raja yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar. Raja Aceh mengirim utusannya untuk melamar Putri Kaca Mayang ke istana Raja Gasib.
“Paduka Yang Mulia, patik bermaksud menyampaikan amanah raja kami Yang Mulia Raja Aceh untuk melamar putri tuan yang bernama Putri Kaca Mayang. Harap sekiranya Yang Mulia menerimanya,” ujar sang utusan penuh rasa hormat.
Raja Gasib terkejut mendengar ucapan utusan Raja Aceh itu. Raja Aceh hampir seusia dengannya dan dia sudah memiliki istri. Namun Raja Gasib berusaha untuk tenang menanggapi pesan dari Raja Aceh tersebut.
“Wahai utusan Raja Aceh, sampaikan kepada rajamu ungkapan terima kasih saya atas niat baik beliau. Namun, karena ananda beta Putri Kaca Mayang belum siap untuk dinikahkan, maka lamaran Raja Aceh tidak bisa beta terima,” ujar Raja Gasib dengan wibawa.
Setelah utusan Raja Aceh pergi meninggalkan kerajaan Gasib, Raja Gasib menjadi khawatir jika Raja Aceh murka dan menyerang kerajaannya. Maka Raja Gasib memerintahkan Panglima Gimpan untuk memperketat keamanan negeri. Panglima Gimpan juga menjaga keamanan di perbatasan, tepatnya di Kuala Gasib daerah Sungai Siak. Jalur ini biasa dilalui oleh mereka yang datang dan pergi dari kerajaan Gasib.
Benar saja, setelah mendengar kabar dari utusannya, Raja Aceh menjadi marah dan bertekad untuk membalas rasa malunya. Raja Aceh menyuruh panglimanya mempersiapkan pasukan untuk menyerang kerajaan Gasib. Sebelumnya beberapa orang mata-mata dikirim ke kerajaan Gasib untuk mengetahui kekuatan kerajaan itu.
Berkat mata-mata tersebut, Raja Aceh mengetahui bahwa jalur yang biasa dilalui untuk menuju kerajaan Gasib dijaga dengan ketat oleh Panglima Gimpan. Sadar akan keperkasaan Panglima Gimpan yang selalu menang dalam setiap pertempuran, maka Raja Aceh mengatur strategi dengan memasuki kerajaan Gasib melalui jalan yang lain.
Serangan mendadak dari kerajaan Aceh menyebabkan kerajaan Gasib kalah. Panglima kerajaan Aceh berhasil membawa Putri Kaca Mayang. Raja Gasib sangat sedih karena kehilangan putri kesayangannya. Dia memerintahkan Panglima Gimpan untuk menyelamatkan putrinya. Panglima Gimpan yang mendengar kabar itu menjadi marah, karena Raja Aceh telah merusak kenyamanan negerinya.
Panglima Gimpan pergi menuju kerajaan Aceh. Mendengar kedatangan Panglima Gimpan ke negerinya, Raja Aceh menyiapkan dua ekor gajah yang besar dan kuat. Raja Aceh yakin keperkasaan Panglima Gimpan tidak akan sanggup menyaingi kekuatan dua ekor gajah pilihannya.
Namun, di luar dugaan Raja Aceh, Panglima Gimpan berhasil menaklukkan dua ekor gajah kebanggaannya itu. Bahkan Panglima Gimpan tidak melukai kedua gajah itu sama sekali. Panglima Gimpan hanya membelai kepala kedua gajah itu dan mereka tak mau lagi menyerang Panglima Gimpan.
Melihat hal itu, Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpan. Raja Aceh menyerahkan Putri Kaca Mayang kepada Panglima Gimpan. Mereka pun kembali pulang ke kerajaan Gasib. Namun, di tengah perjalanan Putri Kaca Mayang jatuh sakit dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Putri Kaca Mayang meninggal sebelum sampai ke kerajaan Gasib.
Raja Gasib sangat sedih. Dia memutuskan untuk menyepi dan meninggalkan kerajaan Gasib ke negeri Malaka. Raja Gasib memerintahkan Panglima Gimpan untuk mengambil alih tugasnya selama dia pergi.
Setelah sekian lama memerintah kerajaan Gasib, Panglima Gimpan juga memutuskan untuk pergi meninggalkan kerajaan. Dia pergi ke suatu daerah dan membangun perkampungan di sana. Saat ini perkampungan itu dikenal dengan Pekanbaru yang menjadi Ibu Kota Provinsi Riau. Makam Panglima Gimpan bisa ditemui di hulu Sail, sekitar 200 meter dari pusat kota Pekanbaru.
Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/panglima-gimpan/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja